Chapter 3 – Penyihir Hutan

Ada semangkuk sup di atas meja.

Denga tegukan pertama yang kuambil dari itu, aku kewalahan dengan sebuah aliran ekstasi murni.

Sudah lama sejak aku memiliki makanan hangat melewati tenggorokanku, bahwa aku tidak bisa tidak tercabik-cabik oleh air mata.

“Ini adalah kebahagiaan …” – Ruri

“Entah menangis atau makan. Jangan lakukan keduanya. Mau beberapa daging dengan itu?” – Penyihir

“Ya!!” – Ruri

Aku menikmati saat setelah menggigit daging berair itu.

Sementara aku membantu diri sendiri dengan makanan, aku merasa senang karena orang yang kutemui adalah orang yang baik.

Setelah syok awal, orang yang seperti tersangka pembunuh berdarah-darah itu tidak melakukan kejahatan pada saat itu. Sebaliknya dia tengah berada di tengah pembantaian binatang buas yang rencananya akan dimasaknya nanti.

Ketika dia keluar dari gudang da menuju lokasi keributan, dia memanggilku. Setelah itu, dia melihatku kehilangan kesadaran.

Sungguh menyesatkan…

Tapi aku bersyukur dia keluar dari rencananya untuk mengobati lukaku, dan menyediakanku makanan hangat.

Aku tidak melihatnya dengan baik kali pertama karena aku kehilangan kesadaranku segera setelahnya. Sekarang, aku bisa melihat bahwa dia hanyalah wanita tua.

Meskipun kesan pertama yang aku miliki terhadapnya adalah bahwa dia orang yang jahat murni karena dia memiliki wajah yang tampak kejam, orang yang akan menyediakan makanan bagi orang lain pasti bukanlah orang yang jahat.

Dongeng yang pernah aku baca tentang para penyihir yang akan bersikap bersahabat terhadap korban yang tidak menaruh curiga, hanya untuk memakannya kemudian melintas di benakku.

Namun, aku tidak terlalu peduli tentang itu sekarang. Makanan di hadapanku diprioritaskan!

Aku melirik ke sekeliling untuk memastikan lokasi perapian yang menghangatkanku saat ini.

“Tetap saja, kau kesulitan ya? Aku tidak benar-benar memiliki perasaan pada Nadarsia sejak awal, tapi ini hanya menurunkan kesukaanku terhadapnya. Aku tidak tahu apapun tentang ramalan kuno ini, tapi untuk sejauh menculik seseorang dari dunia lain…”

Aku menghentikan pergerakan tanganku dan melihat orang tua itu.

“Mengapa  kau tahu? Aku masih belum memberitahumu apapun.” –Ruri

Aku bahkan belum memberitahunya tentang asal-usulku, namun mendengarkan pembicaraannya, ini seperti dia mengetahui apa yang telah terjadi.

Wanita tua itu menyeringai dan menoleh ke langit-langit.

Aku juga melakukan hal yang sama melihat langit-langit dan sekitarnya tapi pada dasarnya aku menatap kekosongan saat ini.

“Anak itu memberitahuku.” – Penyihir

‘Anak’ katanya. Tapi yang ada di sini hanya aku dan wanita tua itu.

Aku bahkan lebih bingung dari sebelumnya.

“Ah, kau tidak akan bisa melihat mereka ketika mereka berada di tempat itu. Hmm mari kita lihat, sebelum sampai di sini, apakah kau mendengar sebuah suara atau apapun?” – Penyihir

“Suara… ah! Ya aku mendengarnya, sebenarnya, mendengar dering lonceng. Itu selalu menuntunku pada sumber makanan dan air.” – Ruri

Setelah aku mengatakannya, suara yang sama berdering seolah mencoba untuk mengatakan ‘Itu benar! Kami di sini!’

“Itu adalah suara peri. Sebenarnya, banyak dari mereka berkumpul di ruangan ini sekarang.” – Penyihir

Sekali lagi aku memindai sekeliling hanya untuk hasil yang sama tidak melihat apapun.

