Chapter 37 – Neraka dari Surga

Langit biru tanpa awan terlihat memebentang di atas kepala Ruri. Ada banyak peri yang berkumpul dalam kehadiran Ruri, membuat cuaca di ibu kota kerajaan menjadi tenang.
Disamping itu, Kotarou dan Ruri, peri angin dan peri air terkuat, membawa angin yang bagus untuk menggerakkan kapal layar , laut dan cuaca yang tenang itu, itu semua dihargai oleh kota pelabuhan yang begitu terpengaruh oleh cuaca.

Berkat Yang Dicintai, kepopuleran kerajaan meningkat.

Cuaca bagus seperti itu ibu kota, sempurna untuk berkencan.

Di pagi hari, Ruri yang gugup sedang berdiri di depan cermin diperiksa oleh Euclase, dia memakai gaun biru tua dengan motif bunga, pilihan populer untuk wanita di kerajaan tersebut, Ruri berada dalam pemeriksaan akhir.

Di leher Ruri, kalung sisik hati yang didapatkan dari Jade bersinar.

Ruri siap, dan dia pergi ke kantor Jade sebelum pergi.

“Apa yang kau pikirkan? Bagaimana kelihatannya aku dari sudut pandang seorang pria?” -Ruri

“Oh, kau imut, itu terlihat bagus padamu.” -Jade

Pada saat itu, Ruri tidak menyadari bahwa Jade memiliki pandangan berbahaya di dalam matanya selama beberapa saat, dan Ruri senang karena dipuji.

Di belakangnya adalah Euclase dan Klaus yang baru saja akan mengatakan sesuatu.

“Baiklah, aku pergi!” -Ruri

Di dalam kantor yang telah ditinggalkan oleh Ruri dibelakang, Euclase berkata.

“Yang Mulia, apa maksudnya ini?” -Euclase

“Ada apa?” -Jade

“Di leher Ruri, itu adalah sebuah hati naga. Aku masih belum jatuh cinta, tapi untuk memberikan hal penting seperti itu. Apalagi Ruri sepertinya tidak mengetahui makna jika diberi benda seperti itu.” -Euclase

“Itu memiliki cukup kekuatan untuk membuat pria manapun menghindarinya.” -Jade

Baik itulah alasannya atau bukan, Euclase dan Klaus memasang sebuah ekspresi bahwa mereka tidak bisa mengatakan apapun.

Normalnya, itu bukanlah sesuatu yang diberikan karena alasan tersebut. Sisik hati naga hanya bisa dikumpulkan sekali dalam hidupmu.

Jika Ruri jatuh cinta dengan pria lain, kegelisahan Euclase tidak akan berhenti.

Artinya, siapapun yang ingin dikencani Ruri pastinya orang baik yang sungguh tidak melihat dunia, tapi Euclase masih berpikir bahwa itu adalah hal yang disayangkan karena Ruri dijadikan boneka dan pergi dengan bahagia.

Meskipun dia diberi sisik hati naga, Euclase berdoa dalam pikirannya bahwa keberuntungannya tidak akan lari dan Ruri tidak akan menyukai pria lain.

***

Kafetaria tempat dimana Ruri dan Jet bertemu berada di sebelah ibu kota, tapi kali ini mereka memilih bertemu di ibu kota kerajaan untuk sebuah kencan.

Ibu Kota Kerajaan Naga juga merupakan titik perdagangan bagi negeri lainnya, berbagai macam barang asing yang bagus dijual, dan Ruri, yang tidak pernah melihat-lihat ke sekeliling ibu kota secara perlahan, kini melihat sekeliling dan menghabiskan uang yang dia hasilkan di kafe, bahkan jika dia memiliki kencan yang harus dihadiri.

Kebetulan, Rin dan Kotarou telah kembali ke kastil.

Ketika Ruri tiba di tempat pertemuan, disana sudah ada Jet yang menunggu.

Ruri bermaksud untuk tiba lebih awal dari yang dijadwalkan, tapi sepertinya mereka berdua menantikan hari ini dan sama-sama terburu-buru.

Ketika Jet menyadari Ruri, dia melambaikan tangan dengan sebuah senyuman segar yang terlihat tampan dalam angin di awal musim panas.

(Yeah, paling tidak dia adalah pemuda yang segar.) -Ruri

Ruri memastikan bahwa dia tidak melihat sesuatu, kemudian dia mendekat dengan senyuman.

