Chapter 35 – Pelarian Diri
Ruri bertanya pada Finn, yang baru saja tiba dengan informasi bahwa Asahi telah menghilang dari ruangannya.
“Apa maksudmu, Finn . . . . ? Asahi benar-benar dijaga sepanjang waktu.” -Ruri
Jade menatap Finn untuk sebuah jawaban.
“Seperti yang dikatakan Ruri, ada tentara yang ditempatkan di luar ruangan, dan di luar jendela adalah tebing curam, aku berpikir bahwa manusia biasa tidak akan bisa keluar, tapi dia tidak berada disana ketika orang-orang sipil masuk untuk memeriksanya.” -Finn
Ketika efek kekaguman terhadap Asahi yang masih tertinggal pada teman sekelasnya yang lain menghilang secara perlahan, mereka diberitahu lagi mengenai penipuan Raja Nadarsia.
Sebenarnya dijadwalkan Jade lah yang akan pergi berbicara pada Asahi dan teman sekelasnya, tapi jika hanya untuk menceritakan sebuah cerita dan karena Jade tidak mau berbicara pada Asahi, dia mengirimkan orang-orang sipil sebagai gantinya.
“Mereka berkata bahwa justru ada seorang gadis pelayan junior di dalam ruangan.” -Finn
“Seorang pelayan junior?” -Ruri
Ruri memiringkan kepalanya.
Dia menatap Jade dengan sebuah pandangan tak terduga yang bisa diartikan sebagai “Apa maksudnya?” tapi alis Jade menyatu.
“Pelayan itu telah membantu Asahi melarikan diri. Mereka bertukar baju, si gadis pelayan memberi troli makan siang pada Asahi dan dia pergi, dan si gadis pelayanlah yang masih berada di dalam ruangan.” -Finn
“Apakah mereka mengenal satu sama lain?” -Jade
Itu terlalu ceroboh. Begitu seseorang masuk dalam ruangan, beritanya keluar.
Setelah melarikan diri dari pemenjaraan, hukuman tidak dapat terhindarkan. Jade tidak yakin apakah si gadis pelayan mengerti bahwa dia akan dihukum karena membantu Asahi melarikan diri.
“Tidak, mereka tidak mengenal satu sama lain. Hanya . . . . . .” -Finn
Kalimat Finn menghilang dan dia menunjukkan ekspresi kesakitan.
“Gadis itu ingin bertemu Yang Mulia. Dia berkata bahwa Ratu yang sekarang itu palsu, dan mengklaim bahwa dia adalah Ratu Naga yang sebenarnya. Menurutku, kelihatannya dia adalah gadis yang ditemukan oleh Joshua dan dibawa ke Kerajaan setelah perintah Agete.” -Finn
“Ratu Naga?” -Ruri
Ketika Ruri memiringkan kepalanya terhadap kata asing, Jade melihatnya dan dia memegang pelipisnya seakan dia sakit kepala.
Perintah Agete membawa Joshua dalam rencana, dan dalam proses menemukan gadis yang ditemui oleh Jade di jalanan, dia mengumpulkan informasi mengenai gadis yang mirip yang dibawa oleh pedagang budak, kemudian mereka menyelamatkannya.
Namun, gadis yang ingin Jade temukan sudah berada di sisinya.
Jade sendiri mengenalinya, Agete tahu bahwa Ruri lah orang tersebut, dan setelah itu tidak ada yang perlu dikatakan, tapi tampaknya gadis pelayan itu telah menyalahpahami sesuatu.
“Panggil Joshua. Biarkam dia berurusan dengan gadis itu.” -Jade
“Kami sudah melakukannya.” -Finn
“Jade, apa itu Ratu Naga?” -Ruri
“Ratu Naga adalah isteri Raja Naga.” -Jade
“Ratunya Jade . . . . . itu adalah orang yang dibawa Joshua untuk menemuimu . . . . . Bukankah kau harus pergi menemuinya?” -Ruri
Ruri telah mendengar bahwa Jade mencari seorang nona muda, tapi ketika dia menanyakannya, dia merasa sedikit tidak tenang.
