Chapter 20 – Rumor yang Mengganggu
Ruri sudah akan berangkat ke rumah makan tempatnya bekerja paruh waktu ketika dia dihentikan oleh Jade.
Karena dia digendong sejajar dengan matanya oleh Jade, hati Ruri berdentum keras ketika dia menatap mata hijau Jade yang dalam.
“Ruri, aku akan meninggalkan kastil untuk sementara bersama Finn dan Klaus. Jika kau membutuhkan apapun, jangan ragu untuk memberitahu Euclase dan Agete.” -Jade
[Kau akan pergi kemana, Jade-sama?] -Ruri
“Aku akan pergi ke Kerajaan Roh. Aku akan kembali dalam beberapa hari. Jadi tetaplah bersikap baik, ok?”-Jade
[Aku bukan anak kecil.] -Ruri
Jade tidak bisa tidak tersenyum kecil ketika Ruri memanyunkan bibirnya ketika Jade bermain dengannya.
“Karena kau berjalan cukup sering beberapa hari terakhir ini, aku jadi sedikit khawatir itu saja. Bagaimana dengan ini, kau mau ikut denganku?” -Jade
Ketika Ruri mendengar bahwa dia tidak akan bisa melihat Jade untuk sementara, dia juga berpikir untuk mengikutinya. Tapi dia memiliki pekerjaan paruh waktu di rumah makan.
Baru ketika Ruri memiliki waktu yang sulit untuk memilih antara pekerjaan paruh waktu dan Jade, Klaus masuk dalam percakapan.
“Itu tidak bisa, Yang Mulia. Aku dan Finn akan menghadiri pertemuan juga. Jadi di sana tidak akan ada siapapun yang menjaga Ruri.” -Klaus
“Hahhh… itu benar.” -Jade
Jade menghela nafas kecewa sambil menggendong Ruri dengan erat untuk terakhir kalinya. Jade kemudian meletakkannya di tanah.
“Itu tidak bisa membantu. Kita sama sekali tidak boleh meninggalkan Ruri sendirian.” -Jade
[Aku bisa menjaga diri sendiri, kau tahu.] -Ruri
Apakah dia akan pergi atau tidak, ada Klaus dan Jade yang berpikir bahwa dia tidak bisa ditinggalkan sendiri agak menyerangnya.
“Aku tahu. Itu sebenarnya bukan alasannya…” -Jade
Tidak paham kenapa Jade ragu dengan jawabannya, Ruri memiringkan kepalanya dalam kebingungan.
“Kalian berdua, ini sudah saatnya.” -Finn
Diburu-buru oleh Finn, Jade mengelus kepala Ruri dengan lembut sambil berkata,
“Aku akan membawakanmu beberapa oleh-oleh.” yang kemudian lanjut dengan dia yang pergi bersama Klaus dan Finn.
Segera setelahnya, 3 karakter wujud nada dapat terlihat terbang di angkasa. Ruri mengantar mereka sampai sangat ujung.
[Kau menyukai raja itu?] -Rin
[Har?! A-apa yang kau bicarakan…. !] -Ruri
Ruri terlihat gemetar dengan komentar itu.
[Itu tidak benar! Kau salah!] -Ruri
[… Tindakanmu mengkhianati kata-katamu, kau tahu?] -Rin
[…..] -Ruri
Ruri menenangkan dirinya sendiri dengan menghirup nafas dalam, dan sekali lagi menyatakan penolakannya terhadap masalah itu.
[Kau sungguh keliru. Benar bahwa aku menyukainya, tapi itu bukan pada tahap yang bisa disebut cinta.] -Ruri
Ruri tidak canggung. Dia menyukai Jade, tapi perasaan itu masih pada tahap dimana dia mungkin untuk menarik semuanya kembali.
[Bukan dari sudut pandangku. Benar-benar bukan.] -Rin
[Aku tidak bohong!… disamping itu, Jade menyukai seseorang.] -Ruri
Ruri berkecil hati dengan kata-katanya sendiri.
[Begitukah?] -Rin
[Ya. Kau tahu Klaus yang baru saja berbicara denganku. Puteranya Joshua sekarang ini sedang dalam tugas untuk membawa kembali gadis itu ke kastil. Itulah mengapa seberapa banyak aku menyukainya, itu akan hanya jadi satu sisi.] -Ruri
Mendengar itu, Rin membelalakkan mata karena ditegur oleh Ruri sambil mengepakkan siripnya.
