Chapter 31 – Wejangan!
“Maka aku akan menjelaskannya, kau gadis bodoh!” -Ruri
Ruri memasuki ruangan, suaranya bergetar dengan kemarahan.
Dia tidak berniat untuk menemui Asahi, tapi setelah mendengar apa yang dia katakan, Ruri tidak bisa tahan.
Setelah melihat wanita asing memasuki ruangan, Finn segera kembali ke sisi Jade, memenuhi tugasnya sebagai Penjaga Raja.
Namun, suara Jade menghentikan kehati-hatiannya. “Tunggu Finn.”
Finn menatap balik pada Jade dalam kebingungan, dia melihat Jade menatap si pengacau dengan tatapan lembut.
Klaus dan Agete terkejut melihat tatapan Jade, tapi keterkejutan mereka bertambah dalam ketika mereka mendengar suara tangisan Asahi segera setelahnya, “Ruri-chan!!”
Asahi menangis dan menyerbu Ruri dengan sebuah senyum lebar. Dia gembira karens bertemu dengan Ruri setelah pertemuan pertama mereka dalam beberapa tahun dan dia mengulurkan tangannya ke Ruri untuk menggenggam Ruri, tapi Joshua melangkah di depan Ruri dan menghalangi Asahi.
Asahi memelototi Joshua.
“Pergilah.” -Asahi
“Tidak, aku diperintahkan untuk melindungi Ruri.” -Joshua
“Aku tidak akan melakukan apapun terhadap Ruri-chan!” -Asahi
Dengan Asahi yang memelototi Joshua, dan Joshua menyadari dia tidak bisa mengubah pikiran Asahi.
Dalam udara yang mengancam, Ruri berbicara dengan nada yang dingin secara tak terduga.
“Asahi, kenapa kau melakukan hal seperti itu?” -Ruri
“Hal seperti apa?” -Asahi
Asahi berbicara pada Ruri dengan sebuah ekspresi yang cerah, tidak peduli pada ekspresi Asahi.
“Kau mempercayai Raja Nadarsia, menyebabkan sebuah perang.” -Ruri
“Karena aku tidak bisa membantu Ruri-chan sendiri . . . . . . . . ..” -Asahi
“Kau tidak harus membantuku, kenapa kau bilang bahwa aku diculik oleh Kerajaan Naga? Aku merasa bahagia berada di kastil. Kau harus memikirkan penduduk Nadarsia dulu.” -Ruri
Di dalam udara yang mengancam, Ruri kemudian berbicara tentang bagaimana dia ditelantarkan di hutan setelah dituduh bersalah. Dia membicarakan tentang rencana Raja Nadarsia dan Pendeta Tingkat Tinggi, dan bagaimana Asahi akan dibunuh di dalam perang.
Asahi mendengarkan semua itu dan terkejut pada apa yang terjadi.
“Seperti itu . . . . . . . . . Itu hal yang mengerikan, Aku ditipu. . . . . .” -Asahi
Semua orang terkagum-kagum dengan ekspresi kesatikan yang dimiliki Asahi di wajahnya, tapi Ruri menggertakkan giginya dalam kemarahan.
Ruri mengangkat tangan kanannya, mengayunkannya kr bawah terhadap pipi Asahi dengan kekuatan di seluruh tubuhnya.
Sebuah suara keras bergema di dalam ruangan, dan Asahi yang pipinya dihantam menatap Ruri sambil memegang wajahnya, yang berubah merah dan sakit.
“Ruri . . . . . . . . chan . . . . . . . .?” -Asahi
“Kau . . . . . . . Jangan katakan kalimat itu, kau mengerikan!! Pikirkanlah berapa banyaknya orang yang meninggal di dalam perang ini.” -Ruri
“Itu adalah apa yang disebabkan oleh Raja, kan? Kenapa kau marah padaku?” -Asahi
“Itu memang disebabkan oleh Raja dan Pendeta Tingkat Tinggi, tapi mungkin akan ada sesuatu yang berubah jika kau berpikir sendiri sedikit lebih banyak. Tidakkah kau berpikir itu aneh? Jika aku diculik dalam kesempatan apapun, bukankah normalnya kau akan bernegosiasi dulu? Jika kau memulai sebuah perang karena aku diculik, keselamatanku tidak akan terjamin.