“Aku tidak perlu menemuinya, karena dia tidak bisa menjadi pengantinku.” -Jade
“Benarkah?” -Ruri
“Oh, dan aku memiliki Ruri, aku tidak memerlukan wanita lain.” -Jade
Jade tersenyum lembut pada Ruri.
Ruri memberitahu dirinya sendiri bahwa Jade melihatnya sebagai seekor hewan peliharaan, tapi dia tidak bisa menghentikan pipinya memerah.
Jade menyadari bahwa perasaannya tidak tersampaikan secara benar pada Ruri, dan Jade memutuskan untuk memberitahu Ruri lewat kata-katanya dibandingkan tindakan, karena Ruri masih menyalahpahaminya.
kesalahpahaman diantara mereka masih belum terungkap.
“Yang Mulia, main mata masih bisa dilakukan nanti.” -Finn
Finn terkejut dengan sikap santai sang Raja dan berteriak seakan ini adalah sebuah urusan darurat. Jade membuat suara tak puas melalui hidungnya.
“Aku tahu. Jika kau tidak segera menemukannya, aku akan berada dalam suasana hati yang buruk.” -Jade
“Apa hal yang harusnya dilakukan terlebih dahulu?” -Ruri
Finn lah yang menjawab pertanyaan Ruri.
“Banyak mantan aristokrat yang mengunjungi distrik ketiga untuk melihat Raja Nadarsia dan para pendeta. Di atas itu, para tentara yang tertangkap selama perang dengan Nadarsia telah berkumpul di distrik sebelas. Keduanya sama-sama memiliki dendam terhadap Gadis Suci yang telah memicu perang. Jika dia ditemukan oleh salah satu dari mereka, kita akan menyesal.” -Finn
“Aku menyesal . . . . .” -Ruri
Perasaan menggigil menuruni punggungnya ketika Ruri membayangkan kejadian tersebut.
“Dengan akses milik si gadis pelayan, sepertinya Asahi tidak akan bisa memasuki distrik enam ke atas. Maka, dia hanya bisa menuruni distrik. Ini benar-benar menjengkelkan.” -Jade
Jika kau adalah bangsawan, kau harus tahu tempatmu, dan tidak peduli betapa marahnya dirimu, kau tidak mungkin menggunakan kekerasan dibandingkan kata-kata.
Namun, para tentara berbeda. Sebagian besar tahanan perang adalah petani, yang bisa dengan mudah menyebabkan suatu kerusuhan setelah tersapu oleh perasaan mereka.
“Sekarang ini kami menutup setiap distrik dan membuatnya tidak mungkin untuk bepergian di antaranya. Tapi . . . . .” -Finn
“Ini akan merepotkan jika dia sudah berada di distrik sebelas.” -Jade
“Ya. Pihak pencari keluar dan mereka akan segera menemukannya. Yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa bahwa dia tidak bertemu dengan para tentara.” -Finn
“Bagaimana dengan pencarian menggunakan sihir angin?” -Jade
“Keadaannya adalah tidak ada roh angin yang mau membantu kita dan kita harus mencarinya sendiri.” -Finn
Setelah mengatakan itu, Finne menatap Ruri.
Tiba-tiba Ruri berteriak ke arah langit, “Kotarou!” Kemudian Kotarou dengan Rin yang berada di kepalanya, muncul entah dari mana, turun dari langit.
“Kotarou, bisakah kau mencari Asahi. Kau bisa menemukannya, kan?” -Ruri
“Kenapa?” -Kotarou
“Eh . . . . . Kenapa?” -Ruri
Ruri tidak berpikir jawaban seperti itu akan dikembalikan.
“Aku akan mengabulkan apapun keinginan Ruri. Tapi bukankah Ruri membenci gadis itu? Kenapa aku harus membantu? Lagipula aku pikir mereka akan menemukannya tanpa bantuanku. Jadi aku tidak bisa mengerti kenapa Ruri mencoba untuk membantu. -Kotarou
“Yeah, aku sungguh tidak menyukai Asahi, aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tapi untuk mengatakan bahwa aku membenci Asahi, aku tidak membencinya. Ini bisa menjadi berbahaya, dan tidak mungkin bagiku untuk meninggalkannya sendiri. Jadi carilah Asahi. Tolong.” -Ruri
Dia menangkupkan tangan dan meminta pada Kotarou.
