Cinta yang Mengintai di Meja Makan

“Baiklah, istirahat dua puluh menit!”

“Kerja bagus dan terimakasih.”

Aku membungkuk pada staf syuting dan menyingkir dari mereka. Kami sedang berada di perpustakaan umum dimana itu diragukan apakah Ac nya bahkan menyala atau tidak.

Begitu Aku duduk di kursi yang disediakan untukku, staf tata rias bergegas menghampiri untuk merapihkan rambutku yang berantakan saat syuting. Seorang wanita yang kelihatan sedikit lebih tua dariku menyisir rambutku dengan ekspresi kosong, tapi ketika Aku melirik padanya, dia mulai memerah. Reaksi yang sama denan kebanyakan manusia.

Menatap ke luar jendela, Aku bisa melihat sinar matahari membakar jalan. Aku benci musim panas. Panas, tidak nyaman, dan kelembapannya tinggi. Musim dingin lebih baik.

Mereka mengganti posisi syuting ketika Aku beristirahat jadi penerangan menghadapku dan merefleksikan wajahku di jendela.

Sepertinya ibuku dan ayahku punya wajah yang tampan dan cantik yang disetujui banyak orang. Saudaraku mengatakan bahwa mereka lebih tampan dan cantik dibanding semua orang lainnya di SD, SMP, SMA, dan universitas mereka.

Keduanya menciptakanku dan sejak Aku kecil, Aku dilimpahi dengan kasih sayang dan diberi apapun yang kuinginkan.

Hal yang sama terjadi pada kakak perempuanku dan suaminya yang menampungku. Tapi mereka mengurungku dan memerangkapku di dalam sebuah gudang dimana Aku tak akan pernah melihat cahaya matahari. Polisi menemukanku kemudian hari. Salah satu pamanku merasa kasihan padaku dan menampungku, jadi Aku memutuskan untuk memulai hidup baru.

Aku hidup dengan normal, tapi itu berubah pada tahun terakhirku di SD. Ayah angkatku menikah. Tapi orang yang dikategorikan sebagai “ibu” baruku mencoba memperlakukanku lebih seperti pria daripada seorang anak.

Pada akhirnya ayah angkatku mengetahuinya dan dia gagal.

“Hey, apa Aku tidak bisa meminta ID Hino-kun?”

“Nggak! Kamu nggak boleh.”

“Eeeh!? Bukankah kamu ingin tahu ID-nya?”

“Iya, tapi bukankah Senpai akan marah dengan kita?”
T/N : Senpai cara menyebut senior.

Aku menahan helaan nafas pada bisikan di belakangku.

Setelah bertanya padaku, polisi membawa ibu angkatku ke rumah sakit dan pada akhirnya ke sebuah fasilitas. Kupikir itu jelas. Pada akhirnya dia mengakui semuanya, entah itu hidup atau mati, sebagai “diriku”

Sepertinya orang yang diketahui sebagai ayah angkatku adalah orang yang benar-benar baik. Bukannya melemparku ke luar untuk menghindari kegilaan istrinya, dia malah membelikanku sebuah kondominium dan memberikan warisan orang tuaku kepadaku. Terakhir, dia memberikanku nomor ponselnya, mengatakan kami hana akan bertemu ketika benar-benar dibutuhkan, dan pergi.

Sejujurnya, Aku tidak banyak memikirkan dia, ibu angkatku, atau semua orang yang gila karenaku.

Hidup seperti ini nyaman, tapi Aku tidak berpikir untuk mengatakannya. Aku bahkan tidak memikirkan kebaikan yang dilakukan orang untukku karena itu terjadi sepanjang waktu.

Aku hanya menatap makhluk-makhluk yang berusaha untuk dikenal olehku.

Aku memulai sebagai model anak kecil sejak sebelum SD, dan hanya melanjutkan sesuai arus hingga sekarang. Aku hanyalah seorang pengamat dalam hidupku sendiri.

Hari ini tidak berbeda. Aku bangun untuk berpura-pura pergi ke toilet untuk menghindari memberikan kontak informasiku pada mereka.

Masih ada sepuluh menit lagi hingga syutingnya berlanjut, jadi tidak bisakah Aku bergerak ke sekitar? Sembari berhati-hati untuk tidak pergi terlalu jauh dari lokasi syuting, Aku sampai di bagian buku masak.

“Masakan, huh…”

Aku tidak tertarik pada makanan bahkan sedikitpun. Aku menemukannya menjengkelkan bahkan untuk makan. Tak peduli apakah itu lezat atau tidak. Itulah kenapa Aku minum suplemen dan hanya makan ketika kubutuhkan untuk bekerja.

Jauh dari punya pilihan makanan khusus, Aku hanya tidak suka makanan. Jadi itu merepotkan ketika Aku ditanyai pertanyaan itu saat wawancara majalah. Biasanya Aku bertanya pada wartawan apa makanan kesukaan mereka dan hanya menyetujuinya, atau rekan kerjaku akan menjawabkan bahwa Aku suka daging. Sebegitu tidak tertariknya diriku.

