Rencanaku bagi Mizuka untuk membuatkanku makan siang dan untuk kami makan bersama adalah suatu keberhasilan. Tapi karena Sasaki mengambil kue muffin saat kelas memasak dan memberikannya padaku, dia berhubungan denganku lebih sering. Itu tidak bisa dihindari. Itu adalah sebuah pengorbanan yang diperlukan.
Bagaimanapun, Mizuka sangat mempercayaiku itu membuatku gugup. Dia sepertinya tidak menyadari applikasi yang kumasukkan pada ponselnya untuk memonitor pesan-pesannya dan memberiku kontak informasinya dengan mudah. Sebenarnya, Aku khawatir bahwa dia terlalu baik untuk agensiku. Tapi kami bisa makan siang bersama hanya kami berdua dan sudah biasa bagiku untuk bergantung padanya. Kami bahkan berbelanja bersama.
Sekarang tidak akan aneh baginya untuk melihat cangkir cangkir dengan warna kesukaannya di rumahku. Itu lebih natural baginya untuk menerima bahwa Aku membeli peralatan makan sebagai cadangan dibanding dengan membelinya untuk kami berdua pada awalnya. Sudah dua minggu sejak Mizuka memutuskan untuk lanjut membuatkanku bekal. Sudah hampir waktunya untuk rencanaku selanjutnya.
“Oops…”
“Apa kamu baik-baik saja, Yousuke?”
“Kurang tidur?”
“Apa kamu butuh seseorang untuk berbicara?”
Aku memasuki kelas di pagi hari dan berpura-pura sempoyongan sambil meletakkan tasku di atas meja. Gadis-gadis di sekelilingku segera berbicara. Ketika Aku mengangkat tangan pada semua orang yang mencoba menempel padaku dan mengatakan Aku baik-baik saja, Aku bisa mellihat Mizuka menatap dengan khawatir dari kursinya di dekat jendela.
Jadi tidak ada yang melukai Mizuka karena kecemburuan, Aku tidak pernah berbicara kepadanya di kelas… atau malah, Aku tidak akan berbicara kepadanya kecuali kami sendirian. Aku tidak bisa. Tapi rasa berjarak ini sesuai.
“Sebenarnya Aku tidak banyak tidur akhir-akhir ini… Haha.”
Aku membuat sebuah alasan kepada para gadis yang mengelilingiku dan tertawa ringan. Dengan begini, Aku bisa menunjukkan pada Mizuka dengan perlahan bahwa Aku tidak baik-baik saja dan membuatnya percaya bahwa telah terjadi sesuatu. Dia baik, jadi dia pasti akan khawatir.
Aku akan dengan perlahan, sengaja, menanamkan bibit kegelisahan, dan ketika sudah hampir berbunga, Aku akan memberitahunya bahhwa si tukang antar layanan malamku mengambil gambarku secara diam-diam. Kemudian dia pasti akan datang untuk membuatkanku makan malam. Dia tahu benar bahwa makanan akan cepat membusuk pada musim panas. Aku akan mammpu mengundangnya ke rumahku dengan santai.
“Dari kerjaan? Apa kamu sibuk syuting untuk drama?”
“Oh, benar. Bukankah itu ada adegan berciuman?”
“Yea. Aku sibuk tapi ini memuaskan. Aku harus melakukannya dengan benar.”
“Eh, Kalu kamu punya masalah apapun, jangan ragu untuk memberitahu kami, oke?”
Drama. Adegan berciuman. Syuting di akhir musim panas. Itu akan menjadi pertama kalinya Aku menyentuh orang lain, jadi Aku ingin itu adalah Mizuka. Aku ingin mendapatkan resep obat tidur dengan berpura-pura tidak enak badan, dan Aku berencana menggunakan hal itu terhadapnya agar Aku bisa memberinya seluruh “yang pertama” milikku. Demi hal itu, Aku harus berpura-pura menjadi Hino Yousuke yang sakit.
“Pagi, Igarashi.”
Saat Aku menekan tangan ke arah keningku untuk berpura-pura sakit kepala juga, Aku mendengar suara menggelegar. Itu adalah lelaki yang duduk di samping Mizuka – Kawauchi. Lelaki menjengkelkan yang menginjak kotak pensil Mizuka kemarin. Aku menatap mereka sambil mengatakan, “Kepalaku agak sakit,” tapi Mizuka menatap Kawauchi bukannya diriku.
“Selamat pagi, Kawauchi-kun.”
