Chapter 22 – Kebenaran

Keputusan Ruri yang kompulsif untuk kembali mengunjungi Nadarsia terbukti sangat efektif karena Ruri sangat terkejut dengan keadaan di Nadarsia.
“Ini mengerikan . . .” –Ruri
Waktu ketika Ruri diasingkan dari Nadarsia, dia dilemparkan ke dalam kereta kuda dan dibawa langsung ke hutan. Dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk melihat sendiri keadaan ibu kotanya dan pedesaannya di antara kastil dan hutan setan.
Itu sepertinya lebih baik, begitu pikir Ruri.
Jika dia punya bayangan ini dalam pikirannya dulu, dia mungkin telah menjadi tanpa harapan dan tidak akan pernah bisa hidup di hutan dengan se semangat yang dia lakukan.
Kondisi Nadarsia seburuk itu.
Meskipun kotanya cukup besar, seseorang bisa salah mengartikan sebagai tempat yang hancur ditinggalkan dari masa lalu. Bangungan yang ditinggalkan merupakan bagian dari pemandangan yang biasa dan sangat sedikit orang yang berjalan benar-benar kurus dan ada ekspresi kematian di wajah mereka.
Tidak ada anak kecil yang berlarian di sekitar, ataupun wanita yang berbincang-bincang sambil pinggir jalan seperti yang mereka miliki, bahkan tipikal teriakan pemilik toko untuk mengumpulkan pembeli tidak terdengar dimanapun.
Perbedaan antara tempat ini dan Kerajaan Naga di sebelah sangatlah mengejutkan.
Sudah dua tahun sejak Ruri dipanggil ke sini. Dia mengingat ketika dia berada di Nadarsia ini.
Diperlakukan sebagati teman Asahi, semuanya disediakan untuk mereka di kastil.
Setelah memahami  kehidupan ‘normal’ orang-orang yang tinggal di sini,  Ruri sekarang tahu betapa terberkatinya dia saat itu.
Sedangkan untuk Gadis Suci, Asahi menerima perlakukan yang sama seperti anggota kerajaan. Tidak ada biaya yang dihemat, tepatnya untuk mendeskripsikan itu.
Dari sudut pandang yang berbeda, benar untuk mengatakan bahwa kehidupan di kastil itu tidak normal. Dan kota di sekitarnya lebih buruk yang didapatkan.
Masih saja, negeri ini mempersiapkan perang dengan Kerajaan Naga. Bahkan Ruri yang tidak fasih dalam hal polotik, tahu bahwa Nadarsia tidak dalam posisi yang bisa untuk melakukannya.
[Ruri, ayo tinggalkan tempat ini…] –Rin
Rin mendorong Ruri untuk meninggalkan tempat ini, tapi Ruri tidak bisa melakukannya.
Ketika dia menyadari sesuatu, Ruri berubah ke wujud manusianya dan berjalan ke arah alun-alun.
Ada sumur air di alun-alun yang dikerumuni oleh orang, mencoba untuk memenuhi rasa lapar mereka dengan air.
Namun, tidak mungkin air bisa memuaskan rasa lapar mereka. Orang-orang itu memberikan Ruri pandangan non-lokal yang jelas, dan segera kehilangan rasa tertarik mereka dan kembali pada keadaan menyedihkan mereka.
[Ruri?] –Rin
Rin menatap Ruri dengan keterkejutan karena Ruri berdiri di tengah alun-alun dan berkonsentrasi pada sesuatu.
Tiba-tiba, sebuah tunas muncul dari tanah.
Ruri menuangkan sihirnya ke dalam tunas, membuatnya tumbuh beberapa tingkat lebih cepat dari tanaman biasa. Ruri tidak berhenti menuangkan sihir ke tanaman itu, bahkan setela itu menjadi pohon besar berwarna hijau. Segera, pohon itu mulai berbuah.
Pada perubahan pemandangan itu, orang-orang yang menatap langit dengan tatapan lelah, menunjukkan perubahan dalam mata mereka.
Ruri menggunakan sihir anginnya untuk mengumpulkan buah-buahan yang ada di pohon dan memberikannya pada orang-orang yang terlihat lemah satu per satu.
Bingung dengan tindakan Ruri, orang-orang itu menggenggam buah sambil menatap satu sama lain.
