Chapter 40 – Surat
Persiapan untuk pernikahan berkembang dengan stabil dipimpin oleh Agete.
Pertama, dia membuat pengukuran untuk gaun, dan karena Agete begitu antusias, Ruri tinggal tidak melakukan apapun.
Apakah dia yakin dia ingin menikah? Dia tidak yakin hidupnya akan tenang dan damai setelahnya.
Diantara hal-hal yang sedikit berbeda, itu merupakan hal yang umum bagi Jade untuk memintanya berubah menjadi kucing ketika mereka pergi ke distrik yang lebih rendah. Euclase memberitahunya bahwa itu adalah karena Jade tidak ingin orang lain melihat wujud manusianya.
Karena Ruri terbiasa berjalan di sekeliling kastil dalam wujud kucing, dia menerima permintaan Jade karena dia tidak memiliki alasan tertentu untuk menolak hal itu, tapi monopoli Jade terhadapnya membuatnya merasa seperti hubungan mereka menjadi aneh.
Dan belakangan ini, sebelum mereka tidur, Jade menekan bibirnya ke bibir Ruri lagi dan lagi setiap malam.
Itu bukanlah ciuman pertama-kali mereka, tapi bagi Ruri hal tersebut memenuhinya dengan emosi, tapi itu sepertinya tidak menghentikan Jade sama sekali.
Jade mencoba menyentuhkan bibir mereka dalam kesempatan apapun yang dia bisa.
Dia menciumnya selama istirahat di kantor, tapi ketika mereka berada di kamar, mereka tidak perlu khawatir mengenai waktu, mereka tidak akan lelah dan bisa terus berciuman selamanya.
Namun, Ruri tidak bisa menahannya begitu lama dan mendorong Jade menjauh.
Dia melihat ekspresi ketidakpuasan Jade tapi dia tidak peduli.
“Aku tidak bisa menahannya lagi . . . .” -Ruri
Ruri bernafas keras dan meringis. Tapi Jade tidak membiarkannya pergi, sebaliknya dia bersandar pada bantalan memegang dirinya padanya.
Pada awalnya, ketika Ruri duduk di pangkuan Jade sebagai seorang manusia, dia begitu memerah terlihat seakan dia akan meledak dalam api, tapi akhirnya dia terbiasa untuk bersantai ke dalam lengannya.
“Jade, bisakah kita mengurangi ciumannya? Tidak, maksudku bukannya aku tidak menyukainya secara khusus!” -Ruri
Ruri menemukan bahwa sulit untuk lanjut berbicara, dan dia merasakan pandangan dingin dari Jade, jadi dia menambahkan kalimat menyenangkan dengan cepat.
“Jika kau tidak memiliki masalah apapun.” -Ruri
Jade tidak berbicara untuk waktu yang sangat lama.
“Tidak, aku tidak membencinya, tapi aku tidak bisa melakukannya setiap hari, itu mempengaruhiku baik secara fisik dan mental!” -Ruri
Dia khawatir mengenai jantungnya, terutama karena jantungnya terus berdetak sangat kencang ketika mereka berciuman.
Dia tidak menyesal menerima hati naga.
Dia tahu para naga merasakan secara kuat terhadap pasangan mereka, tapi itu lebih dari apa yang ia perkirakan. Belakangan ini jika Jade tidak melihatnya secara teratur, suasana hatinya akan memburuk.
Itu bukanlah masalah karena itu tidak menyebabkan masalah apapun bagi Ruri, tapi karena Asahi, dia tidak memiliki banyak pengalaman dengan percintaan. Dia ingin agar Jade pelan sedikit.
“Tapi ini juga demi dirimu, Ruri” -Jade
“Apa!?” -Ruri
“Apakah kau tidak mendengarku?” -Jade
Ruri memiringkan kepalanya, bingung.
Jade menjelaskan sambil menggenggam gelas kaca yang berisi sisik naga di sekeliling leher Ruri.
“Apakah kau mendengar bahwa seorang naga hanya bisa memiliki anak dengan seorang pasangan yang diberinya hati naga?” -Jade
“Ya.” -Ruri
Dia telah mendengar sedikit tentang hal tersebut.
Ketika seorang wanita menyerap kekuatan naga dari seorang pria, sebuah tanda akan muncul dalam tubuh si wanita. Sebuah kontrak terbuat.
