Aku meninggalkan rumah Mizuka di sore hari setelah menyelesaikan pekerjaanku. Aku memeriksa ponselku sambil berjalan melalui distrik perumahan yang menyala redup, dan ponsel itu bergetar. Aku mendapatkan pesan dari manajerku.
Baru-baru ini, ada pemotretan poster dan wawancara untuk drama yang akan tayang musim gugur. Ada gambar yang terlampir dengan sampul majalah yang akan tayang minggu depan. Aku hampir menertawakan perbedaan besar antara gambarku memakai warna pink untuk majalah pakaian yang ditujukan untuk gadis sekolah menengah, dan diriku pada saat ini yang memakai baju dan topi kerja.
“Aku bertanya-tanya apakah Mizuka akan membeli ini…”
Di Sisi gambarku memakai pakaian ber-merk yang akan diluncurkan musim panas ini, ada tulisan gelembung besar berbunyi “Hidangan Pengembangan Diri Musim Semi! Mudah untuk Membuat Hidangan Dunia!” Kelihatannya seorang peneliti masakan terkenal menggabungkan resep-resep luar negeri yang akan sederhana untuk pemula. Mizuka tidak membeli majalah pakaian atau punya banyak ketertarikan dalam pakaian, tapi dia sering menatap buku masakan.
Aku bisa membayangkan dia membeli dan menatap fitur gambarnya. Itu membuat hatiku bergetar. Karena dia sangat suka memasak dan merupakan jenis orang yang akan berbelok ke bagian buku makanan di perpustakaan ketika belajar untuk ujian. Tapi upacara masuk tiba lebih dulu. Menyembunyikan senyuman di bawah topiku, Aku menyusuri jalanan gelap.
◆◆◆
Hari upacara masuk adalah hari terbaik untuk sebuah perjumpaan, dengan cuaca surgawi yang menyinari dan kelopak sakura yang mekar terakhiran berdansa dalam angin.
Tapi meskipun Aku telah mengkonformasi dia meninggalkan rumahnya dari cctv di jalan masuk, Aku tidak bisa menemukannya di sini. Aku ingin mencoba membuat konta dengannya dengan pura-pura bertanya arah. Siswa baru bergegas ke gapura sekolah dan pohon sakura berjajar di jalan. Aku merasa jengkel ketika menyadari seorang siswi sedang menatapku.
Pandangan ketertarikan ada sesuatu yang tidak bisa saja mereka sembunyikan. Sepertinya dia berpikir dia pintar dan bahwa Aku tidak menyadarinya, tapi Aku menyadari. Dan aku tahu dengan baik perbedaan antara benar-benar peduli terhadapku dan yang hanya ingin mengambil foto secara diam-diam. Ketika Aku merasa resah dengan jam dan menyesal tidak meletakkan penyadap di seragam Mizuka, “Um, Yousuke-kun, benar?” sebuah suara memanggil di sebelahku.
“U-um, Aku ingin menjadi model, sama sepertimu, Yousuke-kun… Namaku Sasaki Yuri. Um, kita menghadiri sekolah yang sama… kan?”
Aku memutar arah untuk melihat seorang siswi lembut hati di sampingku. Dia memakai seragam baru, jadi dia pasti berada di tahun pertama juga. Dia kelihatan senang dengan respon singkatku, “Benar,” tapi hatiku merasa dingin. Aku tidak perlu menatap mata seseorang untuk mengetahui apakah mereka benar-benar bermimpi menjadi model atau jika mereka hanya berbohong untuk masuk ke industri. Semuanya tentang postur dan bentuk tubuh.
Untuk bagian pertama, kamu tidak perlu semampai untuk menjadi seorang model, kamu hanya perlu punya tubuh yang memerindah pakaian yang kamu kenakan. Kemudian, jika kamu tidak membenarkan postur dalam keseharianmu, tidak mungkin kamu akan mampu menahan berjam-jam lamanya sebuah pemotretan. Aku bisa mengetahui siswi Sasaki di depanku ini berbohong karena pusat gravitasinya berantakan. Orang licik seperti itu pandai mengesampingkan orang lain dan menyeret mereka ke dalam masalah.