“Halo. Kau terlihat berbeda dari biasanya, kau terlihat imut.” -Jet

“Terimakasih.” -Ruri

“Baiklah, ayo pergi ke suatu tempat . . . . .” -Jet

Meskipun Ruri malu, dia tersenyum, tapi kemudian Jet menyadari sesuatu, dan matanya membelalak dan akhirnya kata-katanya terpotong.

“Ada apa?” -Ruri

Tiba-tiba ragu mengapa dia berhenti, wajah Jet terdistorsi.

Dia menutup matanya seakan menekan sesuatu, dan membuka matanya lagi setelah beberapa saat dengan ekspresi sedih.

“Kau tidak perlu repot menunjukkan sesuatu seperti itu padaku, aku akan menyerah jika kau memberitahuku sebelumnya . . . . . .” -Jet

“Eh?” -Ruri

Ruri bingung karena dia tidak mengerti apa yang dikatakan Jet.

“Karena aku tidak ditolak, aku tidak yakin apakah aku punya kesempatan. Itulah mengapa aku menantikan untuk hari ini. Namun . . . . . . . . Aku ingin kau menyatakannya dengan jelas jika ada seorang lawan.” -Jet

“Kau pergi kemana!?” -Ruri

Jet yang menahan sesuatu, kabur dengan ekspresi sedih.

Ruri mengulurkan tangan berdiri berlawanan dengan langit.

“Eh, . . . . . . Eh?” -Ruri

Ruri ditinggal sendirian di tempat tersebut dan dia hanya bisa mematung dengan kejadian yang tiba-tiba.

(Apa yang terjadi! Apa yang terjadi, tunggu tunggu, tenanglah! Bernafaslah dengan dalam untuk sementara waktu.) -Ruri

Sighhhh, dia bernafas dengan dalam, tapi kebingungan tidak menjauh.

Jetlah yang mengundangku untuk kencan ini. Kemudian dia mengatakan sesuatu yang tidak dimengerti oleh Ruri dan kemudian kabur, dan meninggalkannya sendirian.

(Eh, aku dibuang . . . . ? Kenapa!?) -Ruri

Tanpa mengetahui alasannya, Ruri berkeluyuran ke sekeliling kerajaan tanpa tujuan.

Itu terasa menyedihkan untuk pulang dengan begitu cepat, dia berkata dia akan keluar, dan dia pergi dengan begitu bahagia.

(Ketika aku kembali, aku akan berbicara pada Ewan. Baiklah! Mari lupakan tentang hal itu dan menjelajahi ibu kota turis!!) -Ruri

Jika itu adalah Ewan, dia mungkin akan memberitahu Ruri apa yang tidak dia mengerti. Kemudian dia bisa membenarkannya untuk lain kali.

Karena perubahan alasan inilah, Ruri berpikir untuk menjadi berani.

Tidak, hanya atmosfir dan tempatnya yang diketahui, dia sama sekali tidak mengenal Jet dengan baik, dan Jet sudah berbicara seperti tidak ada kesempatan.

Dia memutuskan untuk pergi melihat sekeliling toko di ibu kota.

Ketika dia berjalan di kota kerajaan menikmati berbelanja dan memakan makanan di kedai, dia membeli hadiah untuk Rin dan Kotarou yang telah membuatnya berhutang baru-baru ini, dia juga membeli hadiah untuk Chelsea, kemudian dia pergi ke jembatan.

Di tengah jembatan, ada orang yang dikenal Ruri.

“Ewan?” -Ruri

Ewan menatap air yang lewat di bawah jembatan dengan ekspresi yang entah bagaimana terlihat aneh.

Sebuah pemikiran gelap kekhawatiran menembus pikiran Ruri.

“Jangan lakukan itu!” -Ruri

Dia berlari menuju Ewan dengan jeritan dan menempel ke tubuh Ewan sehingga dia tidak memiliki kesempatan.

Ewan yang ditangkap secara tiba-tiba dari belakang, berteriak “Whoa!” dan terdorong ke depan oleh dampaknya, hanya menghindari kejatuhan dengan berpegangan ke susuran tangga.

Ewan menatap pada pengacau memuakkan secara tenang dengan jantung yang berdebar.