Pertama, sebuah negeri tidak akan memulai perang hanya karena satu orang, yang merupakan orang asing. Bangunlah, tidak bisakah kau melihat bahwa ada beberapa spekulasi! Sebuah negeri yang susah-susah memanggil orang dari dunia lain?” -Ruri
“Aku tidak paham ketika kau memberitahuku hal-hal sulit seperti itu . . . . . . . . .” -Asahi
Dengan kata-kata Asahi yang tidak bertanggungjawab, Ruri menjaga kemarahannya yang membumbubung untuk turun, dan dengan sebuah helaan nafas melanjutkan berbicara.
“Secara umum, Nadarsia itu sama dengan seorang penculik, ada begitu banyak masalah dalam cerita mereka untuk dipercaya.” -Ruri
“Itu tidak bisa membantu karena aku berada dalam masalah, aku ditipu, dan aku tidak tahu pada saat itu . . . . . . .” -Asahi
“Lalu apa? Apakah kau merasa bahwa kejahatan adalah hal yang sah? Kau tidak boleh mempercayai mereka yang memaksamu melakukan sesuatu dengan suatu hal yang kelihatannya merupakan tujuan baik! Ingatlah saja untuk berpikir sendiri.” -Ruri
Joshua mengangguk, setuju dengan kata-kata Ruri.
Ruri mencoba untuk membuat Asahi mengerti dengan mata dingin. Namun, setelah melihat Asahi yang tidak memiliki rasa bersalah, Ruri marah lagi, dan kepasrahan memenuhi hatinya.
Dengan sebuah helaan nafas, Ruri meninggalkan usahanya dalam membuat Asahi mengerti.
“Cukup. Tidak ada orang disini untuk mendengarkan keegoisanmu, dan kau tidak ingin melihat realita.” -Ruri
“Keegoisanku . . . . . . . .” -Asahi
Asahi berekspresi sedih setelah mendengar kata-kata Ruri yang brutal, tapi dia tidak mendengar kemarahan Ruri.
“Aku tidak bisa pulang, jadi aku akan lebih teguh.” -Ruri
“Itu adalah apa yang dikatakan oleh Raja. Tidak masalah karena kita bisa kembali ke rumah pada akhirnya, seperti dalam sebuah game . . . . . . . . . . tsu.” -Asahi
Menghentikan kalimat Asahi, sekali lagi Ruri membawa tangannya menuruni pipi Asahi yang masih berada dalam mimpi.
Asahi telah dipukul dua kali.
“Oh, sakit, Ruri-chan . . . . . . . .” -Asahi
“Oh ya itu sakit. Bahkan jika ada sihir, bahkan jika ada banyak musuh, ini bukanlah sebuah dunia permainan, ini adalah kenyataan. Ini tidaklah nyaman seperti sebuah permainan, kita tidak bisa kembali ke rumah lagi.” -Ruri
Ruri tidak memiliki harapan seperti itu.
Namun, dia mengerti bahwa, bahkan jika itu tidak menyenangkan, ini adalah kenyataan dimana mereka hidup.
“Baik Raja Nadarsia dan Pendeta telah dikalahkan. Tidak ada kedutaan di tempat ini, dan tidak ada perasaan ingin pulang. Kau harus hidup dengan kekuatanmu sendiri di dunia ini, tidak bergantung pada siapapun, tanpa keluarga atau kerabat. Kita tidak bisa berhenti dan pulang begitu saja karena bosan, seperti dalam sebuah permainan. Kita harus tinggal disini selamanya sampai kita mati.” -Ruri
Di suatu tempat didalam kata-kata Ruri, sepertinya dia memberi tahu diri sendiri berita buruk itu, dan orang lain yang dipanggil kecuali Asahi mengangkat wajah mereka menatap Ruri, kaku.
