Cinta yang Mengintai di Meja Makan

“Sekarang, hari ini Saya ingin mengulas pandangan anda terhadap percintaan untuk drama yang akan tayang pada musim gugur, Hino-san. Nama saya Usuike, dan saya adalah seorang penulis. Saya menantikan berbincang dengan anda hari ini.”

“Saya juga.”

Di bawah lampu ruang konferensi, Aku tersenyum di samping manajerku. Duduk di seberangku adalah seorang editor majalah dan orang yang menulis wawancara ini. Aku mempunyai sebuah wawancara majalah hari ini. Setelah sapaan kami, mata si penulis menajam.

“Bolehkah Saya menanyakan tipe gadis anda…?”

Untuk beberapa alasan, Aku tidak bisa mengatakan jawaban sederhana “gadis paling imut di dunia” yang telah kupersiapkan. Wajah Mizuka muncul ke pikiranku. Tapi Aku merasa Aku seharusnya tidak mengatakan “imut” dengan entengnya, jadi Aku merespon dengan suara yang dipaksakan, “Dia harus punya rambut hitam, kupikir.” Si penulis tahu Aku sudah ditanyai tipeku berpuluh-puluh kali, jadi dia kelihatannya tidak memikirkan perubahan itu.

“Rambut hitam…! Jika saya memasukkan itu ke dalam majalah, maka semua gadis berambut cokelat di negeri ini akan menyemir hitam rambut mereka!”

“Tidak mungkin.”

“Apa ada hal lain yang anda suka, seperti kepribadian?”

“Saya tertarik pada gadis yang tenang… namun berterus terang, terutama ketika ditugasi dengan beban besar. Juga dia harus pandai memasak. Karena Saya tidak pandai memasak, saya akan dengan tulus terkesan dengan mereka yang bisa.”

“Woah! Terimakasih untuk informasi bergunanya! Saya akan menulis keseluruhan wawancara ini, jadi tolong berikan detail hal ini pada saya. …Terimakasih banyak!”

“Jangan mengatakannya seperti itu, Usuike-san.”

Seseorang dari penerbit masuk terburu-buru, membuat manajerku yang berada di sampingku terhibur. Aku juga sedikit terhibur, tapi lebih banyak sangat tidak pada tempatnya.

Aku tertarik pada senyum Mizuka. Senyumnya saat itu. Dulu seharusnya Aku bahkan tidak tahu apapun tentang kepribadiannya. Itu adalah cinta pada pandangan pertama. Tapi kenapa Aku menyukai dia sekarang?

“Selanjutnya, kapan cinta pertama anda?”

“Di SMP… sekitar tahun ketiga saya.”

“Eh- itu baru-baru ini! Kalau begitu, bagaimana dengan gadis itu?”

“Seseorang dari sekolah lain. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama… Kami bahkan tidak berbincang saat itu.”

“Eh?! Jika saya menulis ini, akankah kantor kami buyar? Apakah ini tidak masalah? …Tunggu? Apa itu artinya anda punya pengalaman berkencan, Hino-san?”

“Tidak.”

“Wow! Eh!? Apa yang harus saya lakukan!? Woah, saya ingin menulis! Ini benar-benar tak terduga! Para penggemar pasti akan menggila! Woah, saya banyak berkeringat!”

“Mohon tenanglah, Usuike-san.”

Si penulis menyambar catatan-nya dalam kegembiraan sebelum si penerbit membungkamnya. Kali ini, si penerbit menanyaiku.

“Sekarang, drama ini menggambarkan karakter yang anda mainkan sebagai seseorang yang tenggelam dalam cinta bertepuk sebelah tangan untuk teman masa kecilnya, pemain utama perempuan, dimainkan oleh Takinaga Madoka. Tolong beritahu kami mengenai kekhawatiran anda dan pada apa yang anda fokuskan dalam performa?”

“Benar. Karena Saya baru terhadap akting, Saya lebih berhati-hati untuk tidak menyeret siapapun dengan kesalahan dasar. Dan karena saya tidak pernah punya pengalaman mengungkapkan perasaan saya kepada seseorang dan ditolak seperti Harui, orang yang saya mainkan, saya mencoba menyadari bagaimana perasaan dia dan apa yang ingin dia lakukan. Perasaan Harui… pada akhirnya, sedih dan patah hati, tapi…”

Peran yang saya mainkan adalah seseorang yang selalu jatuh cinta dengan tetangganya, yang merupakan seorang pekerja kantoran. Dia menjaga perasaannya untuk diri sendiri agar tidak mengganggunya dan memainkan peran seperti seorang adik laki-laki yang setia, dan polos. Tapi ketika perempuan itu sakit karena cintanya sendiri yang bertepuk sebelah tangan, dia akhirnya mengutarakan perasaannya. Itu adalah bentuk semi-dibintangi, karena pemeran utama perempuan dan teman lelaki sebayanya adalah dua tokoh utama.

“Kalau begitu apakah anda akan memikirkan tentang gadis yang anda cintai di sekolah menengah?”

“Haha. Itu akan agak sulit dengan seseorang yang bahkan namanya saya tidak tahu.”

“Wah, itu bagus sekali… Saya iri dengan gadis yang anda cintai sebelumnya!”

“Benarkah? Saya pikir itu akan tidak menyenangkan untuknya.”

“Apa!? Tidak mungkin! Mimpi seorang gadis adalah untuk dicintai oleh pria panas, kan?”