“Dari apa yang bisa kupastikan, kamu memiliki kekuatan sihir yang cukup besar. Namun, tidak bisa melihat mereka bahkan dengan kapasitas kekuatan sihirmu hanya berarti bahwa kau tidak berpengalaman menggunakan sihirmu. Tidak peduli seberapa bagusnya alat, jika penggunanya samp*h, alat itu tidak akan telalu berguna.”- penyihir

Tidak bisa menggunakan apa yang kupunya. Contoh yang bagus adalah sebuah televisi tanpa menyalakan sumber listrik. Dengan kata lain, aku harus menemukan tombol ‘on’…

Memegang pemikiran tersebut, sekali lagi aku menggunakan imajinasi untuk membayangkan dapat melihat mereka seperti yang kulakukan untuk membuat api. Begitu aku melakukannya, aku tiba-tiba merasa visiku terbuka.

Hal berikutnya yang ku tahu, aku melihat para peri seukuran telapak tangan berterbangan di sekitar ruangan.

“Woah!!”- Ruri

Aku terjatuh dari kursi karena pemandangan mengejutkan di  hadapanku.

Melihat itu, para peri berkumpul di sekitarku untuk melihat apakah aku baik-baik saja atau tidak.

[Apakah kau baik-baik saja?]

[Apakah itu menyakitkan?]

“Aku baik-baik saja… tunggu…huh?  Aku bisa mendengar dan memahamimu!” – Ruri

“Nah sekarang, apakah kau sudah bisa melihat mereka? Aku kira kau cukup memiliki daya adaptasi di sana, ditambah kekuatan panjang gelombang sihirmu adalah tipe yang menarik para peri. Mampu memahami kata-kata para peri berarti kau mampu mengenali mereka.” – Penyihir

“Panjang gelombang?”

“Mari tinggalkan hal itu untuk nanti. Beritahu aku lebih banyak mengenai gadis ‘Asahi’ ini. Para peri hanya memberiku deskripsi yang sangat kabur tentangnya.  Sangat sulit untuk mengukur orang macam apa dia.” – Penyihir

Aku tidak begitu suka untuk menceritakan kepada seseorang yang belum pernah kutemui sebelumnya tentang sesuatu yang bersifat pribadi. Hanya kelihatannya… salah. Aku masih belum yakin apakan orang-orang di sini adalah kawan.

Itu akan menjadi sesuatu yang baik jika aku diusir dari rumah ketika mulai menceritakan hal-hal mengenai Asahi. Jika dia mengirimku kembali ke Nadarsia, aku pasti akan dieksekusi.

“Err, aku tidak terlalu merasa nyaman untuk membicarakan tentang hal-hal pribadi kepada orang yang baru saja kutemui… “ – Ruri

Ketika aku mengatakannya, daging yang baru kugigit sekali telah diambil.

“Hou~ Aku mengerti. Jadi kau tidak merasa nyaman memakan makanan yang dibuat oleh seseorang yang baru saja kau temui, benar kan?”

“Uwahh. Tidak, ini benar-benar tidak apa-apa! Aku akan menceritakan padamu semua tentangku! Aku akan memberitahumu semuanya!!!”

Untuk memaksaku dengan mengambil persediaan makanan. Betapa pengecutnya.

Tidak mungkin aku bisa menolak ketika makanan begitu enak tepat dihadapanku.

Aku kembali menggigit daging yang dikembalikan padaku dan mulai menceritakan segala sesuatu yang terjadi sejak pemanggilan.

Begitu aku mulai berbicara, itu seperti seluruh usahaku untuk menolak menceritakan cerita hidupku adalah sebuah ide bodoh ketika aku mulai benar-benar membahasnya dan bahkan melebih-lebihkan detail kecil.

Terutama hal-hal tentang Asahi. Kemalangan yang kualami karena dia, kemarahan yang kurasakan untuknya. Aku terus mengoceh tentangnya.

Kondisiku saat ini hanya seperti seorang ayah yang mabuk mengeluh mengenai masalahnya di tempat kerja dan di rumah.

Aku yakin bahwa wajahku berantakan ketika mengatakan kata terakhir. Tapi aku merasa seperti beban di hatiku telah terangkat.

Di masa lalu, aku selalu dikelilingi oleh pemuja Asahi. Aku tidak pernah bisa melepaskan diri seperti yang baru saja kulakukan.

Hanya ada terlalu banyak hal yang ingin kukeluhkan.

