Pada suatu dari, disanalah ia, di dalam ruangan bertangga spiral yang bersinar, membantu menerangi sekitarnya. Hari lainnya ketika pintu pintu muncul, dengan pintu-pintu tersebut yang muncul dari makhluk yang sangat cerdas dengan kekuatan supranatural dan mereka berada di luar kendalinya. Mereka bisa membuka pintu sedikit untuk menjatuhkan semua jenis barang.
Dia melihat pintu-pintu dari bermacam makhluk. Pintu-pintu milik para makhluk yang waktunya telah tiba akan dibuang. Itu adalah tugasnya sebagai Peri Ruang dan Waktu.
Apa yang dia lakukan tidaklah diperintah atau diajarkan, itu adalah cara yang alami. Mengulang proses tanpa memikirkan sedetikpun ketika waktu berjalan. Bahkan  pada hari dimana dia menghapus pintu-pintu, tak ada yang berubah. Kemonotonan yang sama, perputaran tanpa akhir yang berlanjut, namun hal-hal tidak selalu berjalan seperti yang direncanakan. Suatu hari, ketenangan permukaan danau telah terusak oleh anomali.
“Apa?” -Lydia
Merasakan anomali muncul di dalam salah satu pintu-pintu terbesar yang pernah dia lihat, dia segera bergegas ke pintu tersebut.
Bahkan, dia sendiri tidak bisa membuat ruangan yang sebesar ini, artinya pemilik ruangan memiliki jumlah kekuatan sihir yang besar melebihi miliknya. Ini adalah pertama kali hal ini terjadi, dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bisa dibilang inj adalah masalah pertama baginya.
Setelah mengamati ruangan sebentar, dia merasakan anomali tersebut berada di ruangan dan itu adalah makhluk hidup. Memutuskan untuk mendekat, dia terkrjut, begitu terkejut hingga matanya nyaris keluar.
“Apakah kau Peri Ruang dan Waktu?” -Vito
“. . . . . Siapa kau?!?” -Lydia
Ini adalah percakapan pertamanya dengan orang dari luar selain para peri. Sambil berbicara dengan nada yang kesal, dia juga berhati-hati terhadap orang dihadapannya, jadi dia tidak mendekatinya.
“Oh, aku Vito. Terimakasih.” -Vito
Vito bahkan menyapanya dengan tubuhnya yang lebam, dan sebuah senyum yang memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih.
Itu adalah senyum yang bisa menyinari dunia kehidupan yang biasa dan berulang-ulang. Ini adalah pertemuan pertama antara peri yang kemudian diberi nama Lydia dan raja penemu Kerajaan Naga, Vito.


Ketika Vito datang ke dalam ruang, dia berteriak ke dalam ruang kosong.
“Oi, aku datang untuk bermain!” -Vito
Dia sedikit berteriak tapi tidak ada reaksi apapun. Dia menghirup nafas dalam lagi ketika seorang wanita berambut putih panjang muncul di ruangan tersebut.
“Kau disini lagi?” -Lydia
“Oh!” -Vito
Dia memberikan senyum lebar yang menunjukkan giginya. Bahkan sejak hari pertama dia muncul, Vito datang kini dan nanti untuk berkunjung. Ketika Vito datang untuk berkunjung, dia sepertinya tidak menderita efek samping apapun dari menetap terlalu lama di ruang tersebut. Bahkan dia terlihat kembali segar.
Kemudian dia memutuskan untuk membuat kontrak dengan Vito untuk meminimalisir pengaruhnya. Hal yang paling umum didiskusikan adalah bahwa mereka selalu bisa membatalkan sebuah kontrak sederhana.
“Hmm, bisakah aku memberimu nama?” -Vito
Dia marah pada pengajuan tiba-tiba yang datang tanpa pertanda apapun.
“Aku masih belum bisa memutuskannya.” -Lydia
“Baiklah.” -Vito
Dia tidak puas dan menyambar Vito sambil cemberut. Segera, dia berbalik. Memberikan nama kepada peri berarti menjadi tuan dari peri tersebut. Vito mmutuskan bersenang-senang memberikan nama meskipun itu bukanlah sebuah “nama yang bagus,” atau apakah itu adalah sebuah “hal baik.”