“Apa yang kau lakukan? Bagaimana jika aku terjatuh?!” -Ewan

Menatap ekspresi putus asa di wajah Ewan, Ruri menyadari bahwa dia telah menyalahpahami secara besar-besaran dan bergegas dalam kepanikan.

“Eh, oh, maaf. Ewan, kupikir kau akan melompat . . . . .” -Ruri

Ewan menatap  Ruri dengan wajah curiga.

“Kenapa kau tahu namaku. Apakah kau berasal dari kastil?” -Ewan

Setelah kata-kata Ewan, Ruri menyadari bahwa Ewan hanya mengetahui wujud kucingnya dan dia tidak pernah melihat wujud manusia Ruri.

“Ini pertama kalinya aku bertemu denganmu dalam sosok ini. Aku Ruri.” -Ruri

Ewan meringis, membalikkan punggungnya pada Ruri, dan kabur seperti kelinci.

“Ah, hey . . . . .” -Ruri

Setelah mengalami pria yang kabur darinya untuk kali kedua dalam hari itu, kemarahan Ruri akhirnya mulai tumbuh.

Ruri mengepalkan tangannya dan mengejar Ewan yang kabur.

“Kenapa kau kabur!!” -Ruri

“Kenapa kau mengejarku!? Aku memutuskan untuk tidak berhubungan denganmu lagi! Jangan mengikuti!” -Ewan

Selama masa ketidakhadiran, awalnya Ewan merasa frustasi terhadap Ruri, tapi kemudian dia mulai menyesali masalah yang telah dia sebabkan untuk kakaknya, Finn, dan dia bersumpah di dalam hatinya untuk tidak mendekati Ruri.

Namun, Ruri tidak peduli pada hal seperti itu, dan itu hanya menghabiskan sedikit waktu bagi Ruri untuk menangkap Ewan setelah menggunakan sihir.

“Aku menangkapmu.” -Ruri

“Hey, jangan mendekat!” -Ewan

Ewan mundur dengan wajah mengerut ketakutan seakan dia telah menemui hantu, sedangkan Ruri tertawa dengan Ufufufu.

“Terserah, kau harusnya tidak mengeluh pada seseorang yang menyelamatkanmu dari terjun dari jembatan.” -Ruri

“Aku bukannya akan melompat! Tinggalkan aku sendirian. Aku tidak memiliki sesuatu untuk dilakukan denganmu.” -Ewan

Ya, benar, jadi sepenuhnya menghiraukan apa yang dikatakan Ewan.

“Hmmm. Lalu, kenapa kau berada di tempat seperti itu dengan wajah melankonis seperti kau akan melemparkan diri?” -Ruri

“Dengarkan aku bicara!” -Ewan

“Ya ya, maka aku akan memintamu untuk berpindah ke tempat dimana kau bisa berbicara dengan perlahan.” -Ruri

“Tidak, bukan itu maksudku.” -Ewan

Ruri menggunakan sihir angin dan menggulingkan Ewan di atas tangan angin besar yang tak kasat mata, memanipulasi tubuh Ewan dengan paksaan ke toko terdekat.

Ewan tidak memiliki kemampuan untuk peri angin dan tidak akan pernah bisa berlomba dengan Yang Dicintai, jadi dia segera menyerah.

“Apa yang terjadi?” -Ruri

“Seperti yang berulang kali kukatakan, itu tidak berhubungan denganmu. Kenapa kau berbicara denganku? Aku melakukan sesuatu padamu dan bertanggungjawab, jadi kau seharusnya marah. Tapi kau terlihat mengabaikan segalanya.” -Ewan

“Apakah kau memiliki kesadaran?” -Ruri

Kalimat Ewan terjebak di tenggorokannya dan dia mengalihkan matanya.

Dia sadar terhadap apa yang dia lakukan kepada Ruri.

Itu adalah hantaman besar. Dengan kasus seperti itu, Ruri tidak bisa berhenti, dan kata-katanya mengalir keluar satu per satu.

“Baiklah, kenapa kau sangat memusuhiku? Kau tidak akan mengatakan itu jika kau tidak punya alasannya. Finn bukan satu-satunya alasan, kan? Kupikir aku punya hak untuk mengetahui alasan kau mengatakan semua itu.” -Ruri

Ruri tidak mendengar apapun dari Ewan untuk beberapa saat setelah kalimat kasarnya, tapi Ewan memiliki ekspresi sedih di wajahnya untuk beberapa saat.