[Mengapa kau sangat berhati lemah? Cinta adalah sesuatu yang harus kau perjuangkan! Jika kau tidak bisa melakukannya, aku akan mengotori tanganku dengan membantumu menghancurkan (membubuh)sainganmu!!] -Rin
[Tidak! Kau dilarang untuk melakukannya, mengerti? Aku tidak ingin mendapatkan seseorang dengan metode seperti itu.] -Ruri
[Naif! Kenapa kau menyerah bahkan sebelum pertarungan dimulai?] -Rin
[Bahkan jika kau mengatakannya….] -Ruri
Alasan kenapa Ruri tidak mengambil tindakan agresif dalam suksesnya sebuah hubungan tanpa ragu adalah karena Asahi.
Cowok pertama yang disukai Ruri juga menyukai mata Asahi. Dari sana, itu adalah cerita biasa, cowok itu jadi super lengket pada Asahi dan bahkan jadi benci terhadap Ruri…
Pacar pertama Ruri di SMP mengakui bahwa dia mengencani Ruri hanya agar dia dekat dengan Asahi. ‘Kalau begitu, aku hanya harus mengencani seseorang dari sekolah lain yang Asahi tidak tahu, begitu pikir Ruri. Tetapi bahkan kemudian, Asahi menempel padanya seperti lintah dan mengikutinya. Ke esokan harinya setelah pacar Ruri bertemu dengan Asahi, mereka akan hanya putus dengannya…
Pengulangan kejadian ini membuat Ruri sampai pada titik bahwa sekarang dia pasif dalam masalah sebuah hubungan.
Ruri sekarang tahu, bahwa semua itu adalah karena sihir pesona. Sihir seperti itu tidak akan mempengaruhi seseorang dengan kekuatan sihir yang kuat seperti Jade.
Bahkan kemudian, Ruri masih tidak mencoba untuk merayu Jade.
Ruri memperbaiki pikirannya bahwa lagipula dia tidak akan dipilih oleh Jade dan tidak bertindak sesuai perasaannya.
[Ruri sensitif di tempat yang aneh.] -Rin
[Kasar sekali! Apakah kau mencoba mengatakan bahwa aku tidak berperasaan atau apa?] -Ruri
[Itulah tepatnya apa yang aku katakan. Normalnya, tidak akan ada orang yang bisa bertahan hidup setelah dilemparkan ke dalam sebuah hutan sendirian. Mereka pasti akan mati jauh sebelumnya.] -Rin
Ruri awalnya tidak yakin kenapa Rin tahu mengenai hal itu, tapi kemudian sampai pada kesimpulan bahwa para peri lain memberitahunya.
Itu benar bahwa bahkan setelah dilemparkan ke dalam hutan, beberapa hari sebelum dia bertemu dengan Chelsea, Ruri tepatnya tidak merasa sedih atau depresi dan menjalani harinya seperti biasa. Dia bahkan tidur seperti batang kayu selama berhari-hari itu.
Tapi Ruri tidak ingin mengakuinya, itulah kenapa dia tetap diam. Dengan perasaan yang sedikit murung, Ruri menuju ke rumah makan untuk memulai kerja paruh waktunya.
Para pelanggan yang datang satu per satu pada hari itu memulai percakapan yang membuat ketertarikan Ruri memuncak.
“Huh? Perang?” -Ruri
Secara tidak sengaja, Ruri bergabung dalam percakapan. Para pelanggan dengan senang hati membawa Ruri menyusul kecepatannya. Mereka adalah sekumpulan pedagang yang menuju ke ibu kota.
“Itu benar. Baru belum lama ini, aku melewati negeri tetangga yang bernama Nadarsia yang jauh di sisi lain hutan dan melihat mereka membeli sejumlah besar senjata. Mereka pasti menyiapkan sebuah peperangan.”
“Nadarsia…” -Ruri
Tanpa banyak menyadari wajah Ruri yang serius sekarang ini, pedagang itu melanjutkan pembicaraannya.
“Aky yakin bahwa targetnya adalah Kerajaan Naga ini.”
“Negeri itu hanya tidak pernah belajar!”
Ruri bingung dengan tawa para pedagang.
Meskipun Ruri sebenarnya tidak pernah mengalami perang sebelumnya, dari TV dan buku, dia meringkas bahwa perang adalah suatu hal yang menakutkan dan menyedihkan untuk terjadi. Namun, kenapa dia ragu, bahwa para pedagang di hadapannya tidak hanya tidak menunjukkan secarik ketakutan atau kegugupan, mereka bahkan berbicara tentang peperangan seperti itu adalah candaan atau apa.
“Bagaimana kalian bisa begitu optimis? Sebuah perang mungkin akan meletus paling tidak…” – Ruri
Para pedagang dengan sombong menjawab pertanyaan Ruri yang sedikit mengutuk.