Dengan waspada mereka menggigitnya. Jus dari buah itu membanjiri selera makan mereka dengan kemanisan yang sangat fasih, seolah-olah rantai putus dari mereka, mereka menelan buah itu tanpa peduli pada dunia.
Mungkin karena itu adalah pohon yang cukup Ruri beri sihir, ketika dia selesai mengeluarkan sejumlah buah, pohon itu terisi kembali dengan lebih banyak buah.
Melihat itu, Ruri membuat permintaan pribadi yang masih terlihat hidup untuk memberikan buah-buahan pada kota sekitar dan melanjutkan untuk meninggalkan kota itu.
Tidak mampu memahami tindakannya, Rin bertanya pada Ruri.
[Bahkan jika kau melakukannya, tidak akan ada yang berubah kau tahu?] –Rin
“Tidak apa-apa. ini adalah tugas negeri untuk memperbaikinya, bukan aku. Itu hanya…. Jika aku pergi tanpa melakukan apapun, aku takut pemandangan ini mungkin akan memburuku selama tidurku. Meskipun dulu aku hanya di sini untuk beberapa hari ketika aku pertama kali tiba, hal-hal yang kugunakan, makan, dan minum, dibayar ooleh orang-orang ini. Dengan seperti itu, aku merampok sesuatu dalam hidup mereka. Aku melakukan ini hanya untuk menenangkan diriku sendiri dan seterbatas mungkin, memberikan kembali pada mereka apa yang  aku ambil dari mereka.” –Ruri
Pemikiran manusia hanya terlalu komplek, begitu pikir Ruri. Menatap pada Rin yang kebingungan, Ruri hanya bisa tersenyum pahit. Ruri melanjutkan perjalanannya ke ibu kota Nadarsia sambil memberikan makanan untuk orang-orang pada setiap kota yang dia kunjungi diantaranya.
Seperti yang diharapkan dari tempat yang paling dekat dengan pangkuan Raja, ibu kota dipenuhi ledakan orang yang terlihat kaya berjalan jalan.
Meskipun menjadi beberapa kali lebih kecil dariapada Kerajaan Naga, jika ibu kota ini sendiri adalah ‘Nadarsia’, seorang wisatawan dari tempat lain akan memeriksa ember daftar mereka dalam “Tempat pertama yang ingin dikunjungi dalam hidupku.”
Bagi Ruri yang telah melihat siatuasi yang tertekan dari pedesaan dan perkotaan di sekitar Nadarsia, dia hanya bisa merasa tidak nyaman dalam perbedaan perlakuan yang diberikan pada orang-orang Nadarsia.
Hal lain yang mengganggu Ruri telah terjawab juga ‘Mengapa sebagian besar orang dari pedesaan yang telah dia kunjungi terdiri dari anak-anak, wanita, dan orang tua.’
Di gerbang ibu kota, berdiri deretan panjang para pria. Beberapa dari mereka terlihat belum tidur selama beberapa hari, sedangkan beberapa lainnya gemetaran sampai kaki.
Ruri menemukan bahwa para pria ini adalah orang-orang yang dipanggil untuk berperang ketika dia menguping pembicaraan mereka dalam wujud kucingnya.
[Sekarang apa yang akan kau lakukan Ruri?] –Rin
Ruri bermasalah.
Dia datang ke Nadarsia dalam rangka untuk menyelidiki apakah rumor-rumor itu benar, tentang mereka yang merencakan akan berperang dengan Kerajaan Naga.
Dia sekarang tahu bahwa kenyataan kasar yang tidak ingin dia percayai ternyata benar.
Dia tahu bahwa dia sendiri tidak akan bisa berbuat apapun untuk menghentikan kemajuan perang yang akan segera terlaksana. Dia hanya kesini karena penasaran.
Alasan lain kenapa Ruri datang adalah untuk menyelidiki apakah Asahi akan terlibat dalam perang ini dalam bentuk apapun. Ruri sekarang memiliki penyesalan yang serius.
Dan begitu lagi, Ruri bermasalah.
[Untuk sekarang bagaimana dengan kita pergi ke kastil sebelum membuat keputusan apapun?] –Rin
[Kau benar. Tapi aku tidak ingin bertemu dengan Asahi, jadi mari lakukan ini secara diam-diam.] –Ruri
Dengan gerakan selanjutnya telah diputuskan, Ruri dan Rin menyusup ke ibu kota melalui reruntuhan dinding terluar.