“Hahaha.”

“Dan tidak ada gadis yang tidak akan jatuh cinta dengan anda juga, Hino-san.”

Ada. Namanya Igarashu Mizuka. Dia menghadiri SMA yang sama denganku dan bahkan berada di kelas yang sama. Dia membuatkanku makan siang setiap hari tapi dia tidak mencintaiku. Dia mungkin melihatnya seperti memberi makan anjing liar. Tapi dia setidak berdaya seperti sebaik dirinya… jadi penahanan juga sebuah pilihan.

Kata-kata hampit mengalir keluar seperti umpatan, tapi Aku tertawa untuk menutupinya. Dia menganggapnya dengan rendah hati dan berkata, “Kalau begitu sampai jumpa di lain waktu~” dengan cara yang berlebihan. Wawancaranya berakhir, dengan diriku yang masih tersenyum, senyum yang sama dari awal.

“Kerja bagus hari ini. Aku akan mengambil mobil sekarang.”

“Tidak perlu. Aku akan mengamati beberapa orang di sekitar kota untuk belajar sebelum pulang.”

Aku menolak manajerku di tempat parkir bawah tanah gedung penerbitan dan mulai menyusuri lorong yang akan membawaku ke atas tanah. Ini baru saja lewat jam makan siang saat wawancaranya mulai, jadi sekarang mataharinya sudah cukup turun bahwa semuanya berwarna sore pink-oranye yang unik.

Melewati pintu keluar garasi parkir bisa menarik kerumunan dan menghalangi jalan, jadi Aku pergi lewat pintu belakang. Ketika Aku berjalan tanpa tujuan, Aju pada akhirnya tiba ke sebuah jalan yang dijajari oleh restoran. Aroma dari makanan yang mereka persiapkan keluar dari ventilasi.

Menghirup aroma masakan kecap dan roti panggang, Aku langsung ingin bertemu Mizuka. Tapi kemudian Aku merasa pahit.

Saat itu ketika Mizuka membuatkanku makanan rebus… Aku telah memandang rendah dirinya sebelum dia membuat deklarasi itu. Kupikir jika dia hanya bertemu denganku, dia akan jatuh cinta denganku. Tapi…

“Aku akan bekerja keras agar kamu bisa mendapat banyak nutrisi. Jadi, um… Aku tidak bisa benar-benar mengatan baik dan Aku mungkin akan merepotkanmu, tapi… A-Aku akan melakukan yang terbaik!”

Ketika Aku melihat kebaikan Mizuka yang kuat dan terus terang, Aku tertarik padanya, tapi pada saat bersamaan, Aku merasa dia tidak akan pernah menyukaiku karena sifatku. Aku punya perasaan bahwa dia secara insting mengetahui orang seperti apa diriku, tapi pemikiran bahwa dia menyadarinya, membuatku takut. Aku takut dia melihatku.

Tapi Aku tidak ingin menjauh dari Mizuka. Aku ingin mendekat padanya. Aku menginginkannya. Dan Aku tidak akan pernah memberikannya pada orang lain.

Memegang dadaku yang sesak, Aku mengeluarkan ponselku. Jari-jariku sedikit ragu, tapi Aku mengarahkannya ke halaman pesan Mizuka dan mengetuk keyboard-ku.

“Apa kamu senggang besok?”

Tanganku mulai gemetar hanya karena mengetik empat kata itu. Aku senang melihatnya langsung tertanda sebagai dibaca, tapi itu tumpang tindih dengan kegugupan.

“Apa kamu bisa datang membuat makan malam di rumahku?:

“Karena ini akan panas selama liburan musim panas, Aku ingin kamu datang membuatkan makan malam di rumahku segera.”

“Apakah itu oke?”

Aku menghubungi Mizuka sekarang. Aku terhubung dengannya sekarang. Ini bukanlah pesan pertama kami, tapi tanganku berkeringat. Responnya “oke” yang seadanya memenuhi dadaku.

“Kamu juha makan di rumah, kan?”

“Kita selalu makan malam sendiri-sendiri jadi Aku ingin makan bersamamu.”

“Tentu saja Aku akan mencuci piringnya!

“Aku juga punya peralatan memasak jadi kamu nggak perlu mengkhawatirkannya.”

“Apakah itu tidak masalah, Igarashi-san?”

“Ya?”

“Tidak?”

Aku menambahkan sebuah stiker pinguin untuk menenangkan diriku sendiri. Aku mengirimkan terlalu banyak pesan. Tapi jika Aku mengirimkannya bersamaan, bukankah itu membuatnya terlihat seakan Aku menekannya?” Aku mengeluyuri pesan-pesan kami sebelumnya ketika sebuah respon datang darinya.

“Kalau kamu nggak masalah dengan itu, maka Aku juga.”

Aku mengirimkan stiker terimakasih untuk menunjukkan rasa terimakasihku. Aku menyusuri balasannya dengan jariku, “Aku menantikan esok”, merasakan perasaan lega yang luar biasa.

“Ini agak… menyakitkan…”

Kupikir Aku bahkan tidak bisa menidurkan ponselku, tapi Aku tidak bisa, jadi Aku meletakkan ponselku ke saku. Ketika Aku mendongak, langitnya perlahan berubah lebih gelap dan bulan yang pucat melayang di langit.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected.

Options

not work with dark mode
Reset