“Yeah. Karena itu tidak akan terlalu seperti sebuah perang! Sebuah hal yang pasti bahwa Kerajaan Naga akan keluar sebagai pemenang.”
“Apakah kau berasal dari negeri lain, nona? Jika begitu, aku tidak bisa menyalahkanmu karena tidak mengetui ini. Sejujurnya, Nadarsia telah melaksanakan perang melawan Kerajaan Naga sering kali di masa lalu. Dan setiap kali, Nadarsia diberi tamparan serius di wajah mengenai kegagalan tindakan mereka. Hanya saja tidak mungkin ada cara manusia bisa menang melawan Suku Naga.” Begitu ujar para pedagang sambil tertawa.
Ketika Ruri memikirkan kembali tentang Lapangan Latihan yang dia kunjungi sebelumnya, dia tidak bisa tidak setuju dengan pernyataan mereka.
Tingkat kesembuhan yang tidak normal itu bahkan setelah ditikam, kekuatan fisik yang kuat, dan kekuatan sihir, bahkan menyingkirkan satu dari tunjangan itu, manusia masih tidak bisa memiliki kesempatan untuk berdiri melawan Suku Naga.
Ruri memikirkan wajah-wajah dari Suku Naga yang dia tahu, dan menghela nafas lega.
Wajah-wajah yang datang selanjutnya adalah orang-orang yang dia tahu dari Nadarsia…
“Aman untuk mengatakan bahwa orang-orang dari sisi Kerajaan Naga akan baik-baik saja, tapi pada saat bersamaan, tidakkah itu berarti bahwa kerusakaan pada Nadarsia akan jadi kehancuran? “
“Ku pikir begitu. Tapi Nadarsia adalah pihak yang memulai perang. Jika mereka mempersiapkan untuk membubuh, mereka harus menghadapi resiko dibunuh juga. Nona, apakah ka berasal dari Nadarsia?”
“Tidak. Tapi aku mempunyai kenalan yang berasal dari Nadarsia…..” -Ruri
Para pedagang menunjukkan ekspresi bersimpati.
“Itu sayang untuk di dengar. Aku minta maaf karena berbicara begitu ringannya mengenai kematian penduduk Nadarsia. Tidak ragu kau khawatir jika kau memiliki kenalan dari sana.”
“Ya…..” -Ruri
Mungkin sadar dengan wajah sedih Ruri yang jelas, para pedagang mengganti topik pembicaraan mereka.
“Oh ya, ngomong-omong nona, apakah kau pernah mendengar tentang Gadis Suci?”
Ruri pura-pura tidak peduli dan tanpa emosi apapun ditampilkan dari wajahnya, dia menggelengkan kepalanya.
“Dikabarkan bahwa Gadis Suci akan membawa kejayaan seterusnya pada negeri itu.”
Pedagang lainnya meneguk air dan melontarkan pendapatnya.
“Itu pasti sebuah cerita yang mengada-ada. Jika dia seharusnya membawa kejayaan bagi negeri itu, mereka tidak akan memanfaatkannya untuk menyulut peperangan. Hanya dengan melihat betapa banyaknya pengungsi dari negeri mereka berdatangan ke dalam Kerajaan Naga, lupakan tentang kejayaan, itu mengarah ke jalan kehancuran.”
“Dari pada menyerah pada gagasan peperangan, mereka bahkan menempatkannya di garis depan!”
(HUH?!!)
Ruri hampir tidak bisa mengendalikan diri untuk berteriak keras.
“‘Gadis Suci’ pasaran dia itu. Apa sih yang dia lakukan sementara penduduk Nadarsia menderita?”
“Aku merasakanmu. Ketika aku berada di jalan kemari, para pengungsi membanjiri benteng perbatasan. Raja Naga bahkan mungkin harus secara pribadi menangani masalahnya kali ini.”
Ruri ingat betapa lelahnya Jade beberapa hari belakangan. Alasan untuk itu bisa jadi sangat mungkin adalah seluruh situasi Nadarsia ini.
Negeri yang memanggil Ruri, Asahi, dan sisa ‘teman’.
(Aku yakin aku dimanfaatkan sebagai titik pembicaraan untuk memulai perang ini.)
Tidak mungkin seseorang dari dunia yang damai seperti Asahi bahkan akan mempertimbangkan untuk memulai sebuah peperangan. Haya tertinggal satu orang dalam perhitungan itu.
Ruri sangat khawatir. Namun, apa yang harus dilakukan dengan situasi ini?…
Ketika Ruri kembali ke kastil dalam wujud kucingnya, dia duduk di sofa tenggelam dalam pikiran ketika Rin berbicara padanya.