“Hei, selebaran dari kelas sains kemarin tenggat waktunya hari ini atau besok? Kalau hari ini, bolehkah Aku melihat punyamu?”
“Hari ini dan tentu saja boleh.”
Mizuka menyerahkan selebarannya kepada Kawauchi tanpa keraguan. Itu bukannya dia absen, dia hanya tidur di kelas. Ini menjengkelkan melihat usaha Mizuka disalahgunakan.
“Kamu benar-benar kelihatan nggak sehat, Yousuke. Apa kamu baik-baik saja?”
“Aku nggak papa. Aku hanya berpikir bahwa Aku lupa PR-ku.”
“Aku bisa memperlihatkan milikku padamu.”
“Nah. Maaf, Aku harus ke kamar kecil.”
Kenapa Aku harus minta maaf? Aku meninggalkan ruang kelas yang agak menyesakkan. Meskipun gadis-gadis itu mirip dengan semut yang mengerubungi gula, jelas mereka tidak bisa mengikutiku ke kamar mandi. Ketika Aku menyusuri koridor dengan langit biru di sisiku, Maki-kun datang dari arah lain dengan ekspresi linglung di wajahnya dan memakai earbud.
“Igarashi akan pergi ke ruang persiapan sains hari ini karena piket. Sendirian.”
Aku berhenti dalam respon terhadap kata-kata yang ia gumamkan ketika kami berpapasan satu sama lain. Aku berbalik, tapi Maki tidak berhenti berjalan ketika dia dengan santai berjalan menuju ke kelas. Benar bahwa Mizuka hari ini piket. Maki sekarang sedang berbicara dengan Sonomura. Tapi karena dia menyebutkan nama Mizuka, Aku harus pergi ke sana.
Ada kemungkinan bahwa Sonomura menyuruhnya mengatakan itu, tapi itu jelas bahwa dia menyukai Maki jadi Aku ragu bahwa dia memikatku ke sana.
Aku berbalik dari toilet dan berjalan menuju ke ruang persiapan sains, bergerak untuk bersembunyi dalam bayangan. Ketika Aku menunggu di pintu keluar yang gelap dan berdebu, Mizuka bergegas masuk sama seperti apa yang dikatakan Maki tentang apa yang akan dilakukannya. Pada akhirnya dia berjalan keluar lagi dengan sebuah kertas di tangannya.
“Igarashi-san.”
“Aah, Hino-kun!”
Mizuka kelihatan terkejut melihatku. Cara dia berkedip dan melompat sangatlah imut bahwa Aku merasa Aku menggila.
“Maaf menakutimu. Apa itu kertas cetak untuk kelas hari ini?”
“Ya. Aku piket jadi Aku datang untuk mempersiapkan ruang kelas, tapi ternyata hari ini hanya akan belajar-sendiri.”
Kertad yang dia tunjukkan padaku tertuliskan peralatan belum sampai maka itu hanya menjadi sebuah pembelajaran-sendiri saja. Aku benci pembelajaran ruang kelas karena Kawauchi akan bertanya pertanyaan pada Mizuka dan meminta untuk melihat buku pelajarannya. Aku menggertakkan gigi agar berhenti mendecap lidah dan Mizuka menatapku gelisah.
“Apa kamu merasa tidak enak badan, Hino-kun…? Semua orang khawatir tentangmu…”
“Tidak apa-apa.”
Apa yang kusuka dari Mizuka adalah bahwa dia tidak akan menawarkan untuk mendengarku dengan ringan. Ketika Aku bersikap seolah Aku kesakitan, dia ragu untuk turun tangan. Dia mungkin tidak akan memberiku petunjuk apapun terhadap apa yang harus dilakukan bahkan jika Aku bertanya padanya.
“Aku tidak tahu apakah semua orang sebernarnya khawatir tentangku.”
“Eh…?”
“Mereka kelihatan seolah mereka khawatir terhadapku, tapi Aku bertanya-tanya apakah mereka berpikir bahwa ini pantas kudapatkan.”
Aku menggunakan nada sedih yang emosional. Aku perlahan memalingkan pandanganku ke arah jendela dan menatap ke bawah pada halaman sekolah.
“Aku bertanya-tanya apakah mereka mengharapkanku mati.”
Saat berikutnya, Aku merasakan seseorang menyambar lebganku. Terkejut dengan momentum itu, Aku berbalik melihat Mizuka melotot padaku dengan ekspresi serius sambil memegang tanganku erat.