Ruri mulai berpikir kenapa dia bisa menjadi putus asa untuk Asahi.
Jika ini adalah Raja atau pendeta Nadarsia, mereka akan sepenuhnya menelantarkannya, tapi Ruri memiliki sedikit perasaan sentimental karena mereka telah bersama sejak awal masa kanak-kanak.
Bukan hanya Asahi. Ruri akan melakukan hal yang sama untuk teman sekelasnya yang telah mencoba untuk menyingkirkan dirinya.
Mereka juga orang-orang yang tidak bisa kembali ke dunia mereka, dan Ruri memegang emosi yang tak dapat dijelaskan terhadap mereka.
Kotarou merasakan keinginan kuat Ruri yang tak tergoyahkan dan memberikan persetujuan karena “Jika itu adalah apa yang diinginkan Ruri.”
Bunga-bunga dan angin menari di sekeliling Kotarou.
“Dia kelihatannya berada di distrik sebelas.” -Kotarou
“Tentu saja.” -Jade
Jade mendecakkan lidah dan cemberut.
***
Asahi berjalan di sekitar kastil, tersesat.
Dia ingin menemui Ruri. Namun, Asahi tidak tahu dimana ia berada, tapi Asahi turun ke bawah , meninggalkan distrik enam mengikuti arahan wanita yang telah membantunya melarikan diri.
Kadang-kadang dia dihentikan oleh para tentara yang berdiri di gapura di depan sebuah koridor panjang antara bangunan satu ke bangunan selanjutnya, tapi jika dia menunjukkan piring perak seukuran jari yang dia terima dari wanita itu kepada mereka, dia diizinkan lewat tanpa masalah.
Ketika dia melanjutkan berjalan, dia berjalan kaki melewati sebuah ruangan yang bising.
Tidak ada pintu, dan kau bisa dengan mudah melihat ke dalamnya. Banyak orang sedang makan, kemungkinan besar itu adalah ruang makan.
Hal itu mengingatkannya bahwa dia melarikan diri sebelum makan, dan dia tiba-tiba merasa lapar setelah menyadari aroma yang melayang dari dalam.
Asahi tiba-tiba menjadi gelisah.
Dia tidak yakin bagaimana dia bisa keluar dari sini dan menemukan makanan.
Hingga kini, dia telah diperlakukan dengan lembut di kastil Nadarsia, dan bahkan dengan kehidupan yang tak nyaman ini, makanan dibawa dengan tepat waktu. Tapi mulai dari sekarang?
Baik ayah dan ibunya tidak berada disini, hanya Rurilah satu-satunya yang bisa dia andalkan. Dan mantan teman sekelasnya yang datang bersamanya ke dunia ini telah dibawa ke ruangan yang berbeda dan dia tidak tahu dimana mereka berada.
Asahi sendirian.
Dia mengingat kata-kata yang diucapkan oleh Ruri. Tidak ada orang yang bisa diandalkan disini, Asahi harus hidup dengan menggunakan kekuatannya sendiri.
Dia menyimpulkan bahwa itu adalah hal yang bagus untuk bekerja demi sebuah makanan, tapi dia bahkan tidak tahu bagaimana mekanisme dunia ini, apalagi cara menemukan sebuah pekerjaan.
Dia merasa tidak tenang, tidak menyadari bahwa dia merasa takut, dan ini menjadi tidak mungkin baginya untuk bergerak dari tempatnya berdiri.
Berdiri di titik itu, matanya bertemu pandang dengan salah satu pria yang sedang makan.
Kemudian pria itu menatapnya ketika dia mengingat sesuatu secara perlahan, Asahi melihat mata si pria melebar dan tiba-tiba menaikkan suaranya dengan kemarahan.