[Jika kau begitu khawatir, pergi saja untuk menilik.] -Rin
[Huh……?] -Ruri
[Kau sangat khawatir, kan?] -Rin
Ruri mengangguk.
Meskipun Ruri sering berpikir untuk membalas dendam melawan Raja Naga di masa lalu, dia tidak ingin merusak kehidupan damainya tanpa-Asahi. Itulah kenapa dia bahkan tidak pergi dekat-dekat dengan Nadarsia.
Secara pribadi, Ruri tidak ingin berhubungan dengan Asahi dan yang disebutnya ‘teman sekelas’ yang menyematkan pertanggung jawaban palsu pada Ruri. Namun, jika sebuah perang terjadi dengan melibatkan mereka, Ruri tidak bisa meninggalkan mereka sendirian. Paling tidak, mereka semua berasal dari dunia yang sama.
[Jika begitu, aku akan mempersiapkan untuk perjalanan!] -Rin
[Kau akan pergi bersamaku juga, Rin?] -Ruri
Ruri menatap Rin, yang bahkan lebih terpompa semangatnya tentang perjalanan ini dibandingkan dia.
[Tentu saja! Aku tidak bisa membiarkanmu pergi ke tanah yang membencimu sendirian!] -Rin
[Terimakasih.] -Ruri
Ruri yang biasanya berkeinginan-lemah bisa mendengar banyak suara di sekelilingnya, memberitahunya bahwa mereka juga akan mengikutinya.
Setelah mendengar itu, Ruri tidak bisa tidak tersenyum pada kenyataan bahwa dia akan dikelilingi teman-teman yang bersemangat dalam perjalanannya menuju Nadarsia.
Karena dia akan pergi ke luar, dia harus membuat laporan.
Jika Yang Dicintai tiba-tiba menghilang, paling tidak akan ada keributan besar.
Namun, Jade, Klaus, dan Finn tidak berada di dalam negeri.
Kalau begitu, Ruri harus mencari Agete. Selama pencariannya, Ruri menemukan bahwa Agete sedang dirawat di rumah sakit karena pinggulnya terkilir.
Untuk Suku Naga yang akan bergerak seperti tidak ada apa-apa bahkan jika mereka lapar, itu aneh bahwa seseorang akan jadi lumpuh hanya karena pinggul terkilir yang sederhana.
Sepertinya itu dikarenakan oleh usia tuanya, Agete sudah tidak memiliki kecepatan penyembuhan yang cepat dari yang muda.
Satu-satunya yang tertinggal adalah Euclase.
Dalam kondisi normal, seharusnya Agete mewakili Jade dalam tugasnya, tapi dengan Agete yang keluar dari pesanan, Euclase menggantikannya. Situasi di kantor mirip dengan medan perang sekarang ini. Ketika Ruri membuka pintu kantor, Euclase melemparkan tanggapan marah kepada petugas pria yang berdiri di sampingnya sambil mengeluarkan dan menangani tugas sendiri bersamaan dengan wajah yang menakutkan.
Ruri sangat takut dengan adegan di hadapannya bahwa dia hanya bisa menutup pintu dan mulai berjalan ke arah berlawanan.
Dia tidak memiliki dorongan untuk mengganggu Euclase.
Pada jalan terakhir yang diambilnya, Ruri kembali ke wujud manusianya di dalam kamarnya dan menulis sebuah surat.
Ada sebuah masalah bersandar. Selama Ruri tinggal bersama Chelsea, dia tidak terlalu banyak mempelajari cara menulis di dunia ini.
Hidup di hutan tidak mempersyaratkan menulis. Chelsea mengutamakan untuk mengajari pengetahuan berkaitan dunia ini dan mengendalikan kekuatan sihir Ruri. Dia juga hanya mengajari angka dasar dan kata-kata yang harus dia ketahui selama kunjungannya ke pasar di kota. Dia tidak diajari kalimat komplek yang digunakan di dunia ini.
Meskipun dia mulai belajar menulis di dunia ini dengan Agete, dia hanya bisa menulis kata yang sederhana.
Jadi dengan kosa kata menulisnya yang terbatas. Dia mencoba usaha terbaiknya untuk menghubungkan kata yang mungkin masuk akal dan menyelesaikan menulis surat.
Setelah itu, dia berubah ke wujud kucing dan menyerahkan surat itu pada salah satu petugas di kastil, memberitahunya untuk menyerahkan pada Euclase.
Ruri berangkat ke Nadarsia, tanpa menyadari situasi yang akan datang ketika isi suratnya disalahpahami secara besar-besaran.