Setelah melihat ekspresi tersebut, Ruri tidak bisa tidak gelisah, melupakan amarahnya.

Setelah menatap sekilas pada wajah Ruri, seperti seorang anak yang dimarahi melirik pada ibu mereka, Ewan membuka mulutnya dengan ekspresi kesakitan.

“. . . . Apakah kau tahu bahwa aku setengah manusia, setengah naga?” -Ewan

“Yeah.” -Ruri

“Ibuku adalah manusia, dan karena itulah aku tidak bisa melihat para peri. Semua anak-anak lainnya bisa melihat mereka. Aku diganggu dengan parah karena hal itu. Aku tahu kau adalah manusia dan itulah mengapa aku ingin menarikmu menjauh dari kakakku. Aku tidak mau kakakku mempunyai seorang anak sepertiku. Ketika aku mengatakan semua hal buruk pada saat itu, aku tidak mempercayaimu. Begitu seseorang dari ras naga memilih orang untuk menjadi pasangannya, mereka tidak akan melihat yang lain. Jadi aku ingin menghentikan itu sebelum terjadi. Dan sekarang aku bisa mengatakan dengan benar bahwa aku menyesal.” -Ewan

“Hmm. Tapi kenapa kau mengambil tindakan setelah mengetahui bahwa aku adalah manusia? Bagaimana dengan sebelumnya?” -Ruri

“. . . . . . Itu hanyalah sebuah luapan kemarahan. Aku tidak bisa melihat para peri. Bahkan setelah memanggil lagi dan lagi, dan mendengarkan dengan hati-hati, tapi tidak peduli berapa lama aku menunggu, mereka tidak muncul di hadapanku. Dan kemudian seekor kucing yang katanya merupakan Yang Dicintai muncul dan dicintai oleh para peri. Kau mendapatkan apa yang kuinginkan tanpa usaha apapun. Itu tak termaafkan.” -Ewan

Ewan ragu sebelum lanjut berbicara sambil berdiri dengan canggung.

“Selanjutnya, waktu yang bisa kuhabiskan bersama Finn berkurang ketika dia menjadi penjaga kucing Yang Dicintai, karena dia harus mengiringimu pada saat kau berjalan kaki di tanah kastil . . . . .” -Ewan

Sepertinya ini menjadi tentang Finn. . . . .

Mata Ruri terkejut.

“Kakakku telah melindungiku untuk waktu yang lama. Dia memperlakukanku seperti kakak yang sesungguhnya, memberikan keberanian kepadaku yang tidak bisa menggunakan sihir peri. Kakakku adalah dermawanku, namun . . . . . Meskipun begitu, aku menyebabkan masalah untuknya. Sungguh aku adalah adik yang buruk!” -Ewan

Suaranya meninggi, dan Ewan jatuh ke atas meja, dan menangis tersedu-sedu, Ruri terkejut dan menatap sekitar untuk mengetahui bahwa tamu-tamu di sekeliling menatap ke arah mereka.

Ruri segera meletakkan penghalang tak kasat mata di sekitar mereka dan menghalangi agar suara mereka tak terdengar.

“Aku tidak memiliki syarat untuk menjadi adik Finn! Sebagai tambahannya, kami tidak terlihat mirip sama sekali . . . . Ketika aku memikirkan hal itu, aku melarikan diri dari kastil dan secara tak terduga selalu berakhir di jembatan itu. UhhUhh.” -Ewan

(Jade, sepertinya hukuman ini lebih buruk dari apa yang kuperkirakan . . . . .) -Ruri

Ruri berpikir sambil menenagkan Ewan dengan menepuk bahunya.

Setelah mendengarkan cerita Ewan, dia menyadari bahwa dia tidak membenci Ewan.

Dia bisa mengerti alasannya.

Meskipun dia merasa berat sebelah terhadap seseorang, dia merasa seperti dia bisa melakukan apapun untuk orang tersebut.

Ruri sungguh-sungguh dilindungi oleh para peri dari awal tanpa usaha apapun seperti yang dikatakan Ewan. Dia tidak bisa mengerti penderitaan Ewan.

Dia harus meminta maaf dengan benar, dan membiarkan masa lalu mengalir menjauh, pikirnya.

Untuk sementara, dia menenangkan Ewan yang berada di depan matanya dan pikiran Ruri bergerak.

T/N : Kyaa!! Finn <3

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected.

Options

not work with dark mode
Reset