“Itu tidak selesai dengan mudahnya mengirimkan kekuatan naga selama upacar pernikahan. Dalam rangka untuk membiasakan si wanita dengan bayi naga, sang pria akan mengirimkan kekuatan sihir kepada pasangannya untuk membuatnya terbiasa terhdap tubuh asing seorang naga.” -Jade
Setelah dia mengatakan itu, dia membawa wajahnya mendekati Ruri dan mereka berbagi ciuman pendek dan bibir mereka baru hanya akan bersentuhan.
Pada saat itu, dia bisa merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari Jade kepadanya.
“Apakah baru saja merasakan sesuatu terkirim kepadamu?” -Jade
“Ya.” -Ruri
“Itu adalah sihir. Sepertinya kau bahkan tidak menyadari bahwa kau memancarkan dan menyerap kekuatan sihir.” -Jade
“Bahkan jika kau mengatakannya . . . .” -Ruri
Tidak mungkin bahkan bagi Ruri mengatakan dengan baik perasaan seperti itu, jadi dia belum menyadari apapun.
“Biasanya setelah upacara pernikahan, kita akan berada di dalam kamar selama tiga hari.” -Jade
“Tiga hari . . . . .” -Ruri
Wajah Ruri menjadi kosong. Mendengar Jade berbicara membuatnya menjauh.
“Tidak, itu adalah kasus bagi seseorang dari suku naga, tapi karena kau adalsh manusia, itu akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk kau terbiasa dengan kekuatan naga. Mari lihat . . . . . Pernikahan direncakan untuk pertengahan Januari.” -Jade
“Ah” -Ruri
“Namun, itu bukanlah bibirmu yang terpengaruh tapi perutmu . . . . .” -Jade
Pada saat mendengar itu, dia menjadi takut dan meringis, Jade memberikan senyum kecil.
Dia mengusap rambut Ruri untuk menenangkannya.
“Yeah, itu akan menghabiskan waktu sedikit lebih lama. Maka dari itu, meskipun keefisiensiannya buruk, aku mengirimkan kekuatan sihirku dengan bibirmu. Aku juga memiliki tugas seorang raja, jadi aku tidak bisa mencegahnya terlalu lama. Pada saat aku harus berkonsentrasi membiasakan kekuatan sihirku untuk menyesuaikanmu.” -Jade
“Urgh.” -Ruri
Ruri tidak bisa mengatakan apapun karena apa yang dikatakan Jade itu masuk akal.
Tapi dia senang itu adalah penghujung hari.
” . . . .Ngomong-omong, kau terlihat berada dalam semangat yang bagus.” -Ruri
Segera menyadari Jade memiliki senyum misterius yang menarik secara seksual, hati Ruri hampir meledak, dan dia mencoba untuk berlari kencang.
. . . . . Tapi Jade segera menyambar pergelangan kakinya dan menarik mereka berdua ke atas tempat tidur.
“Oof.” -Ruri
Dia mencoba bangun dari bawah Jade, tapi lengan Jade secara tak terduga berada di kedua sisi wajahnya. Ketika dia melihat ke atas dengan takut-takut, dia melihat wajah tersenyum Jade ketika ia menatap dengan tamak.
“Aku tidak masalah berbagi tempat tidur denganmu, apa yang akan kau lakukan?” -Jade
Bagi Ruri, satu-satunya pilihan yang dia miliki adalah untuk menerima dan dia menutup matanya.
Larut malam, tidur Ruri terganggu oleh sesuatu.
Ketika dia membuka matanya, wajah Jade berada begitu dekat hingga dia bisa merasakan nafasnya, Ruri hampir mengeluarkan suaranya, tapi dia bisa menahannya.
Dengan perlahan dia hanya menggerakan matanya menatap ke sekitar.
Sebuah ruang gelap. Dia bisa melihat para peri mengambang di atasnya berkata “Shh” dengan jari-jari mereka yang di bibir.
Mata Ruri membelalak setelah melihat para peri karena mereka tidak biasanya masuk ke kamar tersebut.
Para peri memberi isyarat padanya sambil menunjuk jarinya.
Pada saat dia mengerti, Ruri yang mengantuk menghela nafas, memeriksa apakah Jade tertidur lelap, dan menguraikan dirinya dari lengan yang memeluknya dengan perlahan agar dia tidak membangunkan Jade, kemudian dia meninggalkan kamar dengan cepat.
Itu adalah kamar Ruri, dan merupakan kamar dimana terdapat tubuh Kotarou dan Rin.
Alasan dia mengatakan “tubuh” adalah karena itu merupakan tubuh tanpa jiwa.