“Aku turut sedih mendengarnya. Kau sudah cukup berpengalaman ya.” – Penyihir

“Aku tidak berpikir kau benar-benar memahami apa yang telah kualami! Semua orang di sekelilingku secara sewenang-wenang menjadikanku orang jahat dan mulai membenciku. Bahkan jika kau mencoba menjauhkan diri dari Asahi, dia hanya akan tetap menempel padaku tidak peduli apa. Jika terus begini, dia mungkin akan mengikutiku bahkan jika aku menikah. Apakah kau mengerti teror itu?!”- Ruri

Aku masih mempunyai berton-ton untuk kukeluhkan. Tapi wanita tua itu menghentikaku.

“Baiklah, baiklah. Aku sudah mengerti. Berhentilah. Maksudnya, bukannya aku tidak mengerti perasaan tentang gadis Asahi itu.”

“Apa maksudmu?” – Ruri

“Bagaimanapun, kau disinari gelombang panjang yang sangat nyaman.” Penyihir

“Lagi dengan ‘gelombang panjang’…  Apa sih itu?” –  Ruri

“Ah, ‘gelombang panjang’ adalah sesuatu yang dimiliki setiap penyihir. Dengan kata lain, kompatibilitasmu dengan sihir. Di dunia ini, ‘gelombang panjang’ sihir jauh lebih penting daripada ‘kapasitas’ sihir. Hal yang disebut sihir merupakan sesuatu yang kau pinjam dari para peri untuk dieksekusi. Dan ‘gelombang panjang’ sihir menentukan kompatibilitasmu dengan atribut dari peri yang akan bersedia berbagi kekuatannya. Para peri akan bersedia untuk membagi kekuatannya untuk mereka yang memiliki kedekatan dengannya. Di sisi lain, mereka bahkan tidak akan mendekat pada mereka yang tidak memiliki kedekatan dengannya. Lalu ada kamu. Para peri dari semua tipe atribut berkumpul di sekitarmu. Itu membuktikan bahwa ‘gelombang panjang’ sihirmu adalah tipe yang disukai semua peri-peri!”- Penyihir

“Jadi kau memberitahuku bahwa karena ‘gelombang panjang’ ini, bahwa Asahi menempel padaku seprti lintah?” – Ruri

“Hey, aku bahkan tidak bisa mengumpulkan para peri sebanyak ini di sekitarku kau tahu? Alasan mereka berkupul di sekitarmu adalah karena mereka merasa nyaman di sekitarmu. Aku yakin hal yang sama berlaku pada gadis Asahi itu.” – Penyihir

Ini menjelaskan sikap Asahi yang mirip penguntit. Begitu sakit.

Aku tanpa sadar membuat ekspresi yang benar-benar menunjukan ketidaknyamananku setelah berpikir hal tersebut.

“Ah, tapi ‘gelombang panjang’ sihir yang kau bicarakan, bukankan itu hanya akan berpengaruh jika Asahi memiliki kekuatan sihir?”

Ketika aku mengatakannya, wanita tua itu membuat ekspresi serius.

“Tentang itu, bisa berarti bahwa Asahi menggunakan sihir.”  – Penyihir

“Menggunakan sihir?!… Nah, tidak mungkin. Di dunia kami, sihir hanyalah suatu khayalan.” – Ruri

Bagaimanapun, Asahi sekaget yang lainnya ketika pertama kali melihat sihir.

Dengan enggan, aku bisa berkata yakin bersyukur pada waktu yang kupunya itu dengan Asahi, aku bisa dengan mudah melihat melalui aktingnya. Dan itu tanpa kepura-puraan.

“Tapi ini sangat mirip dengan sihir tertentu. Cara dia mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Ini hanya seperti mantra ‘pesona’.” – Penyihir

“’Pesona’?…” – Ruri

“Dengan paksa membuat orang-orang yang tidak merasakan apapun terhadap mereka untuk merasa tertarik dan tidak bisa melakukan apapun selain untuk melakukan penawaran mereka.  Sebuah Mantra ‘Pesona’.” – Penyihir

“Bagaimanapun aku tidak terpengaruh. Setidaknya aku pikir tidak.” – Ruri

“Bukan hanya kau memiliki sebuah afinitas sihir yang bagus, kau memiliki cukup banyak ‘kapasitas’ sihir juga.” – Penyihir

Sihir pesona…

Itu akan menjelaskan kebutaan kesetiaan yang mereka punya untuk Asahi. Aku mengerti alasan sikap mereka sekarang.