Aku sudah tahu Aku berada di kelas yang sama dengan Mizuka. Daftae kelas tertulis pada buletin di depan sekolah, tapi karena pengaruhku, Aku bisa melihatnya sebelum siswa lain. Jika ingatanku benar, gadis ini berada di kelas kami yang sama. Dua bangku dari kanan Mizuka.
“Um, apa kamu tidak masuk? Apa kamu ingin…”
“Maaf. Aku sedang menunggu panggilan dari pekerjaan. Dah.”
Sasaki menangkupkan tangan dengan berlebihan dan mengatakan, “Oke, kalau begitu sampai jumpa nanti,” sebelum menuju ke gapura sekolah. Aku tidak akan pernah ingin bertemu denganmu lagi. Kuharap Aku bisa mengatakannya. Aku mengeluarkan ponselku, pura-pura memeriksanya dengan perasaan menyerah, ketika Aku mendengar suara Mizuka. Dia berada di trotoar sebrang persimpangan dekat lampu merah.
“Maaf, Mizuka-chan. Aku harus membantu Maki-kun mencuci seragamnya…”
“Tak perlu khawatir. Lebih kepada, Aku yang minta maaf karena yang bisa kulakukan hanyalah membawa tas kita.”
Henya. Tawa Mizuka yang imut terdengar seperti efek suara. Yang meminta maaf di sebelahnya adalah Sonomura Meina. Mereka kelihatan cukup dekat meskipun belum upacara masuk, tapi mungkin mereka bertemu di jalan ke sekolah. Begitu Aku menyadari lelaki yang kelihatan lesu -Maki- yang berdiri di sebelah Sonomura Meina yang lega, menatapku, Aku segera menurunkan pandanganku.
Aku dengan santai membawa ponsel ke kupingku dan pura-pura membuat panggilan. Hanya menggunakan earbud tidak apa-apa, tapi memegang ponselku membuatnya mudah diketahui orang lain bahwa Aku sedang bertelepon. Aku secara alami mengikuti di belakang Mizuka dan mendengarkan.
“Aku senang cuacanya bagus sekali untuk upacara masuk.”
“Iya. Kupikir pohon sakuranya akan gundul karena anginnya kencang sekali kemarin, tapi Aku senang skauranya masih mekar~.”
Ada apa dengan percakapan mirip siswa SD ini? Tapi Aku bahagia hanya untuk mendengar Mizuka. Meski Aku bahkan akan lebih bahagia jika dia berbicara padaku.
Tapi Aku tidak bisa hanya mendengarkan percakapannya. Sesuatu seperti hari ini bisa terjadi lagi, jadi Aku harus menaruh penyadap dan alat GPS di tasnya. Untungnya ini sesak karena upacara masuk dan semua orang berjalan dekat dengan satu sama lain, jadi tidak akan aneh bagiku untuk berdekatan dengan Mizuka dan tubuhku akan menyembunyikan sentuhanku pada tasnya dari orang lain. Aku mencari kesempatan dan menempelkan cip di balik tasnya. Sempurna. Saat Aku merasa lega, Maki berbalik.
“Ada apa?”
“Dimana kita sekarang…? Berapa lama lagi Aku perlu berjalan sampai kita tiba di sekolah…”
“Kita sudah bisa melihat sekolahnya, Maki-kun…”
Sonomura Meina merespon Maki dengan perhatian. Mizuka imut ketika dia bingung. Tapi, saat baru saja ketika Maki berbalik… Apa sih itu? Meski aku merasa gelisah, Aku berjalan dalam kegembiraan mengetahui bahwa Aku bisa masuk ke sekolah yang sama dengan Mizuka.