Mungkin akhirnya Ruri mulai menyadari hal-hal itu. Itu tidak mungkin, mereka dibawa ke dunia yang tidak nyata yang memiliki sihir, dan pakaian mereka, tempat berlindung, keamanan yang terjamin, semua itu tidak nyata.
Ruri juga mungkin tidak akan bertahan hidup secara realistik jika dipanggil ke dunia ini dan dilemparkan ke hutan tanpa bantuan dari para peri.
Namun, Asahi adalah Asahi tidak peduli apa.
“Tidak masalah. Jika aku memiliki Ruri-chan, aku bisa bekerja keras dimanapun!” -Asahi
Asahi berkata dengan sebuah senyum, dan Ruri menyadari bahwa segalanya yang telah dia katakan tidak dimengerti, tapi dia terlalu lemah untuk marah, jadi dia mengundurkan diri.
“Aku akan memberitahumu sekarang. Aku tidak akan terlibat lagi dengan Asahi di masa depan.” -Ruri
“Ehh. . . . . . Kenapa?” -Asahi
“Kenapa? Aku ingin bertanya padamu, kenapa aku harus menjagamu?” -Ruri
“Aku tidak hanya akan menjaga Ruri-chan, aku akan mencoba yang terbaik dan bekerjasama, dan tinggal bersama.” -Asahi
Sebuah senyum tanpa iblis. Dia dimaafkan Ruri, tapi Asahi tidak memikirkan dirinya.
“Mengingat kembali pada kehidupanku di dunia lain. Aku selalu mengabulkan permintaanmu, tapi kau tidak pernah mendengarkan permintaanku sama sekali. Beritahu aku bahwa itu adalah pertemanan yang baik. Itu hanyalah pelayan. Maaf karena telah menjadi teman yang baik seperti itu. Aku tidak ingin berteman denganmu, aku hanya bisa melihat masa depan yang penuh dengan masalah yang merepotkan.” -Ruri
Itu benar-benar meyakinkan Asahi, dan ekspresi wajahnya terdistorsi seperti jika dia akan menangis.
“Baiklah, jika Ruri-chan berpikir seperti itu . . . . . . . . Ku harap kau memberitahuku, maka aku . . . . . . .” -Asahi
(Aku memberitahumu!) Kemarahan Ruri meledak dalam hatinya.
Asahi berkata bahwa meskipun Ruri telah memberitahunya lagi dan lagi, dia tidak akan mendengarkan.
Orang-orang yang dipanggil masih terkagum dan mulai mengeluh tentang itu pada Asahi yang kelihatannya telah terkejut lebih dari sebelumnya, tapi di telinga Ruri, itu hanyalah kebisingan.
Ketika menyadari jika percakapan itu berlanjut hanya akan menyebabkan lebih bayak rasa sakit, Jade berbicara, memposisikan dirinya seperti jika dia telah membaca hati Ruri.
“Finn, bawa mereka pergi.” -Jade
Setela perintah Jade, Finn membawa para tentara yang menunggu di luar dan memerintahkan mereka untuk membawa Asahi dan teman-temannya pergi.
Asahi menangisi nama Ruri sampai dia hilang dari pandangan, tapi Ruri tidak melihatnya sama sekali, setelah Asahi menghilang, dia jatuh pada sofa di dekatnya. Dia lelah.
“Sudah lama, berbicara pada Asahi, ini melelahkan. . . . . . .” -Ruri
Percakapan dengan Asahi yang secara teknik bukanlah sebuah percakapan, dan setelah tidak berbicara padanya selama beberapa tahun sejak dipanggil, Asahi hanya berbicara tentang dirinya sendiri.
Sudah lama sejak dia bertukar kata yang dia sebut percakapan seperti hari ini. Namun, Ruri lelah dan tidak ingin berbicara dengannya lagi.