Tapi aku tidak berpikir bahwa Asahi dengan khusus menargetkanku dengan mantra itu. Bagaimanapun dia tidak bermusuhan.

Maksudku, aku mencoba beberapa cara berbeda untuk menghindar darinya.

Aku tidak bisa 100% melemparkan kemungkinan dia melakukan ini untuk membuatku dendam.

Tapi aku telah meluangkan waktu membuntutinya dan bahkan menyewa inspektur pribadi untuk membayanginya hanya untuk mengetahui apa yang dia lakukan denganku. Hasil yang kudapat adalah konsklusif. Dia hanya menjalankan kebodohan gilanya… tidak, kepalanya hanya terisi dengan bunga-bunga dan hal-hal menyenangkan.

Dia telah diberi lampu hijau untuk melakukan apapun yang dia suka sejak lahir bahwa akal sehatnya mengenai bagaimana hubungan yang benar-benar bekerja terdistorsi. Semua orang hanya akan membungkuk padanya. Karenanya, dia tidak tahu bagaimana ‘membaca’ orang.

Tapi dia tidak benar-benar bertindak mengumbar diri atau bersikap dengan niat jahat.

Dia hanya akan melakukan apa yang diinginkannya, seperti yang anak kecil akan lakukan.

“Aku tidak bisa membayangkan Asahi menggunakan ‘Pesona’ untuk mengontrol orang-orang secara sengaja.” – Ruri

“…Ya jika seseorang yang telah berada di sisinya sepanjang hidupnya sepertimu mengatakannya, itu akan menjadi sangat baik untuk menjadi kebenaran. Tapi kemungkinannya menggunakan sihir ada tanpa di sadari.”- Penyihir

“Apakah itu mungkin? Jika dia memiliki afinitas untuk menggukan sihir, bukankan dia sah menjadi Gadis Suci?”- Ruri

“Siapa yang tahu. Dari sudut pandangku, kau yang dihargai oleh para peri bahkan lebih luar biasa daripada seseorang yang mampu menggunakan sihir ‘Pesona’. Plus, orang yang cocok degan karater memiliki ‘warna langka’ adalah dirimu.” – Penyihir

“Aapakah ada kemungkinan bahwa mereka datang mencariku ketika mereka menemukan rambut palsu dan warna mata palsu Asahi?” – Ruri

“Nah. Seseorang dengan rambut pirang dan warna mata lapis Lazuli memang langka di dunia ini. Tapi memiliki warna rambut dan mata hitam sama langkanya di sini. Mereka tidak akan langsung menyebutnya palsu.” – Penyihir

“Aku mengerti. Masih ada masalah dengan mantan teman sekelasku.” – Ruri

“Yeah. Tapi jika mereka tidak bisa berkontribusi untuk kejayaan kerajaan, siapa yang tahu nasib seperti apa yang menunggu mereka di garis.” Penyihir

Apa yang harus kulakukan jika mereka benar-benar datang padaku…

Wanita tua mengeluarkan sebuah pena dan kertas dari laci di dekatnya dan menulis sesuatu.

Setelah dia selesai menulis, dia melemparkan kertas ke dalam kotak berisi penuh air. Kertas itu perlahan menghilang pada ketiadaan.

“Apa itu?!” – Ruri

“Aku mengirim sebuah surat. Setelah selesai menulis suratmu, cukup lemparkan kertas ke dalam kotak air dan surat akan dicetak ulang di sisi penerima.” – Penyihir

“Kereeeeeen.” – Ruri

Aku tidak yakin dengan konstruksi di belakangnya, tapi melihatnya, aku sekali lagi dihatam kenyataan bahwa ini bukan bumi yang ku tahu.