“Lebih baik untuk tidak memikirkannya terlalu keras. Tidak ada yang bisa kulakukan untukmu jika aku meninggalkan ruang ini, bahkan jika aku memiliki nama yang berbeda. Tidak akan menyenangkan bagimu jika kau menemaniku, tapi bukankah lebih baik untuk memiliki satu nama?” -Lydia
“Aku tidak merasakan ketidaknyamanan apapun. Terutama karena tidak mungkin bahwa peri dapat dengan mudah diberi nama.” -Vito
“Tapi kau menerima Kai dengan mudah.” -Lydia
“Jangan seperti itu . . . .” -Vito
Kai adalah raja Peri Bumi milik ke 12 peri dengan peringkat tertinggi. Dia sudah mempunyai nama dari Vito. Tidak sepertinya, si bodoh yang hidup berdasar instingnya dan menerima tawaran dari seorang pria yang bertanya “Bisakah aku menamaimu?” dengan acuh tak acuh.
Alasan mengapa Vito tahu mengenai Peri Ruang dan Waktu berada di ruang ini adalah karena Kai. Lydia memikirkan tentang itu tapi tidak bisa mengatakannya. Vito membawa berbagai macam barang dari dunia luar. Dia berbicara tentang bagaimana kelihatannya, memori dari dunia luar, sambil Lydia mendengarkannya dengan antusias.
Ada cara khusus untuk berkomunikasi dengan para peri. Lydia tahu tentang dunia luar berkat para peri dari sana. Tapi melalui para peri, itu memihak dan dikatakan dengan atau tanpa ketertarikan. Inilah alasan mengapa Vito membicarakannya dengan detail seperti itu, memasukkan bagian subjek dan objek.
Disamping itu, di dalam ruang ini, dia bisa menjadi makhluk yang mirip dengan Vito. Berkat hal tersebut, dia bisa menyentuh dengan sebenarnya dan merasakan sebuah perasaan yang tidak bisa dia pahami hanya dengan melihat. Sejak Vito datang, para peri dari ruang menjadi marah, bahagia, dan sedih. Para peri menjadi sibuk mengutarakan emosi mereka sambil meragukan apakah dia akan datang lagi, mereka menantikan kunjungan Vito.
“Hey, bisakah aku memberimu nama?” -Vito
“Tidak.” -Lydia
“Terimalah.” -Vito
Percakapan tersebut selalu sama sejak Vito datang. Meskipun dia akan mengatakan dia menyerah, dia selalu berbicara tentang hal ini setiap kali dia datang untuk menemuinya tanpa lelah.
“Bisakah aku memberimu nama?” -Vito
Suatu hari, setelsh dia lupa berapa kali Vito telah bertanya, dia menyerah dan setuju.
“Tentu.” -Lydia
“Ta- yeah?!” -Vito
Vito yang kembali ke nada suaranya yang biasa, terkejut hingga dua matanya menjadi dua lingkaran lebar. Itu adalah hari yang luar biasa ketika dia tertawa dan melompat dalam kebahagiaan pada kejutan yang menyenangkan.
“Kau memintanya, tapi kau juga terkejut.” -Lydia
“Tidak, benar . . . . . apakah ini benar-benar tidak masalah?” -Vito
“Ya.” -Lydia
“Baiklah kalau begitu, mulai dari sekarang, kau adalah Lydia!” -Vito
“Bagaimana?” -Vito
Dia bertanya dengan wajah yang muram. Respon bahagia yang ia nantikan tidak muncul dan Vito entah bagaimana menjadi tidak tenang tentang Lydia yang memiliki wajah yang sulit.
“Kau tidak menyukainya?” -Vito
“Bukan seperti itu. Aku khawatir mengenai apakah itu adalah nama yang kau pikirkan dengan benar karena nama itu keluar dengan mudahnya. Itu bukan karena kau sudah memutuskannya dengan kekuatan dan kecepatan yang biasa, kan?” -Lydia
“Tidak ada hal seperti itu! Ini karena aku sudah memikirkannya sejak lama sebelum aku bertanya apakah tidak masalah untul menamaimu.” -Vito
“Aku lega mendengarnya.” -Lydia
Lydia memohon pada pikirannya untuk mengingat nama barunya, kemudian dia menghadap Vito dan memberinya senyum terbaiknya.
“Terimakasih, Vito.” -Lydia
Menghadapi senyum Lydia yanh benar-benar bahagia, Vito yang pipinya sedikit memerah, memalingkan wajah.