◆◆◆
Untuk memberikan ringkasan mengenai minggu ini, Mizuka dan diriku sudah masuk ke kehidupan SMA kami, tapi Aku tidak mempunyai kontak informasi maupun kepercayaannya, dan pada tingkat ini, ada bahaya sungguhan bahwa mungkin kami akan lulus tanpa menjadi dekat.
Jumlah siswa di SMA dua kali lipat dibandingkan SMP, dan banyak pasang mata melihat ke arahku saar waktu istirahat. Jika Aku memanggil Mizuka seperti ini, mudah untuk melihat bahwa dia akan menjadi sasarak kecemburuan seperti yang pernah kulihat sebelumnya.
Aku sudah pernah melihat banyak orang hancur di hadapanku. Ada seseorang yang mencoba bunuh diri karena mereka begitu mencintaiku hingga kesakitan, atau orang lainnya yang dirundung hanya karena menngambilkan penghapusku yang jatuh di sebelahnya. Aku tidak pernah peduli sebelumnya, tapi Mizuka berbeda. Aku tidak bisa mendekat dengannya secara sembarangan. Aku harus mencari sebuah kesempatan untuk dekat dengannya saat dia sendirian. Tapi Aku hanya tidak punya alasan. Bahkan jika Aku punya alasan bagus, Aku harus berbicara dengannya di tempat umum.
Jadi Aku pergi ke kantin karena Aku ingin paling tidak dia melihatku, tapi yang membuatnya tertarik hanyalah makanan di set menu. Dia tidak tertarik padaku sama sekali. Tempat duduk kami berbeda dan kami bahkan tidak berada di kelompok yang sama di kelas. Bahkan ketika Aku tidak punya pekerjaan, yang bisa kulakukan hanyalah mengikutinya diam-diam.
Mizuka membeli majalahku kemarin. Tapi dia memotong dengan rapih halaman yang memiliki memasak khusus dan menyerahkan majalahnya ke orang lain. Mizuka mengunjungi penjual sayuran dua kali seminggu dan putri penjual itu adalah pengemarku. Aku khawatir ketika Aku melihat mereka berbincang bahwa itu akan terjadi dan Aku benar.
Harapan kuat uang kumiliki sebelumnya bahwa dia pasti ajan menjadi milikku kini jadi dangkal. Akan lebih cepat jika Aku menculiknya di hari kami berangkat ke sekolah. Hari ini saat makan siang, Mizuka tertarik dengan makanan China yang mereka punya, tapi untuk beberapa alasan, dia berbalik menatapki dan semua gadis yang mengeruminiku. Meskipun dia sedang bicara dengan Sonomura Meina mengenai roti melon, hari ini berbeda.
Dengan menderita, aku memutar keran di koridor. Aku mencuci tangan dari gula yang berasal dari roti melonku ketika seorang guru tiba-tiba berjalan melewatiku dari belakang. Dia membawa setumpuk catatan dan ketika Aku melihat nomor-nomor dari kelasku, Aku segera mengikutinya.
“Pak!”
“…Oh, ada apa, Hino?”
“Mohon biar Saya bantu. Saya selalu menyusahkan anda dan pihak sekolah…” Ujarku meminta maaf. Tapi guru paruh baya itu hanya menaikkan alis.
“Ini hanya tugas Saya…” Dia tidak kelihatan bergeming. Tapi kemudian ia berkata, “Baiklah, karena kamu menawarkan, Saya akan mengandalkanmu,” dan menyerahkan setumpuk catatan dan kertas-kertas.
“Kemana Saya harus membawa ini?”
“Meja di ruang staf dekat ujung ruang tambahan…. Oh.”
Guru itu meraih sakunya dan mengeluarkan sesuatu. Dia meletakkan kunci di atas tumpukan catatan.
“Ini adalah kunci untuk salah satu kelas kosong. Jangan ragu menggunakannya untuk makan siang, ketika kamu telat atau ketika kamu butuh untuk menghabiskan waktu sebelum bekerja.”