“Siapa yang kau kirimi surat?” – Ruri

“Untuk cucuku yang sekarang ini berada di Kerajaan Naga. Aku ingin dia melakukan beberapa penelitian pada gadis Asahi itu dan ramalan kuno. Jika dia menggunakan sihir secara sadar, keberadaannya di bawah kendali Nadarsia mungkin akan menimbulkan ancaman bagi Kerajaan Naga di masa mendatang dan cara untuk mengatasinya harus dirumuskan. Jika dia menggunakan sihirnya secara tidak sadar, kita harus menemukan cara untuk mengatasinya juga dalam rangka mencegah korban yang tak diinginkan.” – Penyihir

Setelah mendengar kata ‘Kerajaan Naga’, aku mengesampingkan semua masalah yang kupunya dengan Asahi.

“Wanita tua, kau berasal dari negeri lain?!” – Ruri

“SIAPA YANG KAU PANGGIL WANITA TUA?” – Wanita tu… Penyihir

“Oh yeah, aku masih belum menanyakan namamu. Punyaku Ruri ngomong-ngomong.” – Ruri

Wanita tua itu ragu sejenak sebelum bergumam dengan suara kecil.

“….Ini Chelsea….” – Chelsea

“……Pfft!” – Ruri

Aku tidak bisa menahan tawaku. Seorang wanita tua yang terlihat seperti penyihir jahat dari sebuah dongeng memanggil dirinya Chelsea. Ini hanya tidak cocok dengan wajahnya.

“Sangaaat imuuuuuut. Ahahahahaha.” – Ruri

“Itulah mengapa aku enggan untuk memberi tahumu namaku. Ayo, tertawa. Tidak akan ada lagi makanan untukmu!” – Chelsea

“Waaa, Aku minta maaf!, Aku minta maaf! Ini adalah sebuah …. nama…. yang sangat pas dan imut…pfft!” – Ruri

“Katakan itu setelah kau menahan tawamu! Suaramu dan bahumu keduanya gemetaran, kau tahu?!”- Chelsea

Setelah memiliki beberapa hari yang tegang, bisa melakukan percakapan ringan membuatku bahagia.

Setelah menghentikan tawaku, aku sekali lagi bertanya pada Chelsea tentang Kerajaan Naga.

“Kerajaan Naga adalah tetangga negeri Nadarsia dan secara kebetulan adalah kota asalku. Hutan ini terletak di antara kedua negeri. Sesuai namanya, itu adalah sebuah kerajaan yang diperintah oleh Raja Naga. Ini adalah negeri paling luas di daratan ini.” – Chelsea

“Raja Naga?” – Ruri

“Raja dari suku Naga. Apakah kau tahu suku naga?”- Chelsea

Aku menggelengkan kepalaku.

“Ini adalah sebuah suku yang bisa mengambil bentuk manusia dan naga. Ada banyak suku lain seperti orang-orang kucing dan orang-orang anjing yang memiliki bentuk manusia. Namun, wajah mereka lebih menyerupai karakteristik hewan dan disebut Beast-man. Mereka secara umum disebut Demi-human. Diskriminasi terhadap Demi-human sangat kuat antara negeri berorientasi-manusia, dan Nadarsia adalah satu dari contoh utama. Di Kerajaan Naga, tidak ada diskriminasi yang terjadi dan semua orang hidup bersama dalam keharmonisan.” – Chelsea

“Aku mengerti…” – Ruri

Dari apa  yang aku kumpulkan, ada negeri-negeri lain yang lebih baik daripada Nadarsia.

Tapi apa yang benar-benar aku ingin ketahui bukan tentang Suku Naga atau Demi-human. Apakah akan kembali merupakan suatu kemungkinan atau bukan.

“Jadi, akankah cara untuk kembali ke dunia asliku ditemukan di Kerajaan Naga?”

Aku menunggu dengan sungguh-sungguh jawaban Chelsea. Dengan begitu banyak perbedaan suku dalam satu tempat, pasti ada beberapa informasi mengenai itu.

Tapi jawaban yang diberikan Chelsea untukku menghancurkan harapanku.

“Sayangnya, tidak ada jalan untuk kembali ke dunia asalmu.” – Chelsea

“Bisa jadi hanya kamu yang tidak tahu caranya. Seseorang di Kerajaan Naga mungkin tahu sesuatu…”– Ruri

Aku memaksa diriku sendiri untuk berpikir positif, mempertahankan senyum di wajahku selama ini. Tapi Chelsea menggelengkan kepalanya.