Raja Nadarsia duduk di kursi takhta di dalam kastil.
“Bagaimana kemajuan persiapan perangnya?” –Raja
Orang yang menjawab raja itu adalah pendeta tertua yang sama yang memegang posisi tertinggi diantara temannya yang menampilkan pemanggilan yang membawa Ruri dan lainnya ke dunia ini.
“Semuanya dilanjutkan dengan mulus. Kami khawatir beberapa saat ketika kami kehilangan kemampuan untuk menggunakan sihir, tapi setelah memahami bahwa itu adalah peringatan dari Tuhan untuk membiarkan yang-tidak-percaya pada hidupnya gadis suci, kami mengasingkan mereka semua ke Hutan Setan. Sekarang ini, mereka harusnya sudah menjadi makanan untuk binatang buas di hutan.” Pendeta tua
“Sungguh, itu membuatku sedikit ketakutan. Namun, berkat itu, kita punya alasan untuk menyingkirkan pengacau sialan itu. Bahkan gadis suci sangat berguna dari waktu ke waktu.” –Raja
“Seperti yang kau katakan.” –Pendeta tua
Raja dan pendeta tua tertawa sepenuh hati yang tanpa empati apapun.
Mungkin ada sedikit benturan dalam rencana mereka, tapi tidak ada yang terlalu serius yang bisa menggagalkan tujuan yang ditetapkan.
“Yeah… satu-satu permasalahan yang kulihat sekarang adalah dengan pangeran, itu seluruh kepala sampai mata kaki terhadap gadis suci…” –Pendeta tua
“Untuk berpikir bahwa dia terpesona sampai pada tingkat itu, menyedihkan sekali. Aku hanya akan mengirim anak itu bersama gadis suci untuk perang, dan menyingkirkan keduanya. Lagipula aku bisa menggantikan tempatnya dengan orang lain yang sanggup.” –Raja
Di sini berdirilah raja yang berbicara mengenai putera kandungnya seperti dia adalah barang yang dikonsumsi untuk keserakahannya dan seorang pendeta yang setuju dengan setiap kata seperti tidak ada yang tidak biasa. Namun, si pendeta tua terganggu dengan detail kecil.
“Gadis Suci juga, kau bilang?” –Pendeta tua
Berkat penampilan gadis suci yang telah diramalkan, gereja telah menerima jumlah donasi yang berlebihan.
Akan memalukan untuk kehilangan gadis suci pada titik ini, begitu pikir si pendeta tua.
“Jika di waktu yang akan datang kita membutuhkan gadis suci, kita bisa memanggil yang lainnya saja! Kita tidak membutuhkan seseorang yang lebih berpengaruh dari pada aku. Dia benar-benar pasir untuk mata.” –Raja
Kepada raja yang geram, si pendeta tua mengangguk setuju seperti jika dia setuju dengan kalimatnya.
Pada awalnya, meskipun raja menjanjikan perlakuan spesial untuk gadis suci, semua orang yang bekerja di kastil menghormatinya, dan hati-hati dengan perlakuan mereka terhadap Asahi dengan alami karena kenyataan bahwa dia adalah ‘gadis suci.’
Sepertinya gadis suci sendiri menggunakan sihir pesona di dunia aslinya juga, dia bertindak  seperti perlakuan yang diberikan padanya sudah diperkirakan.
Menggunakan itu, dia memenfaatkan para tentara di kastil untuk menunjukkan pencarian temannya tanpa ada penundaan.
Dari sudut pandang Asahi, itu mungkin terlihat mereka bergerak karena mereka ingin membantu Asahi karena kebaikan hatinya, tapi pada kenyataannya, para tentara menganggap itu adalah tugas mereka. Tidak perlu disebutkan pangeran melemparkan dirinya secara harfiah pada Asahi untuk memenuhi tugas itu.
Dari mata sang raja, benda Asahi terlalu berbahaya untuk ditinggalkan menjelajah.
“…… Jika begitu, mungkin akan jadi ide bagus untuk berhubungan dengan gadis suci yang diusir ke hutan, gadis suci itu. Kita terlalu fokus membuat bahwa semakin terlihat unik orang itu adalah gadis suci. Menambahkan titik pembicaraan tentang warna mata adalah sebuah kesalahan.” –Pendeta tua
Kepada pendeta tua yang bermasalah, datanglah sebuah bantahan dari sang raja.
“Tidak. Orang itu tidak akan memotongnya.” –Raja
“Kenapa begitu?” –Pendeta tua
“Ketika mereka semua pertama kali dipanggil ke sini, semua orang selain gadis itu dalam keadaan panik. Hanya dia sendiri yang mencoba dengan tenang memahami keadaan. Kita tidak memerlukan seseorang yang cerdas sepertinya. Apa yang kita butuhkan adalah orang bodoh yang akan percaya pada setiap kata yang kita lemparkan padanya dan bertindak pada hal itu.” –Raja
“memang kata yang akan kugunakan untuk gadis suci yang sekarang adalah ‘si bodoh’. Beberapa bahkan mungkin mengatakan dia ‘polos’. Tapi Tomat adalah Tomat.” –Pendeta tua
“Kita hanya perlu berbicara manis padanya untuk bertindak sesuai apa yang kita inginkan. Tapi jika gadis lain itu berada di sampingnya, dia akan melihat seluruh skema kita dan berbisik entah apa kepada gadis suci dan mencemari rencana kita. Itu benar untuk menyingkirkannya lebih awal.” –Raja
“Itu seperti apa yang kau katakan. Jika dia menemukan bahwa apa yang disebutnya ‘ramalan’ tentang gadis suci tidak akan pernah jadi hal yang sebenarnya, dan adalah karangan total yang kita reka-reka, semuanya akan sia-sia.” –Pendeta tua
… . … . … .
(Apa apaan ini… … …)
Bermaksud menemukan Asahi, Ruri menjelajahi kastil dalam wujud kucingnya ketika dia tidak sengaja sampai pada adegan ini dimana raja dan pendeta tua berbincang dengan santai.
Berpikir bahwa dia mungkin bisa memungut beberapa informasi, dia menguping pembicaraan mereka dan dihantam oleh berita yang mengejutkan seperti itu.
Sebuah gelombang keterkejutan menghantamnya sangat kuat bahwa dia berhenti mati di jalurnya.
(Kau pasti bercanda padaku! Apa artinya semua ini?!.. … … )

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected.

Options

not work with dark mode
Reset