“Ap…”
“Oh, m-maaf, Hino-kun. Oh tidak, maaf, apakah sakit…? Apa yang harus kulakukan? Apa itu akan mempengaruhi pemotretanmu…? S-seperti memar?”
Dia tiba-tiba melepaskan tanganku dan mulai mengayunkan tangannya, bergumam sesuatu tentang apa yang harus ia lakukan dan mengambil es. Meskipun Aku tersenyum untuk menunjukkan Aku baik-baik daja, dia pucat saja.
“Aku benar-benar minta maaf… Aku akan pergi mengambil kompres dari ruang kerja perawat sekarang…”
“Nggak papa. Lihat, Aku sama sekali tidak memar. Aku tidak terluka sedikitpun.”
Aku tidak yakin apakah Aku bisa membuat Mizuka menikahiku untuk bertanggungjawab jika Aku benar-benar terluka. Untuk mengkompensasinya. Tapi kemudian dia akan termakan oleh rasa bersalah karena melukai seorang model, bukan diriku. Dia menatapku bingung ketika Aku tersenyum.
“Lagipula kamu nggak cukup kuat untuk melukaiku, Igarashi-san.”
“I-itu tidak benar. Barusan, Aku meremas tanpa berpikir-“
Tanpa berpikir. Aku terkunci pada kata-kata itu. Jadi dia barusan menyambar tanganku tanpa berpikir? Dia sepeduli itu terhadapku, tapi terlalu takut, jadi dia tidak bisa mengatakan banyak.
“Tidak sengaja atau sebaliknya, nggak masalah. Lebih pentingnya, bukankah kita harusnya kembali ke kelas sebelum kita telat?”
“Oh… Um… A-aku benar-benar minta maaf, Hino-kun. Tolong beritahu Aku kalau itu meninggalkan jejak. Sampai jumpa!”
Mizuka melirik jam dan memilih kembali ke ruang kelas. Aku mendengar langkah kakinya pergi dan memperhatikan sampai Aku tidak bisa lagi melihatnya. Ketika dia akhirnya pergi, Aku menatap lenganku.
Lengan yang dia pegang berdenyut seperti hatiku. Ini terasa lebih… pasti dibanding dengan hanya disentuh oleh orang yang ku-sukai. Aku menyusuri dimana dia memegangku, dadaku terasa terlalu penuh.
“Aku suka… Nggak, Aku suka dia, tapi…”
Aku merasa seakan ada hal lainnya… Dihantui dengan perasaan misterius, Aku kembali ke kelas.
◇
Ketika Aku kembali ke kelas, Maki berbaring dekat kursi Kawauchi. Itu terlihat seperti dia jatuh dan tidak bisa bergerak. Sonomura panik dan guru sepertinya membawa masuk sebuah tandu. Mizuka, yang kembali lebih dulu, dengan tenang memegang ponselnya di satu tangan sambil berkata, “Lebih baik jangan memindahkannya…!”
Aku masih merenungkan kenapa Maki berbicara padaku tadi, tapi Aku bergabung dengan orang-orang yang mengelilinginya untuk menyesuaikan diri.
◇
Mizuka memutuskan untuk membuatkanku makan malam karena pengaruhku. Aku akan menunggu sebentar sebelum Aku memintanya datang ke rumahku. Ada sedikit masalah dengan Sasaki yang mencoba memberiku kue muffin buatan tangan meskipun dia mencuri yang pertama, tapi Aku menanganinya. Aku mengirimi Mizuka beberapa pesan stiker dalam suasana hati yang bagus.
Aku menunggu Mizuka di ruang kelas kosong sembari melihat-lihat histori pesan kami. Dia muncul tepat sebelum Aku akan mengiriminya stiker maskot pinguin yang kubeli.
“Maaf membuatmu menunggu, Hino-kun.”
“Selamat datang, Igarashi-san. Makasih lagi!” Kataku dengan nada cerah dan sebuah senyuman. Tapi Aku berpikir bahwa itu tidak akan terlalu efektif padanya. Dia mulai menjelaskan makanan ketika dia mengeluarkan bekal kami berdua dari kotak makan siangnya yang besar. Aku sangat menyukai saat-saat ini. Karena Aku bisa melihat dengan jelas bahwa dia menghabiskan waktunya memikirkanku.
Seperti yang dikatakan Mizuka, makan siang hari ini bergaya Jepang dan kotak bekal berserat kayu diisi dengan telur, hidangan rebus, dan salmon. Aku terbiasa berpikir bahwa nasi dicampur dengan bahan-bahan hanyalah untuk efisiensi, tapi Aku merasa berbeda ketika Aku melihat nasinya yang dicampur tuna dan wortel.