Setelah itu, Vito mengunjungi Lydia dengan lebih sering daripada sebelumnya dan mereka berbagi sebagian besar waktu mereka bersama. Suatu hari, mereka pergi ke suatu ruangan yang pemiliknya telah menghilang untuk menghapusnya.
“Hey, bolehkah aku memiliki benda ini?” -Vito
“Bukankah benda itu milik seseorang?” -Lydia
“Lagipula itu akan menghilang? Sayang untuk menghapusnya ketika benda ini masih bisa digunakan. Kalau begitu, bukankah lebih baik jika aku bisa menggunakannya?” -Vito
“Lupakan.” -Lydia
“Keren!” -Vito
Suatu ketika, dia memberi Lydia sebuah kotak kejutan, mengatakan bahwa itu adalah oleh-oleh. Lydia begitu terkejut dengan hal itu hingga dia lupa untuk marah.
“Jangan marah, maaf.” -Vito
“Jangan lakukan ini lagi. Lain kali kau melakukannya, aku akan mengusirmu keluar!” -Lydia
“Ya… Aku minta maaf…” -Vito
Suatu hari, Lydia menenangkan Vito yang terus mengeluh tentang pekerjaannya.
“Aku tidak mau bekerja lagi~. Sungguh hal yang sulit untuk menjadi seorang raja! Aku akan menetap di sini selamanya!” -Vito
“Ya ya, kau bisa menetap di sini selama yang kau inginkan. Setelah kau beristirahat, coba lakukanlah yang terbaik. Karena semua orang bergantung padamu.” -Lydia
Waktu yang ia habiskan bersama Vito menyenangkan.
Jadi Lydia telah melupakan bahwa waktu sama sekali tidak abadi.
Suatu hari, Vito membawa sebuah lukisan berfigura. Ukurannya kurang lebih setengah ukuran tubuhnya. Vito yang melukis diatasnya.
Lydia menyeringai pada lukisan yang kelihatannya digambar dengan lebih jelas dari Vito sendiri.
“Ada apa, membawakanku lukisan ini?” -Lydia
“Kuharap Lydia tidak akan merindukanku.” -Vito
“Hello, kau sering datang menemuiku. Bagaimana aku akan merindukanmu?” -Lydia
Ketika Lydia melihat wajah Vito balik menatapnya setelah dia selesai mendekorasi lukisannya di dinding, itu membuat Lydia bingung.
Vito dalam lukisan itu muda dan penuh kehidupan seperti ketika Lydia pertama kali menemuinya.
Namun, rambutnya sekarang, bercampur dengan warna abu-abu, dan wajah serta tangannya berkerut dengan dalam.
(Mengapa aku tidak menyadarinya hingga saat ini . . . .)
Meskipun itu adalah hal sulit untuk dilihat karena Vito adalah naga. Dia menua dengan relatif lebih lambat dibandingkan dengan suku lain, tapi jelas-jelas dia menua.
Ketakutan menghantamnya dalam sekali. Meskipun dia telah melupakannya, seorang naga tidaklah seperti peri. Meskipun mereka memiliki jangka hidup yang lebih lama dari pada spesies lain, suatu hari mereka akan mencapai akhir hidupnya.
“Ah . . . . .” -Lydia
“Hey, Lydia, ketika aku mati . . . .” -Vito
“Tidak. Aku tidak ingin mendengar apapun.” -Lydia
Lydia menutupi telinganya dengan tangamnya dan berbalik dari Vito.
Vito tersenyum pahit dan menggenggam tangan Lydia.
“Jika aku mati, jangan hapus ruangan ini dan biarkan seperti apa adanya. Jika Lydia memiliki pengontrak lain, bisakah kau memberikan semuanya kepada mereka? Mereka pasti akan peduli pada Lydia sebanyak aku mempedulikanmu.” -Vito
” . . . . Aku tidak akan bertemu dengan orang lain yang seperti itu lagi.” -Lydia
“Tidak masalah, mereka pasti akan muncul. Aku sudah berada di sana. Aku tidak tahu seberapa jauh itu di masa depan, tapi kau akan memiliki seseorang yang bisa memberimu tawa lagi. Aku menginginkan seorang perempuan jika mungkin. Aku akan cemburu jika itu adalah seorang pria.” -Vito
“Tapi nanti . . . .” -Lydia
“Lydia, bersabarlah. Semoga beruntung.” -Lydia
Seakan yakin tentang hal itu, Vito tertawa. Meskipun dia tua, dia masih tersenyum dengan begitu hangat seakan matahari bersinar di atas wajahnya.