“Bagaimana bisa seorang anak tumbuh seperti itu? ” -Euclase
Euclase mengutarakan, Ruri tidak memiliki kekuatan untuk menanggapi, tapi dia menyetujui Euclase dalam hatinya “Memang.”
“Euclase, tolong jangan biarkan Asahi dekat denganku.” -Ruri
“Jangan khawatir, gadis itu ditahan di ruang pantau untuk sementara. Kau tidak akan melihatnya kecuali jika kau memasuki ruangan itu.” -Euclase
“Aku pasti tidak akan pergi ke sana.” -Ruri
(Apakah kau akan bertanya padaku?) Pikir Ruri.
Ruri menghela nafas, bediri dan menatap Jade.
“Aku kembali dengan terlambat, tapi sekarang aku telah kembali.” -Ruri
“Oh, selamat datang kembali.” -Jade
Kerutan di antara alis Jade yang telah berada di sana dalam pertukaran kata yang tidak berguna beberapa saat yang lalu, menghilang, dan dia tersenyum lembut.
Melihat Jade, Ruri tidak tersenyum, tapi menatapnya dengan mata yang muram.
” . . . . . . . . . . . . Jade, kau tidak terkejut ketika aku masuk. Disini hanya Euclase lah yang mengetahui wujud manusiaku.” -Ruri
Berbicara tentang ini, reaksi Jade berbeda dengan yang lainnya, kemudian Ruri berbalik dan melirik Jade.
“Mungkinkah kau melepaskan gelangku ketika aku tertidur?” -Ruri
Ruri berpikir bahwa tidak ada kesempatan lain untuk melepaskan gelang itu, jadi dia bertanya.
Jade tidak mengkonfirmasi ataupun menyangkalnya, dia berbalik, tatapannya meninggalkan Ruri, dan itu memberitahunya segalanya yang Ruri perlu ketahui.
Ruri tahu bahwa Jade sangat ingin melihat wujud manusianya, tapi sekarang Ruri mengerti kenapa Jade berhenti meminta untuk melihatnya.
“Kau yang terburuk karena menyerang gadis yang tertidur, Jade!” -Euclase
“Aku bukan orang jahat. Aku melepaskan gelang itu sedikit dan kemudian memakaikannya lagi dengan benar. Sebagai seseorang yang bertanggungjawab atas negeri ini, aku harus mengetahui penampilan Ruri kalau-kalau terjadi sesuatu.”
Kata Jade dengan menantang.
Dia berkata mutiara dengan bertanggungjawab, namun tatapan yang sedikit dialihkan itu merusak segalanya.
Itu adalah hal yang menarik bahwa semua orang tergerak dengan kata-katanya, tapi sekarang mereka tahu kebenarannya.
Ruri tidak benar-benar ingin menyembunyikan wujud manusianya, jadi dia memutuskan untuk tidak menolak lebih jauh lagi, dan dia menghela nafas.
Ruri menghampiri Finn dan Rin yang menunggangi bahunya.
“Finn, aku senang kau baik-baik saja. Terimakasih telah melindungi semua orang, Rin.” -Ruri
“Sama-sama” -Rin
Rin melayang menjauh dari bahu Finn dan berpindah ke sisi Ruri, menggosokkan ke pipinya, dan mendarat di bahunya.
Finn berlutut di hadapan Ruri, dan membungkuk dengan tingkat tertinggi.
“Berkat Ruri, semua orangku juga selamat, tolong biarkan kami mengekspresikan rasa terimakasih kami mewakili seluruh tentara. Terimakasih.” -Finn
Ruri menghela nafas dengan nafas lega. Banyak tentara yang berada di garis depan adalah suku naga, dan tidak banyak yang merupakan teman Ruri. Tidak akan ada yang kembali jika bukan karena Rin. Ruri berterimakasih lagi pada Rin.
A/N : Kau sangat tidak sabaran, Jade-sama… muahaha 😀