Kotarou dan Ruri yang asli telah pergi ke dunia yang berbeda, jauh dari dunia tempatnya berada sekarang ini, ke dunia dimana orang tua Ruri melahirkan dan membesarkannya.
Mereka ingin memberitahu orang tua Ruri mengenai keadaannya saat ini.
Satu-satunya alasan yang akan membuatnya terganggu di malam hari adalah apakah Kotarou dan Rin telah kembali.
Ketika Ruri bergegas menuju kamar sebelah, tubuh Kotarou dan Rin bergerak dengan semangat.
“Kotarou, Rin!” -Ruri
“Mmm, sekarang aku kembali, Ruri.” -Kotarou
“Aku pulang~ Ruri” -Rin
Dia tersandung dan menuju ke arah Kotarou dan memeluk bulu halusnya.
Meskipun tubuh itu aslinya adalah tubuh mati, merupakan hal sulit untuk melihat tubub Kotarou dan Rin menjadi tanpa kehidupan.
Namun, ketika dia melihat dua hewan bergerak dengan semangat, dia lega.
“Apakah kalian bertemu orang tuaku?” -Ruri
“Kami segera menemukannya. Mereka itu terkenal diantara para peri dari dunia lain, kami bertanya pada seorang peri yang lewat dan dia menunjukkannya pada kami.” -Rin
“Yeah, itu mudah untuk menemukan karena para peri berkumpul di sana. Mereka sangat menyenangkan dan menyambut. Ruri terlihat sangat mirip dengan ibumu dan aku segera mengenalinya.” -Kotarou
“Ya . . . baiklah . . . . .” -Ruri
Ketika dia berpikir, itu sulit baginya untuk mendengar tentang dunia lain.
“Ada sesuatu yang menarik tentang dunia Ruri. Aku terkejut melihat para manusia terbang di angkasa mengendarai potongan baja yang besar. Apakah itu disebut pesawat?” -Kotarou
“Tidak ada yang bisa melihat kami sama sekali di dunia itu. Aku terkejut.” -Rin
Sambil mendengarkan Korarou dan Rin berbicara dengan semangat mengenai dunia lain, Ruri tersenyum.
Sekarang dia bisa melihat para peri, dia tidak yakin apakah dunianya akan sudah berubah jika dia sudah bisa melihat para peri di dunia.
Itu adalah hal yang patut disesalkan karena dia tidak bisa melihat dunia lainnya lagi.
“Bagaimana orang tuaku bereaksi setelah mendengar tentangku?” -Ruri
“Mereka khawatir tentangmu, menghilang ke udara tipis. Mereka kecewa setelah mendengar bahwa kau telah pergi ke dunia lain.” -Rin
“Um . . . . .” -Ruri
Tidak ada kata yang keluar.
Tiba-tiba menghilang, mmebuat orang tuanya khawatir. Sungguh anak yang tidak penuh pertimbangan.
Bahkan jika dia berpikir begitu, dia bahkan tidak bisa meminta maaf kepada mereka.
“Aku punya surat dari ibu Ruri.” -Rin
Ketika dia melihat sebuah amplop yang ditujukan padanya oleh Rin, Ruri menarik nafas.
Dia duduk di lantai dimana dia berada, dan mengambil amplop dengan gugup, menarik terbuka segelnya.
Tulisan ibunya dengan huruf bundar yang mirip dengan siswi SMP, bukan orang dewasa. Menatap pada hurus-huruf yang tidak berubah, Ruri menghembuskan tawa, dan air mata jatuh dengan kelegaan.
“Dia tidak berubah . . . .” -Ruri
Isi surat tersebut adalah tentang kekhawatiran seorang ibu mengenai anaknya, bertolak belakang dengan huruf-huruf yang kekanakan.
Apakah dia makan dan tidur dengan benar, dan memastikan dia tidak terluka.
Dia paham bahwa kata-katanya tidak akan sampai pada ibunya, tapi dia masih tetap berbisik dengan hening bahwa dia baik-baik saja.
Namun, isi surat tersebut cukup ringan, seakan dia khawatir tentang seorang anak yang pergi liburan, bukan khawatir tentang anak perempuan yang tidak akan pernah dia temui lagi, itu lebih seperti surat keibuan yang optimis.
Air matanya meluap dan tidak berhenti, terjatuh ke atas surat.
Menyapu air mata dari surat itu dengan segera, dia mencoreng huruf-huruf itu, dan jadi bukan hanya pandangannya yang kabur oleh air mata, tapi kata-katanya tercoreng.