“Kau adalah Gadis Suci itu!” -Pria
Mendengar teriakan, semua orang yang sedang memakan makanan mereka berbalik menghadap Asahi yang sedang ditatap oleh si pria.
Asahi gembira karena seseorang mengenalinya. Akankah mereka bisa memberitahunya dimana Ruri berada, sehingga dia bisa memperbaiki keadaannya?
Namun, tidak seperti pemikiran polos Asahi, suasana di ruang makan bertambah buruk.
“Hey, apakah ini nyata?”
“Oh, tanpa keraguan. Aku melihat wajahnya selama perang, jadi aku tidak akan melupakan wajahnya.”
“Pakaian itu, bukankah itu adalah pakaian yang dipakai oleh pelayan kastil? Apakah kau hidup damai, setelah membawa banyak teman kami menuju kematian? Jangan membuatku tertawa.”
“Gadis Suci berada disini untuk memimpin kami pada kemakmuran!”
Para pria itu mendekati Asahi.
Waja mereka penuh dengan kemarahan dan niat membunuh, dan bahkan Asahi yang tidak pedulian terhadap perasaan orang lain dapat merasakan bahaya dalam situasi dimana dia berada.
Dia melompat dan melarikan diri.
“Dia lari.”
“Ikuti dia!”
“Kami akan menunjukkan padamu bagaimana menderitanya kami!”
Banyak pria menghentikan makan dan mulai mengejar Asahi.
Asahi berlari melalui koridor, bernafas dengan keras ketika ketakutan muncul di wajahnya.
Dia tidak bertahan lama, dan kakinya tumbang.
Dia terkejut dan menatap ke belakang, para pria mulai mendekati punggungnya dengan segera.
“Karena dirimu.” -Pria
“Um…., Yeah…., itu bukan salahku, itu kesalahan raja.” -Asahi
“Kau juga mendukung perang. Karena kau menginginkannya, para penduduk setuju dan timbullah perang!” -Pria
“Paling tidak, itu diperlukan untuk membantu Ruri-chan.” -Asahi
Meskipun menohon untuk keadilan secara putus asa dalam suara yang bergetar, kata-katanya justru hanya mengipasi api.
“Kenapa kami harus meletakkan harus meletakkan hidup kami di garis hanya untuk membantu temanmu? Kami memiliki keluarga yang menanti di rumah!” -Pria
“Erm, karena . . . . .” -Asahi
Jika Asahi memiliki keinginan pada sesuatu, keinginan tersebut akan terpenuhi.
Maka dari itu, Asahi yang berpikir bahwa pria tersebut akan membantunya secara alami, kini kehilangan kata-kata untuk menjawab.
“Tidak, hey, aku kehilangan saudara laki-lakiku dalam perang ini!” -Pria
“Ahhhhh!” -Asahi
Ketika para pria menjulurkan tangan mereka, angin berhembus di sekeliling Asahi dan membuat dinding tak kasat mata.
“Woah, apa ini.” -Pria
“Jangan khawatir, hancurkan saja!” -Pria
Tidak peduli seberapa banyak dia menjulurkan tangannya, dia tidak bisa meraih Asahi, dan para pria tersebut terjebak dalam jarak kecil jauh darinya.
Namun, Asahi tidak merasa lega.
Dia dikelilingi oleh para pria yang menatapnya dengan mata merah, menghantam dinding tersebut dalam usaha yang putus asa untuk mendapatkan dirinya, beberapa bertarung begitu keras melawan dinding, kepalan tangan mereka berdarah.
Jika pemandangan seperti itu terjadi di hadapanmu, kau tidak bisa lega.
Malah, ketakutan Asahi meningkat karena mereka sangat dekat.
“Ahh, seseorang . . . . .” -Asahi
Meskipun mereka tidak bisa mendengar suara Asahi yang meminta bantuan, para Tentara Naga tergesa-gesa maju dari belakang kerumunan dan menarik para pria itu menjauh satu demi satu.
Asahi yang melihat hal ini terjadi melalui celah di antara para pria, merasa lega dan pinsan di tempat.