Kupikir itu adalah hal gila untuk menghabiskan begitu banyak waktu membuat sesuatu hanya untuk mencicipinya selama beberapa saat.

Berbalik, Aku melihat kolega perempuan menatap ke sekeliling mencariku. Sungguh menjengkelkan. Ketika Aku melangkah ke lorong buku untuk menyembunyikan diri, Aku hampir menabrak seseorang yang sedang membaca buku dengan antusias. Tapi mereka tidak meletakkan buku mereka atau bahkan menyadariku. Mereka hanya terus membaca buku mereka dengan antusias… sebuah buku masakan rumahan.

…Apa itu adalah jenis buku yang akan dibaca oleh seseorang dengan begitu intensnya?

Dia terlihat seperti sedang menikmati sebuah cerita. Meskipun Aku membaca cerita fantasi sebelumnya dan bertanya-tanya apa yang begitu menyenangkan tentang itu. Tapi ada orang berbeda yang menemukan hal lain menyenangkan dalam kehidupan. Ada juga beberapa orang yang sepertiku. Orang ini nampaknya kaum minoritas yang suka baca buku memasak.

Aku dengan santai menatap wajahnya untuk melihat mata dan bibirnya melengkung dalam sebuah busur, merefleksikan perasaan yang benar-benar bahagia. Rambut hitam bergoyang di sekitar tulang selangkanya tiap kali dia membalik halaman dan terkadang ia mengeluarkan suara-suara kaget yang polos.

Bahagia. Lembut. Halus.

Harusnya Aku tak mampu memahami keindahan bunga, tapi orang di depanku mirip bunga yang paling berkilau.

Saat itu adalah pertama kalinya Aku ingin lebih melihat seseorang.

Aku menghembuskan nafas di depan rumah berwarna krem dengan atas merah. Menggenggam kotak peralatanku yang keren, Aku menekan bel di pintu. Pot-pot bunga berwarna berjajar dekat pintu dengan herbal yang dapat dikonsumsi melambai di angin. Ku rasa itu tidak terlalu cocok dengan papan nama yang dibaca “Igarashi”.

“Halo!”

“Permisi. Saya di sini untuk pelayanan inspeksi air.”

“Mohon tunggu sebentar. Bu, ada seseorang dari perusahaan air di sini!”

Suara dari interkom membuat hatiku berdetak kencang. Aku memindahkan kaki untuk menyantaikannya. Hari ini, pasangan di dalam rumah ini akan menaiki pesawat untuk pergi ke luar negeri. Kupikir itu adalah kesempatan bagus ketika Aku mendengarnya di dekat jendela lantai satu. Ini adalah kesempatanku untuk mengenal putri mereka -Mizuka- dari dalam rumahnya bukan hanya dari luar.

“M-maaf karena menunggu. Sekarang ini Ibu dan ayahku sedang sedikit sibuk… Um, apa yang perlu Anda inspeksi…?”

Pintu terbuka, menampilkan sosok yang sudah kudambakan dari lama. Aku menurunkan topiku, menahan keinginan untuk memeluknya dan membawanya pulang bersamaku. Dia menatapku kebingungan, rambut setengah hitamnya melambai.

“Wastafel, bak air, toilet dan bak mandi. Jika ada tempat lain yang anda harapkan agar Saya memeriksanya, Saya juga bisa melakukannya.”

“Baiklah, ini sandal untuk Anda.”

Sepertinya orang tuanya sibuk bersiap untuk ke luar negeri. Aku bisa melihat keringat di dahi Mizuka ketika ia mendesakku untuk masuk. Pakaian kerja dan topi yang kupakai mirip dengan perusahaan air, tapi aku khawatir karena warnanya sedikit berbeda. Dia kelihatannya tidak menyadari.

“Oh, terimakasih untuk layanan anda.”

“Maaf karena berantakan.”

Ketika Aku melewati ruang tamu lewat lorong, Aku bisa melihat orang tuanya mengemas tas jinjing mereka. Mereka mungkin sibuk dengan pekerjaan hingga kemarin dan tidak punya waktu untuk berkemas sampai pagi ini. Orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan. Dari apa yang dia katakan sebelumnya, Aku menebak bahwa dia belajar cara memasak untuk keduanya.

“Um, dapur kami ada di belakang ruang makan…”

Ada kursi untuk empat orang di meja ruang makan. Ada tiga orang duduk di sana sebelum pagi ini, tapi setelah hari ini, hanya akan ada Mizuka sendirian untuk tiga tahu kedeoan. Dia akan tinggal sendirian karena orang tuanya dipindahkan setelah dia lulus ujian SMA. Tidak ada orang yang bisa ia andalkan karena kakek neneknya tinggal tiga stasiun jauhnya dan sepupunya sibuk membesarkan anaknya.

Mizuka yang menyedihkan.

Aku mengasihaninya, tapi Aku harus mengambil keuntungan dari kesempatan ini.

“Anda bisa membantu orang tua anda jika perlu.” Ujarku pada Mizuka, yang berada di sebelahku ketika Aku berpura-pura memeriksa kamar mandi lantai dua.