“Urgh, uuu . . . . .” -Ruri
Dia berpikir bahwa bahkan jika mereka tidak bertemu, mengirimkan sebuah surat sudah akan cukup, tapi sepertinya surat saja tidak cukup.
Itu bahkan membuatnya lebih ingin bertemu dengan ibunya bertatap muka.
Ruri menutup wajahnya dengan tangan dan menangis, tidak menahan suaranya.
Air mata tidak berhenti dan dia menyadari tidaj ada pilihan kecuali menangis.
Pada saat itu, tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang.
Dia mencoba untuk melepaskannya secara refleks, tapi lengan tersebut sangat kuat dan dia tidak bisa bergerak.
Ketika dia melihat ke belakang, itu adalah Jade, dan Jade menurunkan alisnya dengan sedih.
“Jade, kenapa . . . . ?” -Ruri
“Para peri membangunkanku. Mereka memberitahuku bahwa kau menangis.” -Jade
Menatap ke sekitar, Kotarou, Rin, dan para peri lain yang berada di sekitar telah menghilang.
“Jangan menangis sendirian.” -Jade
“Jade.” -Ruri
Dia membalikkan tubuhnya, jadi dia menghadap Jade, menempel padanya dan menangis dengan suara keras.
“Aku tidak bisa menggantikan orang tua Ruri, tapi aku bisa memberikanmu cinta yang cukup untuk dihitung juga bagi orang tua Ruri.” -Jade
Sampai Ruri tenang, Jade memeluknya dengan kuat di lengannya, mengelus kepalanya.
Mata Ruri bengkak dan merah setelah menangis.
Jade mencoba untuk berada di sisi Ruri sepanjang hari, tapi Ruri mengusirnya karena ada pekerjaan yang harus dilakukan.
Sebaliknya, Kotarou dan Rin berada dekat dengannya sepanjang hari, dan para peri lainnya menempel padanya atau berada di sekitarnya mengambang di udara.
Semua orang khawatir mengenai Ruri.
Karena Ruri tersenyum bahagia ketika seseorang membawakan bunga yang indah untuknya, semua orang membawa bunga tersebut untuk membuatnya tersenyum, dan bunga taman dipindahkan ke ruangan dimana dia berada.
Di atas itu, ada lebih banyak peri yang datang, dan meskipun itu adalah ruangan yang luas, hal tersebut membuat ruangan yang tersedia menjadi cukup sempit.
Ketika Euclase dan Joshua datang untuk melihat bagaimana keadaan Ruri, wajah mereka menjadi kosong ketika mereka melihat ruangan tersebut dan mereka pergi tanpa mengatakan apapun.
Ada jumlah peri yang luar biasa berkumpul di ruangan tersebut.
Namun, karena mereka semua bersamanya, Ruri tidak kesepian dan dia merasa tenang.
Dalam situasi yang hidup seperti itu, Ruri membaca surat lagi.
“Apakah kau membaca surat itu lagi?” -Rin
“Yeah, sepertinya aku cukup tenang untuk membacanya sekarang.” -Ruri
Pada awalnya dia penuh dengan perasaan sedih dan kesepian, tapi sekarang dia bisa merasa tenang membacanya.
Itu adalah bukti bahwa aku bisa menerima keadaan saat ini dengan benar.
“Aku tidak berpikir bahwa kau harus membacanya dengan begitu sering, kau bisa bertanya saja pada orangnya nanti.” -Rin
” . . . Apa . . . . . . ?” -Ruri
Setelah keheningan yang lama, Ruri mengolah kata-kata Rin, mencoba untuk memahami.
Pada saat itu, dia mendengar suara peri yang sedang menyentuh amplop terbuka yang berisi surat.
“Apakah ini? Hey, Ruri. Kau masih punya surat lain di sini.” -Rin
“Eh?” -Ruri
Ruri mengambil surat kedua dari tangan Rin yang terulur, dan menaruh perhatiannya ke arah catatan.
“Ehh!?” -Ruri
Di catatan itu . . . . .
‘PS, Aku mencoba untuk mengurus urusan pribadiku sekarang, dan sepertinya itu akan memakan sedikit waktu. Kupikir aku akan berada di saat yang tepat untuk pernikahan Ruri, jadi tolong menunggulah=’
Tangan Ruri gemetar dan dia merusak catatan tersebut dengan kasar menjadi dua.
“Apa maksudmu?” -Ruri
Teriakan Ruri bergema di dalam ruangan tersebut.