Tapi hari ini sedikit berbeda. Biasanya, bahan yang ditambahkan oleh Mizuka seimbang. Aku tidak terlalu peduli apa yang ada di dalamnya selama itu dibuat olehnya, tapi Aku khawatir bahwa mungkin telah terjadi sesuatu.
“Aku juga mengemas banyak makanan rebus untuk makan siang karena kamu banyak memakannya.”
Aku terkesiap terhadap kata-katanya. Aku memang mengatakan bahwa Aku suka akar teratai karena Mizuka memasukannya pada makan siang sebelumnya. Dan dia mengingat itu? Ditambah, mengatakan bahwa Aku banyak makan hidangan rebus…? Aku tidak pernah benar-benar secara sadar mencoba memakan sesuatu sebelumnya, jadi Aku tidak terlalu tahu, tapi berpikir ulang, mungkin begitulah masalahnya.
Mizuka pasti lumayan memperhatikanku.
“…Apa kamu memikirkanku saat kamu memasak ini?”
“E-eh?”
“Kamu bilang kamu menambahkan makanan rebus demi diriku, kan?”
“Y-ya.”
“Itu membuatku senang. Belakangan ini, kapanpun Aku melihat hidangan untuk pemotretan dan sebagainya, Aku selalu memikirkanmu.”
“Tentangku?”
“Ya. Seperti betapa Aku ingin makan masakanmu… Aku suka masakanmu, Igarashi-san. Entah bagaimana itu terasa menenangkan, seperti menghilangkan semua ketegangan dalam tubuhku.”
“Terimakasih…”
Cara dia bersikap, kupikir dia hanya berbuat baik dan murah hati, atau paling buruk, hanya memberi makan seekor anjing terlantar atau terlihat sebagai seorang penyelamat. Tapi mungkin Aku akan bisa mendapatkan dia lebih cepat dari perkiraanku.
“Aku senang Aku bisa membuatkanmu makan siang…”
“…Apa?”
“Karena, itu membuatku senang sekali melihatmu makan makananku seakan itu benar-benar enak. Di samping itu, Aku selalu bertanya-tanya apa yang harus dilakukan belakangan ini karena kamu terlihat sangat kesakitan.”
“Igarashi-san…”
Setelah melihat reaksi sedih Mizuka terhadap kebohonganku, lengan yang dia pegang kemarin terasa kebad. Aku mengpalkan tanganku untuk mendapatkan kembali perasaan normal dan melihatnya menatap lurus padaku. Cara dia menatapku sepenuhnya berbeda dengan sebelumnya. Itu membuatku merasa seolah hatiku terkoyak.
“Hino-kun.”
“…Apa?”
“Aku akan bekerja keras agar kamu bisa mendapat banyak nutrisi. Jadi, um… Aku tidak bisa mengatakan itu baik dan Aku mungkin akan merepotkanmu, tapi… A-aku akan melakukan yang terbaik!”
Mizuka mengerucutkan bibirnya dan mengangguk. Tatapannya yang berair dan lembut membuatku terengah-engah. Kebisingan di koridor, suara-suara siswa di lapangan sekolah, semuanya terkecuali suaranya terasa jauh, jauh sekali. Aku merasa seakan dia berbicara langsung ke telingaku.
“Err, maaf karena mengatakannya begitu tiba-tiba.”
“Nggak papa. Terimakasih karena selalu membuatkanku bekal.”
Aku mengeluarkan kata-kata yang selalu kukatakan setelah makan. Tapi Aku tidak tahu apakah Aku tersenyum dengan benar. Apa Aku memasang muka aneh pada Mizuka sekarang ini? Apa Aku terlihat aneh? Kupikir Aku bertingkah aneh, tapi dia kelihatannya tidak menyadari.
Aku berbohong pada Mizuka. Aku tidak merasa bersalah mengenai hal itu. Karena Aku menginginkannya. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkannya. Tapi…
Dadaku terasa mengalir keluar.
Sebelum ini, Aku selalu ingin memasang wajah Mizuka ke dalam mataku. Aku selalu ingin melihat diriku terrefleksikan di dalam matanya. Namun, Aku beraling darinya dan menatap hydrangea yang tersebar di luar jendela.
T/N: Nggak bisa bayangin gimana reaksi Mizuka pas tahu semuanya cuma akal-akalan si Yousuke~