Chapter 1 – Itu kalau hantu punya gigi (1)
Kota S, September.
Musim panas yang kering dan panas akhirnya menyambut hujan musim gugur pertama yang menjernihkan rasa panas dan pengap di udara dan membawa sedikit kesejukan.
Di jalan raya Panshan ada iring-iringan mobil yang bergerak perlahan-lahan ke depan. Ini adalah pemakaman terbesar dan paling terkenal di Kota S – Pemakaman Panlong. Itu adalah lokasi yang sangat baik, dekat dengan pegunungan dan perairan. Kecuali hujan deras yang semakin deras. Tak lama kemudian, langit menjadi semakin gelap dan iring-iringan mobil semakin melambat. Akhirnya, iring-iringan mobil berhenti di tengah guyuran hujan.
Satu per satu, para pria berjas keluar dari mobil mereka secara tertib. Seseorang membuka pintu mobil pertama, membuka sebuah payung hitam dan menunggu penumpang di dalam mobil untuk keluar.
Di bangku belakang adalah seorang wanita yang memakai gaun hitam panjang. Dia memakai topi hitam dengan cadar. Wajahnya pucat, tubuhnya ramping, pinggangnya hampir tak sebesar yang bisa dipegang dengan dua tangan. Dia terlihat seperti bunga yang rapuh di bawah lindungan payung hitam dan membuat orang lain merasa bahwa sewaktu-waktu dia bisa tertiup badai musim gugur yg berangin.
“Hati-hati, Nyonya Fu. Doa kami selalu bersamamu,” kata petugas pemakaman dengan lembut saat ia berjalan mendekat kepadanya dengan sebuah payung.
Yu Duo menatap pria itu. Dia rapuh, matanya merah, wajahnya pucat. Dia menunjukkan senyum tabah padanya yang terlihat seperti malam yang gelap dan berbadai.
“Terimakasih,” ucap Yu Duo padanya.
Dia cantik, matanya berbinar-binar, suaranya lembut dan halus. Setiap kali dia menunjukkan sedikit rasa malu, ia memberikan kesan bahwa ia lembut dan menyedihkan; dia adalah tipe wanita yang akan membangkitkan hasrat pria untuk menaklukkan dan melindunginya.
Meskipun para pekerja melihat ini setiap harinya, mereka hampir merasa tidak enak karena membiarkannya melihat suaminya dikubur di hadapan matanya sendiri.
Pasangan itu baru berada dalam rasa cinta selama tiga tahun sebelum mereka berpisah; ini terlalu kejam.
“Silahkan ikuti saya, Nonya Fu.”
Yu Duo mengikutinya melangkah ke depan.
Fu Sinian adalah seorang pria yang mengagumkan saat dia masih hidup, jadi tentu saja pemakamannya juga akan megah dan mengesankan. Lokasi pemakamannya juga tidak mungkin buruk, itu adalah posisi paling bagus di Pemakaman Panlong. Para profesional dipekerjakan untuk mempelajari fengshui posisi ini dan ini adalah posisi bagus. Dan ini akan menjadi kuburan baju Fu Sinian.
(T/N: Saat jasad orang meninggal tak bisa ditemukan, hanya pakaian mereka saja yang dikubur.)
Meskipun mereka tidak dapat menemukan tubuh Fu Sinian, kapal pesiar yang ditumpanginya meledak hancur berkeping-keping dan terbakar. Pencarian dan penyelamatan mencakup radius 20 kilometer di lautan selama tiga hari dan masih belum dapat menemukan tubuhnya. Peluangnya untuk selamat sangatlah kecil.
Berdiri di depan batu nisan, Yu Duo melihat foto hitam putih Fu Sinian. Dia tersedak dalam air mata dan memalingkan wajahnya. Dia tidak tahan untuk melihatnya lebih lama lagi.
Peti jenazah diturunkan ke dalam tanah dan liang lahat pun terisi dan hujan terus bertambah deras.
Tamu lain di pemakaman itu menghela nafas di belakang Yu Duo.
“Aku sudah mendengar bahwa Tuan Fu dan isterinya sangat dekat. Sekarang bahwa Tuan Fu meninggal, bagaimana mungkin Nyonya Fu tidak menangis sama sekali?”
“Apa kamu tidak tahu? Nyonya Fu menangis selama tiga hari penuh di upacara pemakamannya. Ia bahkan pingsan beberapa kali. Ia mungkin sudah menangis hingga kering sekarang.”
“Ai, kasihan, menjadi janda di usia muda seperti itu.”
“Dia mewarisi kekayaan 10 milyarnya. Paling tidak dia tak perlu khawatir tentang uang.”
“Apa gunanya memiliki uang jika Tn. Fu tidak ada lagi?”
“Ku pikir kau benar.”
Beberapa helaan nafas yang hampir tak terdengar mencapai telinganya dan Yu Duo menundukkan kepalanya serta menghapus air mata dari sudut matanya.
Sebuah jaket disampirkan di punggungnya.
Yu Duo berbalik untuk melihat ke arah orang yang berdiri di belakangnya.
“Kakak ipar*, kamu harus menjaga dirimu.” Itu adalah seorang pria yang sangat muda. Rambutnya berpotongan cepak, fitur wajahnya tajam, dan dia terlihat seperti seseorang yang membuat orang lain enggan bermasalah dengannya. Tapi jejak kelembutan padanya menghapus kekejaman di antara alisnya membuatnya terlihat lebih lembut.
Yu Duo tersenyum pucat kepadanya dan berkata, “Terimakasih, Ah Qi.”
Setelah memberikan jaketnya kepada Yu Duo, Ah Qi yang khawatir menyingkir ke samping.
*Tidak harus kakak ipar sungguhan. Pria biasanya akan mengacu istri-istri temannya sebagai ipar. Atau dalam kasus anggota geng, mereka merujuk satu sama lain sebagai saudara, jadi pasangan dari para saudara juga akan menjadi “ipar” mereka.
T/N: Hello! Cungi kembali dengan novel baru nih hehe😆😆 Semoga kalian suka😇