Chapter 34 – Gosip 4
Aida lahir di desa kecil di sebuah negeri yang berada di sebelah Karajaan Naga.
Sebuah hidup kecukupan tanpa kemewahan. Meskipun dia sudah cukup dewasa untuk hidup mandiri, takdirnya diatur untuk menjaga sejumlah besar saudara dan mengurus rumah.
Aida memiliki warna rambut yang aneh.
Ibunya Aida adalah seorang wanita dari desa yang berbeda, dan kelihatannya dia tidak mempermasalahkan bahwa warna rambutnya dan puterinya berbeda, tapi di desa ini warna rambut mereka terlihat seperti asing, dan para penduduk desa menjauh.
Mungkin jika warna matanya tidak biru seperti milik ayahnya, ibunya Aida sudah akan dicurigai dengan ketidaksetiaan.
Aida ingin menyingkirkan desa kotornya, dan hidup bergaya di Kerajaan Naga. Itu adalah mimpi Aida.
Suatu hari, Aida dibawa bekerja bersama ayahnya, yang telah menemukan pekerjaan untuknya, dan dia pergi ke Kerajaan Naga.
(Pekerjaan yang seperti apa?) adalah pertanyaan yang ia tanyakan pada dirinya sendiri, (apakah ia akan bekerja di Kerajaan Naga?) pertanyaan-pertanyaan ini berterbangan di seluruh kepalanya ketika dia menatap pada kota yang sibuk.
Aida terkejut pada kastil yang berdiri di atas Gunung Batu, tempat Pendaratan Raja dapat terlihat dari tempat manapun di kota. Tegangan meningkat ketika dia melihat seekor naga terbang menuju kastil yang lokasinya tinggi di langit.
Dekat dengan tempat tujuan mereka, pemandangan pelabuhan secara perlahan masuk dalam penglihatan. Ayahnya menatap ke sekitar dengan gelisah mencari seseorang. Ketika sejumlah kapal tiba di pelabuhan, ayah Aida menemukan orang yang dia cari di kerumunan dan menyerbu ke arahnya, dan melambaikan tangannya dengan sebuah senyum lebar.
Di hadapan ayah Aida yang menundukkan kepalanya, ada seorang pria paruh baya yang berpakaian bagus.
Aida mulai merasa curiga terhadap pria ini, dia tidak berpikir bahwa pria tersebut adalah kenalan ayahnya.
Bagaimana ayahnya yang tinggal di desa kecil, menemukan pekerjaan di Kerajaan Naga.
Jika dia memiliki jaringan koneksi seperti itu, kami sudah akan meninggalkan desa itu dari dulu.
Aida mulai merasa tidak tenang, dan pria itu melihat Aida seperti jika dia menjilatnya dari ujung kepala hingga ujung kaki, Aida merasa tidak nyaman.
“Hmm, itu memang warna rambut yang langka. Ini akan bagus.” -Pria
Mengatakan hal tersebut, pria itu menunjuk pria yang berdiri di belakangnya dengan dagunya, pelayan itu keluar dan kembali lagi dengan memberikan sebuah kantung serut pada ayah Aida.
Aida melihat beratnya dan mendengar suaranya ketika si pelayan meletakkan kantung itu di tangan ayahnya, dan ketika ayahnya melihat ke dalam kantung untuk mengonfirmasi, Aida melihat bahwa itu adalah uang. Itu adalah jumlah yang cukup banyak bagi rumah tangga mereka yang miskin.
Setelah ayah Aida menerima kantung serut, dia bergumam “maaf” dengan begitu pelan yang hanya dapat didengar oleh Aida, dan dia pergi tanpa melihat Aida.
Baru setelah lama sejak hari itu, Aida menyadari bahwa ayahnya meminta maaf karena merasa bersalah.
Sekarang ini Aida tidak yakin kenapa ayahnya meminta maaf, dan menuju ke arah kapal si pria sepanjang waktu dia menjadi lebih gelisah. Baru kemudian setelah berada di atas kapal dia diberitahu bahwa dia tidak berada di sana untuk sebuah pekerjaan, tapi dia telah dijual sebagai seorang budak.