“Situasi mereka mungkin sedikit berbeda dengan seseorang dipanggil ke sini, tapi kami memiliki kasus dari orang yang diangkut ke dunia ini tanpa alasan sebelumnya. Tapi tak ada satupun dari mereka yang berhasil pulang.” – Chelsea

“Tidak mungkin…” – Ruri

“Dulu, ada seseorang yang diangkut ke dunia ini dengan ingatan dari waktunya ketika berada di dunia kehidupan sebelumnya. Menurutnya, ini mudah untuk datang ke sini. Tapi pergi dari sini membutuhkan seseorang untuk merusak penampilannya saat ini.” – Chelsea

“Apa artinya itu?…” – Ruri

“Ini mungkin terdengar kejam untukku mengatakannya, tapi satu-satunya jalan untuk meninggalkan dunia adalah melalui kematianmu sendiri. Tidak ada jalan lain.”

Aku tertegun.

Proses berpikirku berhenti.

Aku bertahan hidup dari cobaan berat di hutan dan berpegang pada harapan samar bahwa mungkin aku bisa menemukan jalan untuk kembali ke duniaku sebelumnya.

Tapi dengan hembusan kenyataan ini, pandanganku menjadi hitam.

Apa yang harus kulakukan mulai sekarang?

Aku tidak memiliki pengetahuan dasar dunia ini, aku tidak memiliki seseorang yang bisa kupercaya, hanya bagaimana aku harus bertahan hidup di kehidupan ini di dunia parallel ini?

Ketika aku semakin jatuh pada keputusasaan, yang datang setelahnya bukanlan kesedihan, melainkan kemarahan.

(Diculik ke dunia parallel, memiliki kejahatan palsu yang ditempelkan padaku, dipaksa untuk selamat dari cobaan dikejar monster besar di sebuah hutan. Mengapa hal-hal buruk terjadi padaku sepanjang waktu??!)

Alasannya jelas seperti langit bagiku. Asahi yang benar-benar tidak menyadari sekelilingnya, dan tanpa pertimbangan dalam sikapnya yang selalu menjadi kekesalanku. Mantan sekelasku dan pangeran yang meninggalkanku sendiri untuk mati di duia parallel ini. Dan terakhir, raja dan pendeta yang memanggilku ke sini pada awalnya juga harus disalahkan.

(Aku tidak bisa hanya melupakan semuanya setelah menangisi diriku sampai tertidur. Jika aku tidak bisa kembali. Aku akan membalaskan dendamku pada mereka yang membuatku sedih.)

Sekali aku memutuskan aksiku selanjutnya, aku berjongkok di depan Chelsea dengan kepala tertunduk.

“Aku tahu akan membuatmu bermasalah dengan permintaan ini, tapi bisakah kau mengajariku sihir? Aku akan melakukan apapun sebagai bayaran! Pekerjaan rumah, apapun.” – Ruri

Untuk membalas dendam, aku masih perlu untuk mendapatkan pengetahuan tentang dunia ini. Plus, dengan kedekatanku dengan para peri, akan ada beragam cara untuk mengerjakan sesuatunya.

“Aku tidak masalah.” – Chelsea

Aku terkejut bahwa Chlesea memberiku jawaban tanpa ragu.

“Eh? Apakah ini benar-benar baik-baik saja? Aku tahu bahwa ini aneh datang dariku, tapi tidakkah kau harus lebih berhati-hati terhadap orang lain…?” – Ruri

“Aku selalu sendirian di rumah besar itu. Akan lebih baik memiliki seseorang di sisni untuk membumbui tempat ini. Dan juga, aku tidak merasa perlu untuk berhati-hati pada seseorang yang disukai para peri. Jika aku menendangmu keluar dari rumahku, anak-anak itu akan berhenti membagikan kekuatannya padaku.” – Chelsea

Saat itulah aku merasa senang telah bertemu dengan Chelsea.

“Chelsea benar-benar orang yang baik! Sayang sekali kau memiliki wajah penyihir jahat.” – Ruri

“Mungkin aku harusnya menendangmu keluar saja.” – Chelsea

Maka dimulailah hidupku dengan penyihir dan para peri di hutan.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected.

Options

not work with dark mode
Reset