“Ap…”
“Segala celotehan di kantin mungkin membuatmu sulit untuk makan. Jadi, yeah, kamu mungkin harus membeli bekal sekarang. Baiklah, Saya tidak akan memberitahu siapapun, tapi Saya pikir Saya paling tidak harus memberikan sesuatu membantumu.”
Pastinya ada kekacauan ketika Aku pergi ke kantin. Hanya saja Aku berada di sana. Disamping itu, dari siswa-siswa yang menggunakan kantin, hanya setengahnya yang akan makan siang, dan meskipun mereka diizinkan untuk membawa makanan mereka sendiri, itu akan jadi masalah untuk manajemen jika mereka membiarkanku pergi tanpa diperiksa. Bagaimanapun, sangatlah egois untk mengerumuni jalan. Ketika Aku memperingati siswa-siswa itu mengani hal tersebut sebelum mereka mengatakan sesuatu yang bodoh seperti, “Hino-kun keren banget ketika dia serius” dan “Yousuke menderaku!” dan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berubah.
“Maaf.”
“Kamu tidak perlu benar-benar meminta maaf. Mereka semua siswa SMA, mereka bisa mempertanggung jawabkan tindakan mereka sendiri.”
Guru tersebut menghela nafas dan pergi. Aku membungkuk dan mulai berjalan menyusuri koridor. Suara yang berasal dari penyadap yang kutempelkan pada blazernya Mizuka sebelun kelas, terdengar hampir sama dengan sekelilingku. Kami pasti dekat. Pada titik ini, Aku akan bertemu dengan Mizuka. Karena dia baik, dia pasti akan membantuku. Mungkin Aku harus menjatuhkan kertas-kertas ini. Aku tersenyum sambil mempercepat langkahku.
Aku tidak bisa pergi ke kantin lagi. Tapi sekarang Aku punya kunci suatu kelas kosong. Ini adalah kesempatanku. Jika Aku tidak bisa menggunakan kantin, maka Mizuka juga seharusnya tidak bisa. Jika Aku merencanakan ini dengan baik, maka Aku bisa membuat agar kami menghabiskan waktu makan siang kami bersama di dalam kelas kosong.
Hari ini adalah kelas memasak. Jadi Aku akan merasa terkesan dengan memakan apa yang dibuat oleh Mizuka dan kemudia memintanya membuatkanku bekal…?
Kemarin, Mizuka mendengar tentang drama yang akan kubintangi. Aku akan mengatakan bahwa Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan untuk bisa membuat makanan sendiri. Dia suka memasak, tapi bebannya bisa terlalu banyak untuknya, jadi Aku harus mempersempit pilihannya. Saat itulah ketika Aku menyadari.
Pemotretan secara diam-diam. Aku bisa mengatakan bahwa Aku tidak bisa menggunakan toko karena pengalaman buruk dengan itu. Aku hanya berpikir bahwa itu merupakan hal yang tidak menyenangkan, tapi Aku akan bersikap takut. Aku akan memberinya uang sebagai hadiah dan membuatnya menyadari ini adalah kerja paruh waktu, jadi dia akan terbiasa membuatkanku bekal.
Aku hanya perlu menghidupinya jadi ini bukanlah suatu beban. Dengan begitu Aku akan bisa membenarkan aksiku karena rasa bersalah selalu membuat dirinya memasak untukku.
Kenapa Aku tidak memikirkan ini lebih cepat? Jika Aku memikirkannya lebih cepat, Aku tidak akan menyia-nyiakan satu minggu penuh. Setelah menggertakkan gigi, Aku segera merilekskan ekspresiku. Aku akan segera bertemu dengan Mizuka. Pertama Aku akan menjatuhkan kertas-kertas ini. Kemudian dia akan mengenali keberadaanku lagi.
Bahkan Mizuka mengatakan bahwa penting untuk mempersiapkan pekerjaan dulu.
Jadi Aku menunggunya di belakang sudut, menahan rasa ketidaksabaranku.