Sudah berapa lama sejak kapal itu berangkat? Untuk saat ini, Aida hanya bisa merasa pesimis mengenai hidupnya dan menangis lagi.
Ketika dia keluar dari kapal, dia dipindahkan ke sebuah sangkar, dan dibawa ke pangkalan mereka, di pangkalan dia dipaksa masuk ke sebuah ruangan.
Bukan hanya Aida yang telah dijual, tapi ada beberapa gadis lain yang seumuran di ruangan itu dipenjara bersamanya.
Jika kau melakukan apa yang mereka katakan, mereka tidak akan kasar. Dia mendapatkan makanan yang lebih baik dibandingkan ketika dia tingal di desa.
Dia menduga itu agar dia bisa dijual dengan harga tinggi.
Meskipun Aida berpikir bahwa dia harus melarikan diri, seorang gadis yang seumuran dengannya pernah mencoba untuk kabur dan gagal, dan Aida melihatnya dihukum dengan berat di hadapannya, jadi sekarang Aida sangat takut yang bahkan dia tidak memikirkan tentang pelarian diri.
Sepertinya gadis itu dihukum dihadapan gadis lainnya untuk mencegah mereka berpikir untuk melarikan diri.
Sungguh dia akan dijual pada seseorang, dan dia akan hidup sebagai seorang budak.
Keputusasaan itu berakhir lebih cepat daripada yang diperkirakan.
Di luar ruangan mulai menjadi berisik. Tiba-tiba para gadis di dalam ruangan menyebabkan keributan.
Aida berpikir bahwa hari dimana dia akan dijual akhirnya tiba, tapi yang datang ke ruangan mereka bukanlah pedagang budak, melainkan tentara Kerajaan Naga.
Para budak yang dibebaskan dari sana oleh tentara Kerajaan Naga dibagi ke dalam kelompok mereka yang memiliki tempat untuk pulang dan mereka yang tidak.
Mereka yang dibawa dengan paksaan, seperti penculikan, mereka ingin pulang dan keinginan mereka dikabulkan, tapi mereka yang dijual oleh orangtua mereka seperti Aida menolak untuk pulang, dan orang-orang tersebut dibawa kembali ke Kerajaan Naga.
Dalam perjalanan mereka menuju Kerajaan Naga, Aida berjalan-jalan dan melewati ruangan yang ditempati oleh para tentara, dan dia berhenti secara tak terduga ketika mendengar cerita yang dibicarakan oleh para tentara di dalam.
Para tentara mabuk, dan dengan pintu yang tipis karena itu bukanlah sebuah kamar inap yang mewah, suara para tentara yang mabuk dapat terdengar dengan mudah.
“. . . . . . Jadi, apakah wanita Aida itu yang dicari oleh Yang Mulia?” – Tentara 1
“Apakah Yang Mulia akhirnya memiliki wanita yang disukai? Aku berpikir bahwa ini adalah hal yang aneh bahwa beliau menghabiskan banyak waktu untuk menghentikan perdagangan manusia, tapi hal ini akan alami jika yang diculik adalah Ratu Naga.” -Tentara 2
“Tidak akan ada alasan . . . . . .” -Tentara 1
Aida yang mendengar sejauh itu bergegas meninggalkan tempat sambil menjaga langkah kakinya tetap hening.
Jika saja Aida mendengarkan sedikit lebih lama, maka tindakannya setelah ini akan berbeda.
Segera setelah Aida pergi, Joshua yang berada di ruangan yang sama, menjatuhkan tinju pada masing-masing pemabuk.
“Hey kalian, jangan bicarakan cerita yang tidak benar. Ayahku akan marah jika hal itu disalahpahami oleh seseorang.” -Joshua
“Apa yang tidak benar? Kita mencari Ratu Naga.” -Tentara
“Ini benar-benar tidak mungkin.” -Joshua
“Kenapa?” -Tentara
“Aku sudah mendengar cerita Aida, tapi pada hari dimana Yang Mulia bertemu dengan wanita yang kita cari, Aida sudah berada di atas kapal. Juga, apa yang dicari oleh Yang Mulia adalah rambut berwarna platina, Aida berambut emas, bukan platina. Ini bukanlah orang yang sama.” -Joshua
“Sungguh buang-buang waktu! Kupikir kita sudah menyelesaikan tugas kita dan datang untuk merayakannya.” -Tentara
Lebih banyak alkohol diminum, mengajukan keluhan rekannya yang tidak puas, setelah ditegur, sepertinya tidak ada informasi tidak benar yang diceritakan.