Satu hari hanyalah sekejap bagi para peri. Lydia merasakan perasaan sedih yang datang dari sesama peri. Peri bumi dan peri bunga yang dikontrak setelah Lydia, juga para peri yang mencintai Vito, semuanya menangis.
Lydia duduk di dalam ruangan yang penuh dengan kenangan Vito.
Dia berharap dia bisa pergi ke sisi Vito sekarang ini. Tapi itu tidak menjadi kenyataan bagi Lydia, yang tidak bisa meninggalkan ruang ini.
Pada akhir kematiannya yang damai terlihat melalui rekan laki-lakinya. Vito akhirnya menghilang dari hidup Lydia . . . .
Senyum hangat dan cerah yang pernah membuat Lydia merasa hangat, sekarang hanya terlihat di dalam lukisan yang tergantung di dinding.
Kemudian, keseharian yang hening dimulai lagi.
Meskipun itu tidak akan sama lagi. Karena dalam waktu bebasnya, dia mengingat wajah Vito dan itu membuat hatinya berat.
Untuk mengalihkan diri, Lydia fokus pada tugasnya. Dia membersihkan ruang yang pemiliknya sudah pergi atau menghilang.Dia akan selalu memeriksa barang-barang di dalamnya dan tak lupa untuk mengeluarkan barang-barang yang dikatakan oleh Vito akan berguna untuknya.
Barang yang akan berguna itu dikeluarkan semua dari ruangan itu, sama dengan semua barang lain milik si pemilik dan membawanya kembali ke ruangan Vito. Namun, kesepian dan kesedihan tetap bersarang di hatinya dan tidak akan menghilang.
Kemudian tibalah saat ketika hal itu sudah menjadi tidak tertahankan, dan dia tidak bisa menahan kesedihan  lagi. Dia pergi ke sana dan berdiri diam di depannya, menatap lukisan yang dibawa masuk oleh Vito.
Dia bersandar mendekat untuk menurunkan dan memeluknya.
Pada saat itulah, kemudian dia merasakan ada sesuatu yang salah di balik figura itu. Dia membalikkan lukisan tersebut untuk memeriksanya dan di sana dia menemukan sebuah batu hijau terkubur di bagian atas figura.
Dia mengambilnya dengan mudah dan meletakannya di telapak tangannya. Lydia mencondongkan kepalanya untuk melihat benda itu.
“Permata? Kelihatannya bukan . . . . Sebuah sisik? Oh! Ini adalah sisik hati naga . . . .” -Lydia
Satu-satunya hal yang dia ketahui tentang sisik naga adalah bahwa benda itu merupakan bukti cinta yang diberikan oleh para naga kepada pasangan mereka. Sisik itu memiliki warna yang sama dengan mata Vito. Disamping itu, Vito susah-susah menanamkannya di figura, kelihatannya dia tidak meletakkan benda itu di sana karena ketidaksengajaan.
Itu hanya berarti satu hal.
Ada sesuatu yang tidak dikatakan Vito kepadanya hingga saat paling akhir.
Air mata mengalir di pipinya. Kemudian air mata lainnya turun, satu demi satu hingga dia terisak.
“Ini dia… aku tidak menyadari… aku adalah orang yang  bodoh… ” -Lydia
Dia menggenggam sisik hati naga dengan erat dan terus menangis hingga dia merasa lebih baik.


Waktu berlalu melampaui perasaan lembut para peri.
Orang lain memasuki ruang, tidak ada orang lain yang melakukannya kecuali bagi Vito.
“Lydia, aku membawakanmu hadiah.” -Ruri
Pengontrak yang dia pikir tidak akan pernah muncul lagi telah tiba.
Dia berpikir bahwa dia akan kesepian dan akan menunggu tanpa akhir.
Tapi, seperti yang dikatakan Vito, pengontrak lain akan datang. Seseorang yang bisa membuatnya tersenyum lagi telah tiba.
“Selamat datang kembali, Ruri.” -Lydia
Lydia menyapa pengontrak barunya dengan senyuman cerah.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected.

Options

not work with dark mode
Reset