“Eh?”

“Sepertinya mereka sedang mempersiapkan untuk perjalanan atau semacamnya… Saya bisa memberitahu anda ketika Saya sudah menyelesaikan inspeksinya.”

“T-terimakasih banyak. Permisi.”

Aku senang melihat Mizuka, tapi Aku tidak bisa bekerja jika dia berada di sampingku sepanjang waktu. Tapi dia menganggap kata-kataku sebagai kebaikan, dia membungkuk, dan pergi ke orang tuanya.

Aku mengeluarkan sebuah alat aneh dari kotak peralatanku dan memasangnya di bawah meja dapur. Ada orang di ruang tamu, jadi ruangan itu harus menunggu lain kali. Aku mengheningkan langkahku dan memasangnya di ruangan-ruangan, dan pekerjaanku selesai dengan cukup mudah. Perekam vidio dan suaranya sempurna. Aku memasuki kamar Mizuka terakhir dan memeriksa bahwa tidak ada yang aneh.

Orang tuanya mungkin menyukai perabotan seperti kayu yang hangat. Kamarnya punya rasa yang sama dengan ruang tamu. Tapi Aku bahagia melihat jejaknya dari majalah memasak di rak bukunya. Di sampingnya adalah seragam sekolah baru. Aku menyentuh emblem di bagian dada dengan perasaan mendalam.

“Kami pergi ke sekolah yang sama.”

Kupikir Aku gila sejak hari Aku menemukan Mizuka di perpustakaan.

Setelah menyelidiki identitasnya melalui cara yang tidak resmi, Aku menemukan sekolah mana yang ingin ia hadiri, kualifikasinya, dan masuk sekolah yang sama sendiri. Aku begitu inginnya masuk ke sekolah yang sama.

Apakah tidak papa untukku memeluk seragamnya? Tapi itu akan jadi suatu yang sia-sia untuk membuat kusut sesuatu yang telah disetrika dengan begitu hati-hati. Aku meninggalkan kamarnya dan menuruni tangga dengan sedikit rasa sesal melihat Mizuka baru saja pergi dari ruang tamu.

“Saya sudah selesai menginspeksi wastafel lantai atas.”

“Terimakasih banyak. Um, wastafel selanjutnya ada di sini. Sedikit sulit untuk memahami lokasinya…” Ujarnya dan memimpinku melewati aula, menghadap dinding di ujung. Itu adalah pintu geser yang menguak sebuah kamar mandi. Aku bisa memahami bahwa akan sulit untuk mengetahui bahwa itu adalah kamar mandi dalam sekali lirik. Mungkin itu adalah pekerjaan orang tuanya, yang merupakan desainer interior.

Aku bahkan tidak berpikir menambahman lebih banyak keran di dalam kamar mandi. Vidio secara real-time sudah terkirim ke ponsel dan komputerku melalui jendela taman yang terbuhung dengan kamar mandi, dan ada banyak koridor.

“Kami keluar, Mizuka!”

Sepertinya ini saatnya keberangkatan orang tuanya.

“Jangan ragu untuk pergi. Saya akan memanggil jika ada sesuatu yang salah.”

“Kalau begitu permisi…!”

Aku bisa mendengar Mizuka berlari kecil ke pintu depan. Melihat sebuah kesempatan, Aku menyelinap ke ruang tamu untuk memasang peralatan yang sebelumnya belum kupasang.

Dindingnya dipasangi suvenir dari orang tuanya yang sering bepergian ke luar negeri. Semuanya adalah jimat untuk kesehatan dan kebahagiaan anak dan cucu, dan foto-foto di antaranya mengatakan sejarah tentang betapa mereka membesarkan Mizuka dengan kepedulian besar.

Tapi tak peduli bagaimana baiknya mereka membesarkannya, Aku masih berpikir bahwa itu adalah hal yang buruk bagi mereka untuk pergi ke luar negeri dan meninggalkannya sendirian.

Bagaimanapun, sudah ada seseorang sepertiku di dalam rumah.

Mizuka masuk ke ruang tamu, meminta maaf untuk apa yang terjadi sebelumnya. Meski yang seharusnya minta maaf adalah Aku. Bahkan situasi sekarang ini terrekam dan terkirmkan padaku.

“Um, a-apakah anda haus?”

“Huh?”

Sebelum Aku bisa menjawab, Mizuka berada di dapur, mengeluarkan ceret teh jelai dari lemari pendingin. Aku bisa mendengar suara es yang dingin dan melodik. Terakhir, dia mengulurkan gelas teh jelai yang ia tuang. Ketika Aku mengambil gelas darinya, tangan kami bersentuhan. “Oh, maaf!” Dia meminta maaf, tapi tetap meletakkan tangannya di cangkir itu karena itu adalah kaca. Aku juga meminta maaf sembari menunduk menatapnya.

“Baiklah kalau begitu, terimakasih untuk minumannya.”

Mizuka tertawa, seakan menyetujui.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected.

Options

not work with dark mode
Reset