Aida yang melewatkan kata-kata Joshua telah menyalahpahaminya secara besar-besaran.
“Aku adalah Ratu Naga. . . . . .” -Aida
Jika kau menjadi Ratu Naga, kau bisa hidup mewah dengan cara yang bahkan tidak dapat dibayangkan oleh Aida.
Aida yang tumbuh di dalam desa yang miskin adalah Ratu dari sebuah negeri bernama Kerajaan Naga. Dia tidak bisa bergerak selama beberapa saat, bergetar dalam kegembiraan.
Dia tidak mengerti sesuatu. Meskipun Aida tidak pernah bertemu dengan naga, apalagi Raja Naga, kenapa Raja Naga mencarinya?
Tapi seperti se ekor keledai dengan sebuah wortel yang menggantung di hadapannya, Aida melupakan pertanyaan alami seperti itu, meletakannya di belakang otaknya.
Sembari membuat kesalahpahaman besar, Aida lanjut menuju kerajaan.
Perkiraan Aida adalah bahwa dia akan bertemu dengan Raja Naga begitu mereka tiba.
Orang pertama yang dia temui di kastil adalah ketua pengurus rumah tangga raja dan orang-orang yang seharusnya menjadi pelayan berdiri, dan semua orang diarahkan ke sebuah ruangan besar yang digunakan oleh beberapa orang, dan diberi pekerjaan pelayan yanh sama.
Kenapa, kenapa . . . . . . Aida tidak bisa mengerti kenapa dia diperlakukan seperti seorang pelayan ketika dirinya adalah seorang Ratu Naga.
“Ah, uh, bagaimana aku bisa bertemu dengan Raja Naga?” -Aida
Aida, yang ingin bertemu Raja, entah bagaimana, meminta nasihat pada rekannya, tapi si rekan yang mendengarnya, menatap untuk beberapa saat, dan tertawa seperti jika dia terkejut.
“Para pelayan seperti kita tidak bisa bertemu Yang Mulia. Apa yang kau katakan, nak?” -Rekan
“Pertama, Yang Mulia tinggal di distrik satu, paling banyak kita hanya bisa memasuki distrik lima. Hanya pelayan tua yang dipercaya bisa pergi ke distrik yang berbeda karena mereka tidak terlalu kasar.” -Rekan
Aida terkejut pada jawaban itu.
Jika dia tidak bisa menemui Raja Naga, dia akan tetap menjadi pelayan untuk selamanya. Aida jadi sedih, tidak yakin kenapa Raja Naga tidak menjemputnya, meskipun dia dipilih sebagai Ratu Naganya.
Bahkan jika dia memberitahu orang-orang bahwa dia dipilih sebagai Ratu Naga, rekannya hanya menertawakannya. Aida tidak bisa meminta bantuan siapapun.
Apakah ada cara? Aida memikirkan sebuah cara sambil melakukan pekerjaannya sebagai pelayan, dia tidak sengaja mendengar rekannya membicarakan tentang “Ratu Naga”, dan dia masuk dalam lingkaran percakapan itu.
“Ya, pada akhirnya, Ratu Naga telah diputuskan!”
Jantung Aida melompat.
“Yeah, orang seperti apa dia?”
Rekan wanita lainnya bertanya.
“Dia adalah Yang Dicintai yang ada dalam rumor baru-baru ini.”
Seorang wanita membual, tapi karena Aida adalah pelayan yang sama dengan semua orang yang ada disini, dia bahkan tidak bisa mendekati perayaan kemenangan, jadi mereka mendengar semuanya dari orang lain.
“Kya, dia sempurna sebagai Ratunya Yang Mulia.”
“Benar bahwa dia seumuran dengan Aida, bahkan warna rambut dan mata mereka mirip. Aku mendengar bahwa rambutnya berwarna platina dan matanya biru bercampur ungu.”
“Aku ingin melihatnya sekali paling tidak, dia terdengar cantik!”
Setelah Aida mendengar mereka, dia mengerti semuanya.
(Yang Mulia pasti membuat kesalahan berpikir bahwa aku adalah gadis itu. Jika aku menemuimu dan menjelaskan, kau akan paham bahwa kau salah orang.)
Aida harus bergegas dan menemui Yang Mulia.
Dengan demikian, Aida datang ke distrik enam mendorong troli, membawa makanan.
Sebenarnya, ini bukanlah tugas pendatang baru seperti Aida melainkan tugas para pelayan berpengalaman, tapi sayangnya hari ini semua pelayan lama sangat sibuk, dan tugas itu datang pada Aida yang berada di sekitar.
Menuju ruang yang ditunjuk, meninggalkan makanan, dan keluar.
Dia mengantarkan makanan pertama dan pergi ke ruangan terakhir.
“Aku membawa makanan” -Aida
“Oh, masuklah . . . . . . tunggu sebentar, ini saatnya pergantian giliran, tolonh tunjukkan wajahmu pada penjaga selanjutnya.” -Tentara
Para penjaga di depan ruangan memeriksa isi dari apa yang didorong oleh Aida dan memberinya izin untuk masuk.
Seorang tentara yang baru telah tiba.
“Tidak ada keanehan, seorang pelayan membawa makanannya.” -Tentara
“Baiklah. Silahkan masuk.” -Tentara baru
Kali ini Aida mendorong troli melalui pintu.
Aida mendengar para tentara berbicara di belakangnya.
“Apakah Yang Mulia sudah datang?” -Tentara baru
“Tidak, belum, mungkin beliau akan datang selama giliranmu.” -Tentara
(Yang Mulia datang kesini . . . . . .) -Aida
Kebahagiaan tumbuh secara perlahan. Namun Aida mengingat bahwa dia harus segera pergi begitu dia meninggalkan makanan itu.
Aida yang melamun karena memikirkan bagaimana cara dia bisa bertemu dengan Raja tertarik kembali pada realita dengan teriakan “Ruri-chan!”
Aida terkejut, dan dia menaikkan kepalanya untuk melihat.
Orang yang telah berbicara berhenti bergerak selama beberapa saat ketika dia melihat wajah Aida.
“Bukan Ruri-chan . . . . .” -Asahi
Itu adalah gadis bernama Asahi yang berada di ruangan. Aida menemukan ide setelah mendengarkan keadaan Asahi secara singkat, mengetahui bahwa dia sudah ditahan disini selama tiga hari.
“Lalu, kenapa kita tidak bertukar tempat?” -Aida
Asahi tidak paham.
Aida dan Asahi mirip dalam hal perawakan dan umur. Seragam pelayan memiliki topi khusus, jadi kau tidak akan bisa melihat warna rambut jika kau memasukkannya ke dalam topi.
Pelayan diuji secara lebih detail ketika masuk, tapi para tentara bisa dengan mudah ditipu jika dia lewat dengan cepat ketika pergi.
Aida bertukar pakaian dengan Asahi dan memberinya troli.
“Ketika kau keluar, jangan berbicara pada siapapun, tetap rendahkan saja kepalamu. Aku tidak berpikir bahwa para penjaga akan mengingat penampilanku karena dia hanya melirikku, tapi tetap rendahkan kepalamu saja.” -Aida
“Terimakasih.” -Asahi
Kemudian, Asahi yang telah diberitahu jalan keluarnya, melarikan diri dari ruangan dimana dia telah ditahan.
Aida, yang tinggal, mengonfirmasi bahwa Asahi telah meninggalkan ruangan dengan aman dan tertawa dengan keras.
“Heh heh heh, pada akhirnya . . . . .” -Aida
Dia bisa melihat Yang Mulia pada akhirnya.
Aida menunggu dengan tenang.